Kegiatan-kegiatan ekonomi tambahan yang dilakukan oleh anggota rumah tangga nelayan istri dan anak merupakan salah satu dari strategi adaptasi
yang harus ditempuh untuk menjaga kelangsunghan hidupnya ditengah ketidakpastian sumberdaya perikanan yang ada di kawasan Pulau Panjang.
Perubahan ekologis yang terjadi di kawasan pesisir Pulau Panjang, memaksa anak-anak nelayan ini untuk membantu kedua orang tuanya untuk menambah
penghasilan.
7.6. Strategi Lainnya 7.6.1 Menebang Hutan Mangrove
Menebang hutan mangrove merupakan salah satu pilihan strategi adaptasi yang dilakukan nelayan Pulau Panjang. Kegiatan ini dilakukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disaat pendapatan dari laut sudah tidak memungknkan lagi untuk mencukupi kebutuhannya. Nelayan biasanya
memanfaatkan mangrove untuk bahan bangunan pasak bumi, kayu bakar dan bahan untuk menancapkan alat tangkap di laut.
Desa Pulau Panjang pada dasarnya merupakan kawasan cagar alam. Hal tersebut ditetapkan oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia melalui Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 435MENHUT-II2009. Namun demikian, pengawasan yang lemah dan tidak adanya upaya kolaborasi untuk
menjaga kawasan tersebut, menjadikan mangrove di kawasan ini mengalami kerusakan yang cukup parah.
Penebangan mangrove tersebut merupakan salah satu mekanisme penghancuran diri sendiri self distruction mechanism
7
. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Pulau Panjang sebenarnya mengetahui bahwa ekosistem
mangrove sangat bermanfaat untuk menunjang kehidupan nelayan di laut dan menjamin ketersediaan ikanbiota laut lainnya. Bahkan nelayan juga
mengetahui bahwa penebangan hutan mangrove akan berimbas negatif pada mata pencahariannya sebagai nelayan. Akan tetapi, ditengah ketidakpastian
pendapatan dan fluktuasi hasil tangkapan dari laut, nelayan terpaksa merambah hutan mangrove demi kelangsungan hidupnya.
7
Hasil diskusi dengan Dr. Arya H Dharmawan , 1 Juni 2011
7.7. Peranan Institusi dalam mendukung Strategi Adaptasi Nelayan
Strategi adaptasi yang dijalankan oleh nelayan Pulau Panjang tidak dapat dilepaskan dari keberadaan institusi yang ada di desa tersebut, baik
pemerintah desa, pemerintah daerah, pemerintah pusat, hingga pihak swastaperusahaan. Berbagai macam institusi yang ada memiliki peranan yang
berbeda-beda untuk mendukung pilihan-pilihan adaptasi nelayan. Peranan tersebut diterjemahkan kedalam berbagai macam bentuk bantuan, baik yang
diperuntukan dunia perikanan maupun diluar perikanan. Adapun bantuan institusi-institusi yang ada tersebut tertera pada tabel 11.
Tabel 11 Matriks Kegiatan Institusi dalam mendukung Proses Adaptasi Nelayan
Institusi Kegiatan
Keterangan
Pemerintahan Desa
Memungut Retribusi Kapal
Dilegalkan melalui SK Kades No. 04SK.KD-PPVIII2008
Pemerintah Kabupaten Dinas Kelautan
Perikanan - Pengembangan
budidaya rumput Laut
- Bantuan Mesin Perahu 24PK
sebanyak 5 unit Besarnya
bantuan yang
diberikan sebanyak 50 juta per kelompok budidaya
rumput laut
Dinas Pendidikan
Pembangunan Gedung SDS Tunas
Nelayan Bantuan
ini bertujuan
untuk meningkatkan
tingkat pendidikan
nelayan di Desa Pulau Panjang Dinas Kesehatan Pembangunan
Sarana Kesehatan berupa Poskesdes
Pembangunan yang dijalankan pada tahun
2009 ini
bertujuan untuk
meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat pesisir
Dinas Pertambangan
Energi Bantuan
Panel Surya
Bantuan ini disalurkan pada tahun 2007. Keseluruhan
warga mendapatkan
bantuan ini. Akan tetapi, beberapa diantaranya dalam kondisi rusak
Balai Konservasi
Sumberdaya Alam
BKSDA Kalsel
Bantuan Tali
Rumput Laut 2 gulungorang;
untuk 40 orang Bantuan yang diberikan pada tahun 2011
ini merupakan program BKSDA Kalsel yang dimaksudkan agar masyarakat
mengembangkan budidaya rumput laut dan meninggalkan kebiasaan menebang
hutan mangrove
Perusahaan Swasta
- Bantuan Pendidikan
- Pembibitan Mangrove
Bantuan berupa
pembibitan dan
penanaman mangrove ini bertujuan untuk memenimalkan dampak yang
ditimbulkan dari aktivitas pertambangan
Sumber: Data Primer, 2011
Bayaknya kapal-kapal tugboat dan tongkang pengangkut hasil tambang batubara dimanfaatkan oleh pemerintahan desa untuk mencari penghasilan
tambahan bagi para nelayan. Pemerintah desa mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Desa Nomor: 04SK.KD-PPVIII2008 tentang Pungutan Retribusi
Lahan dan Selat Desa Pulau Panjang dan Pulau Tampakan. Pemerintah desa berpendapat bahwa pemungutan retribusi yang dikenakan pada kapal-kapal
tersebut tidak menyalahi aturan. Menurutnya, hal ini sejalan dengan undang- undang yang berlaku, yakni tentang otonomi desa. Dalam Undang-undang
nomor 32 tahun 2004 Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa pemerintah desa berhak untuk mengatur dan mengelola keuangan yang ada di desanya.
Ada tiga ketegori retribusi, yakni: Sewa Selat, Sewa Lahan, dan Dok Kapal. Sewa Selat merupakan pungutan yang ditujukan untuk kapal-kapal
yang melewati Selat Pulau Panjang, yakni selat yang menghubungkan antara Pulau Kalimantan dengan Pulau Burung. Agen pelayaranpemilik kapal
tugboat harus membayar uang setara dengan satu galon solar atau jika diuangkan sejumlah Rp. 200.000,00.
Lain halnya dengan sewa selat, sewa lahan merupakan jenis pungutan yang ditujukan untuk kapal-kapal yang mengikatkan kapalnya berjangkar di
kawasan Pulau Panjang Pulau Burung, Pulau Hantu, dan Pulau Tampakan. Agen pelayaranpemilik kapal tugboat harus membayar uang setara dengan
dua galon solar atau jika diuangkan sejumlah Rp. 400.000,00. Sedangkan pungutan dok kapal ditujukan untuk kapal-kapal yang melakukan
perbaikanperawatan kapal dan berjangkar di Pulau Panjang. Dalam kegiatan Dok Kapal, para agen pelayaran biasanya meminta nelayan-nelayan di Pulau
Panjang untuk membantu memperbaiki kapal, merawatnya dan menyediakan para ABK Anak Buah kapal jasa antar jemput untuk bepergian ke pasar.
Pungutanretribusi untuk kapal-kapal yang bersandar di kawasan Pulau Panjang nilainya cukup besar. Dalam seminggu rata-rata ada 3-7 kapal yang
melakukan operasi di kawasan Pulau Panjang. Akan tetapi, sangat disayangkan pengalokasianpendistribusian uang hasil pungutan tersebut tidak
merata untuk para nelayan dan pemerintah desa.
Gambar 11 Jenis-jenis RetribusiPungutan Kapal
Adanya Surat Keputusan tentang Retribusi Kapal yang ditandatangani oleh Kepala Desa Pulau Panjang juga menimbulkan dampak ikutan bagi para
nelayan. Nelayan-nelayan di Desa Pulau Panjang, memanfaatkan keberadaan dari adanya kapal-kapal ini dengan menjadi tukang service kapal. Para nelayan
biasanya mengantarkan nahkoda-nahkoda kapal yang ingin berbelanja ke pasar untuk membeli kebutuhan hidup di kapal, seperti sembako, makan-
makanan, dan pakaian. Tarif untuk sekali antar sangat beragam, tergantung service yang diberikan para nelayan kepada para awak kapal tersebut.
Keberadaan kapal-kapal tugboat dan tongkang batubara di kawasan ini juga dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk meminta minyak solar. Solar
tersebut digunakan untuk keperluan nelayan melaut dan menyalakan genset sebagai penghasil listrik di daerah ini.
Tabel 12 Matriks Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Perubahan Ekologis
No Dimensi
Strategi Adaptasi Karakteristik
Responden n
1 Ekonomi
Menganekaragamkan Sumber Pendapatan
Nelayan mengombinasikan mata pencahariannya untuk menambah pendapatan rumah tangganya. Ragam mata pencaharian yang dimasuki oleh para nelayan diantaranya petani kebun,
budidaya udang dan bandeng tambak, budidaya rumput laut, buruh bangunan. 16
53,3
Memobilisasi Anggota Rumah tangga
Mendorong para istri dan anak-anak nelayan untuk ikut mencari nafkah. Ragam pekerjaan yang bisa dimasuki oleh para istri diantaranya adalah kuli ikat rumput laut, pengolah hasil ikan,
pembersih perahu, pekerja pada industri rumah tangga pengolah hasil ikan, dan pembuat atap rumah dari nipah. Peran anak-anak nelayan selain membantu kegiatan domestikk orang tuanya,
juga membantu ibunya yang bekerja pada industri pengolahan hasil ikan dan rumput laut. 10
33,3
2 Sosial
Membangun Hubungan Sosial
Hubungan sosial yang bersifat genealogis dan kekerabatan keluarga luas. Hubungan tersebut bukan hanya melibatkan dua individu, melainkan juga banyak individu yang kemudian akan
membentuk jaringan sosial. Dua jenis jaringan sosial, yakni jaringan sosial horizontal dan vertikal. Jaringan sosial vertikal terwujud dalam bentuk ikatan patron-klien.
15 50
3 Ekologi
Mengubah Daerah Tangkapan
Adaptasi ini dilakukan hanya dengan mengandalkan naluri dan pengalaman mendeteksi area yang diperkirakan banyak ikan. Hal ini menyebabkan inefisiensi energi, pemborosan waktu, dan
hasil tangkapan yang rendah 5
16,7 Menganekaragamkan
Alat Tangkap Dilakukan karena beberapa jenis ikan sudah sulit untuk ditangkap, akhirnya nelayan
memutuskan untuk menangkap jenis lain dan tidak hanya terpaku pada satu jenis ikan saja 10
33,3 4
Lain Menebang Mangrove
Dilakukan diwaktu musim-musim sulit, yakni pada bulan Juli-Oktober untuk mengantisipasi ketidakpastian hasil tangkapan.
6 20
Sumber: Data Primer diolah, 2011
BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK NELAYAN DENGAN
STRATEGI ADAPTASI
Terdapat empat variabel karakteristik rumah tangga nelayan yang akan diuji hubungannya dengan strategi adaptasi nelayan, yakni usia, tingkat
pendidikan, pengalaman nelayan, jumlah anggota rumah tangga nelayan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah karakteristik rumah tangga nelayan
yang berbeda berhubungan dengan strategi adaptasi yang dipilihnya. Selain karakteristik rumah tangga nelayan, yang akan diuji hubungannya adalah
karakteristik usaha nelayan dengan strategi adaptasi. Strategi adaptasi nelayan tersebut meliputi penganekaragaman sumber pendapatan berkebun,
usaha pembudidayaan rumput laut, buruh bangunan, buruh perusahaan, penganekaragaman alat tangkap, memanfaatkan hubungan sosial hubungan
keluarga, hubungan kekerabatan dan pertetanggaan, mengubah daerah tangkapan, memobilisasi anggota rumah tangga untuk ikut mencari kerja,
dan strategi lainnya menebang pohon di kawasan yang berstatus cagar alam tersebut.
8.1. Hubungan Usia dengan Strategi Adaptasi
Hubungan karakteristik usia responden dengan strategi adaptasi nelayan dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji
Chi Square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara usia responden yang berbeda dengan strategi adaptasi
yang dipilih oleh nelayan. Usia responden digolongkan kedalam tiga kategori, yakni muda, dewasa, dan tua. Sedangkan strategi adaptasi, seperti
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dikategorikan menjadi penganekaragaman sumber pendapatan, penganekaragaman alat tangkap,
mengubah daerah
tangkapan, memanfaatkan
hubungan sosial,
memobilisasi anggota keluarga dan strategi lainnya.