Hubungan Usia dengan Strategi Adaptasi

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK NELAYAN DENGAN

STRATEGI ADAPTASI Terdapat empat variabel karakteristik rumah tangga nelayan yang akan diuji hubungannya dengan strategi adaptasi nelayan, yakni usia, tingkat pendidikan, pengalaman nelayan, jumlah anggota rumah tangga nelayan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah karakteristik rumah tangga nelayan yang berbeda berhubungan dengan strategi adaptasi yang dipilihnya. Selain karakteristik rumah tangga nelayan, yang akan diuji hubungannya adalah karakteristik usaha nelayan dengan strategi adaptasi. Strategi adaptasi nelayan tersebut meliputi penganekaragaman sumber pendapatan berkebun, usaha pembudidayaan rumput laut, buruh bangunan, buruh perusahaan, penganekaragaman alat tangkap, memanfaatkan hubungan sosial hubungan keluarga, hubungan kekerabatan dan pertetanggaan, mengubah daerah tangkapan, memobilisasi anggota rumah tangga untuk ikut mencari kerja, dan strategi lainnya menebang pohon di kawasan yang berstatus cagar alam tersebut.

8.1. Hubungan Usia dengan Strategi Adaptasi

Hubungan karakteristik usia responden dengan strategi adaptasi nelayan dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji Chi Square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara usia responden yang berbeda dengan strategi adaptasi yang dipilih oleh nelayan. Usia responden digolongkan kedalam tiga kategori, yakni muda, dewasa, dan tua. Sedangkan strategi adaptasi, seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dikategorikan menjadi penganekaragaman sumber pendapatan, penganekaragaman alat tangkap, mengubah daerah tangkapan, memanfaatkan hubungan sosial, memobilisasi anggota keluarga dan strategi lainnya. Tabel 13 Sebaran Strategi Adaptasi Nelayan berdasarkan Usia Usia Strategi Adaptasi Nelayan A B C D E F Muda 10 10 10 6,7 10 Dewasa 20 13,3 13,3 26,7 20 6,7 Tua 23,3 10 3,3 13,3 6,7 3,3 Jumlah 53,3 33,3 16,6 50 33,4 20 Approx.Sig. 0,196 0,592 0,289 0,915 0,670 0,120 Sumber : Data Primer diolah, 2011 Keterangan : A= Penganekaragaman Sumber Pendapatan D= Memanfaatkan Hubungan Sosial B= Penganekaragaman Alat Tangkap E= Mobilisasi Anggota Rumah Tangga C= Daerah Penangkapan F= Strategi Lainnya Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 13 diketahui bahwa strategi adaptasi dengan menganekaragamkan sumber pendapatan dilakukan oleh 10 persen usia muda, 20 persen usia dewasa, dan 23,3 persen usia tua. Strategi adaptasi menganekaragamkan alat tangkap dilakukan oleh 10 persen usia muda, 13,3 persen usia dewasa, dan 10 persen usia tua, strategi mengubah daerah tangkapan tidak dilakukan usia muda, tetapi dilakukan oleh 13,3 persen usia dewasa, dan 3,3 persen usia tua. Strategi memanfaatkan hubungan sosial dilakukan oleh 10 persen usia muda, 26,7 persen usia dewasa, dan 13,3 persen usia tua, strategi memobilisasi anggota rumah tangga dilakukan oleh 6,7 persen usia muda, 20 persen usia dewasa, dan 6,7 persen usia tua. sedangkan strategi lainnya, yakni menebang pohon mangrove dan mengandalkan batuan dilakukan oleh 10 persen usia muda, 6,7 persen usia dewasa, dan 3,3 persen usia tua. Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16 for Windows dengan model uji cross tab – chi square menemukan bahwa usia dengan strategi penganekaragaman sumber pendapatan tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv sama dengan 0,196 lebih besar 0,05. Usia dengan strategi adaptasi penganekaragaman alat tangkap tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv sama dengan 0,592 lebih besar dari α 0,05. Usia dengan strategi adaptasi mengubah daerah penangkapan tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,289 lebih besar dari α 0,05. Usia dengan strategi adaptasi memanfaatkan hubungan sosial tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,915 lebih besar dari α 0,05. Usia dengan mobilisasi anggota rumah tangga tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,670 lebih besar dari α 0,05. Sedangkan usia dengan strategi lainnya tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,120 lebih besar dari α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usia tidak berhubungan dengan pilihan-pilihan adaptasi nelayan terhadap perubahan ekologis. Uji hubungan tersebut menandakan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan strategi adaptasi nelayan. Nilai Approx.Sig. pada tabel yang lebih besar dari α 0,05 menandakan bahwa Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara usia dengan pilihan adaptasi nelayan. Hal tersebut dapat dikarenakan tidak terdapat pemisahan yang berarti antara usia muda dan tua. Dalam melakukan aktivitas melautnya, nelayan usia tua sering mengajarkan teknik-teknik melaut dan cara menghadapi tantangan- tantangan di laut kepada nelayan usia muda. 8.2.Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Strategi Adaptasi Hubungan karakteristik tingkat pendidikan responden dengan strategi adaptasi nelayan dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji Chi Square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden yang berbeda dengan strategi adaptasi yang dipilih oleh nelayan. Tingkat pendidikan responden digolongkan kedalam tiga kategori, yakni rendah tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, sedang SMP, tinggi SMA. Tabel 14 Sebaran Strategi Adaptasi Nelayan berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Strategi Adaptasi Nelayan A B C D E F Rendah 30 20 10 23,3 16,7 6,7 Sedang 20 13,3 6,7 6,7 6,7 3,3 Tinggi 3,3 20 10 10 Jumlah 53,3 33,3 16,7 50 33,4 20 Approx.Sig. 0,091 0,127 0,438 0,16 0,597 0,121 Sumber : Data Primer diolah, 2011 Keterangan : A= Penganekaragaman Sumber Pendapatan D= Memanfaatkan Hubungan Sosial B= Penganekaragaman Alat Tangkap E= Mobilisasi Anggota Rumah tangga C= Daerah Penangkapan F= Strategi Lainnya Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 14 diketahui bahwa strategi adaptasi dengan menganekaragamkan sumber pendapatan dilakukan oleh 30 persen responden berpendidikan rendah, 20 persen responden berpendidikan sedang, dan 3,3 persen responden berpendidikan tinggi. Strategi adaptasi menganekaragamkan alat tangkap dilakukan oleh dilakukan oleh 20 persen responden berpendidikan rendah, 13,3 persen responden berpendidikan sedang, dan tidak ada responden yang berpendidikan tinggi melakukan strategi ini. Pada strategi mengubah daerah tangkapan dilakukan oleh 10 persen responden berpendidikan rendah, 6,7 persen responden berpendidikan sedang, dan tidak ada responden berpendidikan tinggi yang melakukan ini. Strategi memanfaatkan hubungan sosial dilakukan oleh 23,3 persen responden berpendidikan rendah, 6,7 persen responden berpendidikan sedang, dan 20 persen responden berpendidikan tinggi. Strategi memobilisasi anggota rumah tangga dilakukan oleh 16,7 persen responden berpendidikan rendah, 6,7 persen responden berpendidikan sedang, dan 10 persen responden berpendidikan tinggi. Sedangkan strategi lainnya, yakni menebang pohon mangrove dan mengandalkan batuan dilakukan oleh 6,7 persen responden berpendidikan rendah, 3,3 persen responden berpendidikan sedang, dan 10 persen responden berpendidikan tinggi. Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16 for Windows dengan model uji cross tab – chi square didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan strategi adaptasi yang dipilih nelayan. Hasil uji hubungan antara tingkat pendidikan dengan strategi penganekaragaman sumber pendapatan menghasilkan nilai 0,091 yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan strategi penganekaragaman sumber pendapatan Pv 0,091 lebih besar dari α 0,05. Tingkat pendidikan dengan strategi adaptasi penganekaragaman alat tangkap tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv sama dengan 0,127 yang berarti lebih besar dari nilai α 0,05. Tingkat pendidikan dengan strategi adaptasi mengubah daerah penangkapan tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,438 lebih besar dari α 0,05. Tingkat pendidikan dengan strategi adaptasi memanfaatkan hubungan sosial tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,16 lebih besar dari α 0,05. Tingkat pendidikan dengan mobilisasi anggota rumah tangga tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,597 lebih besar dari α 0,05. Sedangkan tingkat pendidikan dengan strategi lainnya tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,121 lebih besar dari α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan pilihan-pilihan adaptasi nelayan terhadap perubahan ekologis. Nilai Approx.Sig. pada tabel yang lebih besar dari α 0,05 menandakan bahwa Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pilihan adaptasi nelayan. Hal ini dikarenakan pendidikan yang didapatkan oleh nelayan merupakan pendidikan Kejar Paket A, Paket B, dan Paket C yang dilaksanakan pada tahun 2010, sedangkan proses adaptasi dan pilihan-pilihan tindakan yang dilakukan nelayan telah ada jauh sebelum nelayan mengenyam pendidikan. 8.3.Hubungan antara Pengalaman sebagai Nelayan dengan Strategi Adaptasi Hubungan karakteristik pengalaman responden dengan strategi adaptasi nelayan dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji Chi Square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara pengalaman responden yang berbeda dengan strategi adaptasi yang dipilih oleh nelayan. Pengalaman responden menjadi nelayan digolongkan kedalam tiga kelompok, yakni pengalaman rendah, pengalaman sedang, dan pengalaman tinggi. Tabel 15 Sebaran Strategi Adaptasi Nelayan berdasarkan Pengalaman Melaut Pengalaman Nelayan Strategi Adaptasi Nelayan A B C D E F Rendah 10 13,3 6,7 20 13,3 6,7 Sedang 20 10 6,7 16,7 13,3 10 Tinggi 23,3 10 3,3 13,3 6,7 3,3 Jumlah 53,3 33,3 16,7 50 33,3 20 Approx. Sig. 0,069 0,953 0,861 0,904 0,689 0,579 Sumber : Data Primer diolah, 2011 Keterangan : A= Penganekaragaman Sumber Pendapatan D= Memanfaatkan Hubungan Sosial B= Penganekaragaman Alat Tangkap E= Mobilisasi Anggota Rumah tangga C= Daerah Penangkapan F= Strategi Lainnya Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 15 diketahui bahwa strategi adaptasi dengan menganekaragamkan sumber pendapatan dilakukan oleh 10 persen responden dengan pengalaman rendah, 20 persen responden berpengalaman sedang, dan 23,3 persen responden berpengalaman tinggi. Strategi adaptasi menganekaragamkan alat tangkap dilakukan oleh dilakukan oleh 13,3 persen responden berpengalaman rendah, 10 persen responden berpengalaman sedang, dan 10 persen responden yang berpengalaman tinggi. Pada strategi mengubah daerah tangkapan dilakukan oleh 6,7 persen responden dengan pengalaman rendah, 6,7 persen responden berpengalaman sedang, dan hanya 3,3 persen responden yang berpengalaman tinggi. Strategi memanfaatkan hubungan sosial dilakukan oleh 20 persen responden berpengalaman rendah, 16,7 persen responden berpengalaman sedang, dan 13,3 persen responden berpengalaman tinggi. Strategi memobilisasi anggota rumah tangga dilakukan oleh 13,3 persen responden berpengalaman rendah, 13,3 persen responden berpengalaman sedang, dan 6,7 persen responden berpengalaman tinggi. Sedangkan strategi lainnya, yakni menebang pohon mangrove dan mengandalkan batuan dilakukan oleh 6,7 persen responden berpengalaman rendah, 10 persen responden berpengalaman sedang, dan 3,3 persen responden berpengalaman tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16 for Windows dengan model uji cross tab – chi square didapatkan hasil bahwa pengalaman tidak berhubungan dengan strategi adaptasi yang dipilih nelayan. Nilai Approx.Sig. pada tabel yang lebih besar dari α 0,05 menandakan bahwa Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara pengalaman nelayan dengan pilihan adaptasi nelayan. Antara pengalaman nelayan dengan strategi penganekaragaman sumber pendapatan tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,069 lebih besar dari α 0,05. Pengalaman nelayan dengan strategi adaptasi penganekaragaman alat tangkap tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,953 lebih besar dari α 0,05. Pengalaman nelayan dengan strategi adaptasi mengubah daerah penangkapan tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,861 lebih besar dari α 0,05. Pengalaman nelayan dengan strategi adaptasi memanfaatkan hubungan sosial tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,904 lebih besar dari α 0,05. Pengalaman nelayan dengan mobilisasi anggota rumah tangga tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,689 lebih besar dari α 0,05. Sedangkan pengalaman dengan strategi lainnya tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,579 lebih besar dari α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengalaman tidak berhubungan dengan pilihan-pilihan adaptasi nelayan terhadap perubahan ekologis. Pengalaman nelayan hanya memiliki hubungan dengan persepsinya terhadap perubahan ekosistem pesisir. Sedangkan jika dikaitkan dengan strategi adaptasinya terhadap perubahan ekologis, didapatkan hasil tidak ada hubungan antara pengalaman nelayan dengan strategi adaptasi. Hal ini dapat terjadi karena karakteristik masyarakat nelayan Pulau Panjang yang bersifat komunal sehingga karakteristik individu nelayan tidak terlalu berpengaruh terhadap tindakan-tindakan adaptasinya. 8.4.Hubungan antara Jumlah Anggota Rumah Tangga dengan Strategi Adaptasi Hubungan karakteristik jumlah anggota rumah tangga responden dengan strategi adaptasi nelayan dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji Chi Square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara jumlah anggota rumah tangga responden yang berbeda dengan strategi adaptasi yang dipilih oleh nelayan. Jumlah anggota rumah tangga responden digolongkan kedalam tiga kategori, yakni jumlah anggota rumah tangga kecil, menengah, dan jumlah anggota rumah tangga besar. Tabel 16 Sebaran Strategi Adaptasi Nelayan berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga Jumlah Anggota Rumah Tangga Strategi Adaptasi Nelayan A B C D E F Kecil 20 16,7 6,7 13,3 13,3 6,7 Sedang 30 13,3 10 36,7 20 10 Besar 3,3 3,3 3,3 Jumlah 53,3 33,3 16,7 50 33,3 20 Approx. Sig. 0,992 0,425 0,807 0,117 0,584 0,547 Sumber : Data Primer diolah, 2011 Keterangan : A= Penganekaragaman Sumber Pendapatan D= Memanfaatkan Hubungan Sosial B= Penganekaragaman Alat Tangkap E= Mobilisasi Anggota Rumah tangga C= Daerah Penangkapan F= Strategi Lainnya Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 16 diketahui bahwa strategi adaptasi dengan menganekaragamkan sumber pendapatan dilakukan oleh 20 persen responden dengan jumlah anggota rumah tangga kecil, 30 persen responden jumlah anggota rumah tangga sedang, dan 3,3 persen responden jumlah anggota rumah tangga besar. Strategi adaptasi menganekaragamkan alat tangkap dilakukan oleh dilakukan oleh 16,7 persen responden dengan jumlah anggota rumah tagga kecil, 13,3 persen responden jumlah anggota rumah tangga sedang, dan 3,3 persen responden yang jumlah anggota rumah tangganya besar. Pada strategi mengubah daerah tangkapan dilakukan oleh 6,7 persen responden dengan jumlah anggota rumah tangga kecil, 10 persen responden dengan jumlah anggota rumah tangga sedang, dan tidak ada yang melakukan ini pada responden yang jumlah anggota rumah tangganya besar. Strategi memanfaatkan hubungan sosial dilakukan oleh 13,3 persen responden jumlah anggota rumah tangga kecil, 36,7 persen responden jumlah anggota rumah tangga sedang, dan tidak ada responden dengan jumlah anggota rumah tagga besar yang melakukan ini. Strategi memobilisasi anggota rumah tangga dilakukan oleh 13,3 persen responden yang memiliki jumlah anggota rumah tangga kecil, 20 persen responden dengan jumlah anggota rumah tangga sedang, dan tidak ada responden dengan jumlah anggota rumah tangga besar yang melakukan ini. Sedangkan strategi lainnya, yakni menebang pohon mangrove dan mengandalkan batuan dilakukan oleh 6,7 persen responden yang memiliki jumlah anggota rumah tangga kecil, 10 persen responden dengan jumlah anggota rumah tangga sedang, dan 3,3 persen responden dengan jumlah anggota rumah tangga besar. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16 for Windows dengan model uji cross tab – chi square didapatkan hasil bahwa jumlah anggota rumah tangga tidak berhubungan dengan strategi adaptasi yang dipilih nelayan. Nilai Approx.Sig. pada tabel yang lebih besar dari α 0,05 menandakan bahwa Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara jumlah anggota rumah tangga nelayan dengan pilihan adaptasinya. Antara jumlah anggota rumah tangga dengan strategi penganekaragaman sumber pendapatan tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,992 lebih besar dari α 0,05. Jumlah anggota rumah tangga dengan strategi adaptasi penganekaragaman alat tangkap tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,425 lebih besar dari α 0,05. Jumlah anggota rumah tangga dengan strategi adaptasi mengubah daerah penangkapan tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,807 lebih besar dari α 0,05. Jumlah anggota rumah tangga dengan strategi adaptasi memanfaatkan hubungan sosial tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,117 lebih besar dari α 0,05. Jumlah anggota rumah tangga dengan mobilisasi anggota rumah tangga tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,584 lebih besar dari α 0,05. Sedangkan jumlah anggota rumah tangga dengan strategi lainnya tidak terdapat hubungan dengan nilai Pv 0,547 lebih besar dari α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota rumah tangga nelayan tidak berhubungan dengan pilihan-pilihan adaptasinya terhadap perubahan ekologis.

8.5. Hubungan Tingkat Teknologi Penangkapan dengan Strategi Adaptasi