Konteks Historis Perubahan Ekologis

6.1.1. Konteks Historis

Jika ditinjau dari konteks historisnya, perubahan ekologis di kawasan Pulau Panjang berawal ketika para investor China masuk ke kawasan ini pada tahun 2003 untuk membuka usaha tambak udang dan bandeng secara besar-besaran. Kegiatan yang membutuhkan lahan yang cukup luas ini secara mengejutkan membabat habis puluhan hektar hutan mangrove yang ada di kawasan Pulau Panjang. Setelah satu tahun berjalan, usaha tambak tersebut tidak juga membuahkan hasil. Akhirnya, pada tahun 2004 lahan-lahan tambak yang semula menjadi tempat pembudidayaan ikan bandeng dan udang ditinggalkan oleh pemiliknya begitu saja, tanpa ada upaya untuk merehabilitasi lahanhutan mangrove yang sudah rusak tersebut. Perubahan ekologis di kawasan Pulau Panjang semakin berlanjut ketika terjadi pemekaran wilayah di tingkat kabupaten. Sebelum tahun 2003, Pulau Panjang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Kotabaru. Akan tetapi, sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 2 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tanah Bumbu di Provinsi Kalimantan Selatan, wilayah Pulau Panjang menjadi bagian dari Kabupaten Tanah Bumbu. Kejadian ini menjadi babak baru pengelolaan sumberdaya alam di wilayah Tanah Bumbu, tidak terkecuali di kawasan Pulau Panjang. Gambar 5 Bagan Historis Perubahan Ekologis Sekitar tahun 2004an, yang merupakan masa transisi dan penyerahan kewenangan dari Kabupaten Kotabaru ke Kabupaten Tanah Bumbu, munculah 2003 2004 2005 Mulai munculnya Pelsus Batubara Kapal-kapal tongkang besar mulai beroperasi Berdirinya Kabupaten Tanah Bumbu UU No.2 tahun 2003 Kewenangan dalam Pengelolaan SDA berada dibawah Pemerintah Kab. Tanbu Pembukaan Tambak Udang Bandeng oleh Investor China Puluhan hektar hutan mangrove hancur akibat pembukaan tambak udang bandeng berbagai macam perusahaan pertambangan di Tanah Bumbu. Kejadian tersebut berlanjut pada tahun 2005 sampai saat ini. Bermunculannya perusahaan pertambangan serta merta diikuti juga dengan pendirian-pendirian palabuhan khusus pengangkut hasil tambang tersebut. Di kawasan pesisir Pulau Panjang, muncul lima buah pelabuhan khusus batu bara yang memanfaatkan kawasan pesisir Pulau Panjang sebagai sarana transportasi utama untuk mengangkut hasil- hasil tambang. Sektor pertambangan terutama pertambangan batubara merupakan salah satu sektor yang sangat berperan bagi perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu. Dinas Pertambangan dan Energi 2009 mencatat ada 62 perusahaanKUD yang mendapatkan izin penambangan batubara. Jumlah ini meningkat 33,9 persen menjadi 83 perusahaanKUD pada tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Tanah Bumbu pada tahun 2009, tercatat sebanyak 45,11 persen berasal dari sektor pertambangan BPS Tanah Bumbu, 2010.

6.1.2. Analisis Ekologi Politik