Sarana yang dipakai untuk menuju rekonsiliasi adalah kerja sama melibatkan dua komunitas yang berkonflik pada melakukan kegiatan memperbaiki atau
membangun kembali sekolah yang rusak akibat konflik. Aktifitas mabari saat ini di Kabupaten Halmahera Barat cenderung
mengalami kemandekan dan hidup berbeda-beda di desa-desa. Berdasarkan diskusi-diskusi dengan tokoh-tokoh masyarakat dan pengamatan sendirii
diidentifikasi, bahwa mabari memang masih ada dan fungsinya beragam di desa- desa. Mabari sebagai lembaga lokal sering hidup menjadi komplementer dengan
organisasi pemerintah desa. Lembaga ini terlihat bersifat tradisional, sehingga berbeda dengan ciri peran organisasi atau kelembagaan baru yang mengikuti
perkembangan birokrasi pemerintah. Mabari mempunyai kekhasan yang khusus dalam menggalang proses sosial kerjasama, maupun dalam proses produksi
—di dua desa lokasi kajian masih dapat dilihat dalam pengorganisasian perkebunan
kelapa rakyat. Berdasarkan perkembangan Mabari yang demikian, maka menjadi
menarik melakukan kajian keberadaan dan perkembangan Nilai Bari dan Mabari. Hal ini penting juga karena ada bukti, bahwa mabari sebagai kelembagaan lokal
dapat didayagunakan
untuk menjaga
solidaritas masyarakat
dalam pembangunan. Bahkan, ada pandangan, bahwa pemanfaatan kelembagaan-
kelembagaan lokal tersebut dapat dijadikan sarana efektif untuk percepatan pembangunan pedesaan di Kabupaten Halmahera Barat. Dengan dasar
pemikiran, bahwa nilai-nilai budaya dan pengetahuan lokal yang telah lama tertanam dalam masyarakat menjadi modal yang berharga pembangunan. Oleh
karena itu, penelitian ini berusaha untuk mengungkap sejauhmana dampak perubahan sosial terhadap keberadaan nilai bari dan kelembagaan mabari.di
pedesaan Kabupaten Halmahera Barat.
1.2. Perumusan Masalah
Bari sebagai nilai sosial lokal dan kelembagaan pemberdayaan masyarakat dan desa memerlukan dukungan bagi semua pihak untuk meletakan
bari sebagai nilai dasar kelembagaan pemberdayaan masyarakat dan desa di Kabupaten Halmahera Barat. Didalam konteks ini, Bari dapat menjadi nilai
dasar terbentuknya norma untuk mengatur pola dan semangat hidup yang didasarkan pada kepercayaan, keterbukaan, saling peduli, saling menghargai,
dan saling menolong diantara anggota kelompok masyarakat dalam rangka keberlangsungan proses pembangunan..
Masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat kini cenderung menganggap Bari sebagai nilai yang tidak lagi sejalan dengan nilai-nilai modernisasi. Proses
ini berjalan akibat pengaruh luar terhadap perkembangan budaya masyarakat. Proses yang mendorong nilai-nilai, norma dan sikap, semangat kerja, serta
paradigma berpikir masyarakat berubah dan mempengaruhi dukungan masyarakat atas bari itu sendiri. Fenomena ini apabila mengikuti pandangan
Castels 2001 berkaitan dengan proses transformasi sosial di pedesaan lokalitas yang berjalan dengan sangat cepat pada setiap aspek kehidupan
melalui keseluruhan skenario pembangunan yang menjebak masyarakat masuk dalam perangkap modernisasi ala kapitalis.
Pembangunan yang berlangsung di Kabupaten Halmahera Barat terkesan masih mengabaikan potensi sosial budaya lokal. Kebijakan-kebijakan
pembangunan acap kali masih memarginalisasi nilai-nilai kelembagaan tradisional yang berfungsi untuk menata kehidupan masyarakat. Dengan arti
lain, Masyarakat Kabupaten Halmahera Barat belum menyadari kelembagaan Mabari sebagai modal sosial yang berharga dalam proses pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat sebagai salah satu stakeholders pembangunan pun masih cenderung melihat nilai-nilai budaya sebagai sebuah
unsur penting dari upaya pemberdayaan. Bahkan, pemberdayaan masih dilihat hanya sebagai suatu pelaksanaan proyek yang menghasilkan hal-hal yang
bersifat materialistik dan terukur. Akibatnya, mabari saat ini hidup dan berkembang beragam di desa-desa
di Kabupaten Halmahera Barat. Berdasarkan kondisi ini, maka penelitian yang dilakukan ini berupaya menjawab pertanyaan umum penelitian, yaitu:
bagaimana sebenarnya bari sebagai nilai dasar berkembangannya mabari masih menjadi ketetapan sosial dari tatanan kehidupan masyarakat pedesaan di
Kabupaten Halmahera Barat, khususnya komunitas perkebunan kelapa rakyat ?. Didalam konteks ini, ada tiga pertanyaan khusus penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimana Bari dan Mabari saat ini hidup didalam konteks perkembangan sosial komunitas ?
2. Bagaimana pembangunan membawa perubahan pada komunitas dan mempengaruhi perkembangan Mabari?
3. Bagaimana proses perkembangan bari dan mabari terjadi, dan dinamika unsur-unsur perubahannya?.
1.3. Tujuan Penelitian