distress yang juga dapat menciptakan keraguan dari pihak investor dan kreditor untuk memberikan danaya karena tidak adanya kepastian atau return dana yang
telah diberikan.
2.1.2 Financial Distress
Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan yang krisis atau tidak sehat. Kondisi financial distress dapat terjadi
sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan, dimana kebangkrutan ini dapat diartikan sebagai suatu keadaan saat perusahaan gagal atau tidak mampu lagi
memenuhi kewajiban-kewajiban debitur karena perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk melanjutkan kehidupan perusahaannya lagi. Model
financial distress perlu dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress dengan sejak dini perusahaan diharapkan dapat melakukan
tindakan-tindakan untuk mengantisipasi terjadinya keadaan perusahaan dalam mengarah pada kebangkrutan Purwanti, 2005.
Menurut Mamduh 2007:278, financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek sampai insolvabel.
Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya bersifat jangka pendek, tetapi bisa berkembang menjadi parah. Indikator kesulitan keuangan dapat dilihat dari
analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan. Financial distress merupakan suatu penurunan kinerja atau laba Wruck, 1990
dalam Parulian, 2007 dan apabila selama dua tahun berturut-turut mengalami laba operasi negatif maka perusahaan dikategorikan dengan financial distress
Elloumi dan Gueyie, 2001 dalam Parulian, 2007. Dan terdapat definisi perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan yaitu perusahaan yang
memiliki interest coverage ratio rasio laba usaha terhadap biaya bunga kurang dari satu Classens et al., 1999 dalam Wardhani, 2006. Financial distress adalah
tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi Platt dan Platt, 2002
dalam Atmini, 2005. Kondisi ini biasanya ditandai dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas produk yang menurun dan penundaanpembayaran tagihan
dari bank. Jika kondisi financial distress ini sejak awal diketahui, maka diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga
perusahaan tidak akan masuk ke tahap kesulitan yang lebih berat seperti kebangkrutan atau likuidasi.
Menurut Brahmana 2007, financial distress terjadi karena perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan kinerja keuangan perusahaannya
yang bermula dari kegagalan dalam mempromosikan produk yang dibuatnya yang menyebabkan turunnya penjualan sehingga dengan pendapatan yang menurun dari
sedikitnya penjualan memungkinkan perusahaan mengalami kerugian operasional dan kerugian bersih untuk tahun yang berjalan. Lebih lanjut, dari kerugian yang
terjadi akan mengakibatkan defisiensi modal dikarenakan penurunan nilai saldo laba yang terpakai untuk melakukan pembayaran dividen, sehingga total ekuitas
secara keseluruhan pun akan mengalami defisiensi. Jika hal ini terus terjadi, maka tidak mustahil bahwa suatu saat total kewajiban perusahaan akan melebihi total
aktiva yang dimilikinya. Kondisi seperti yang telah disebutkan di atas mengasosiasikan suatu perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan
financial distress yang pada akhirnya jika perusahaan tidak mampu keluar dari kondisi tersebut di atas, maka perusahaan tersebut akan mengalami kepailitan.
Kondisi financial distress suatu perusahaan dapat diprediksi dan harus diperhatikan oleh banyak pihak. Dan pihak-pihak yang menggunaan model
tersebut meliputi Purwanti, 2005 : 1. Pemberi pinjaman
Penelitian yang berkaitan dengan prediksi financial distress mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan
apakah akan memberi suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
2. Investor Prediksi financial distress memiliki model yang dapat membantu investor
ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan
membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan
perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah Prediksi financial distress juga penting bagi pemerinta dan antitrust
regulation. 5. Auditor
Model prediksi financial distress dapat menjadi alat berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
6. Manajemen Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, perusahaan akan menanggung
biaya langsung fee akuntan dan pengacara dan biaya tidak langsung kerugian penjualan atau kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan
sehingga karena adanya model prediksi financial distress, maka diharapkan agar perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis dapat
menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan.
Financial distress terjadi saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang dapat disebabkan oleh berbagai macam akibat. Dan salah satu penyebab
kesulitan keuangan perusahaan, yakni karena adanya serangkaian kesalahan yang terjadi di dalam perusahaan, pengambilan keputusan yang kurang tepat oleh
manajer, dan kelemahan lain yang saling berhubungan yang dapat menyumbang baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap manajemen perusahaan,
serta penyebab lainnya adalah karena kurangnya tindakan pengawasan terhadap
kondisi keuangan, sehingga penggunaan dana perusahaan kurang sesuai dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan Brighman Daves, 2003. Hal ini memberi
kesimpulan bahwa tidak ada jaminan perusahaan besar untuk dapat terhindar dari masalah kesulitan keuangan, hal ini dikarenakan financial distress berkaitan
dengan kondisi keuangan perusahaan dimana setiap perusahaan pasti akan berurusan dengan keuangan untuk mencapai target laba dan kelangsungan hidup
perusahaan. Pada penelitian ini mendefinisikan perusahaan yang mengalami financial distress menggunaan ineterst coverage ratio. Interest coverage ratio
merupakan suatu rasio yang menunjukkan seberapa kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran bunga hutang yang dimilikinya. Dan suatu
perusahaan dianggap sedang mengalami financial distress jika memiliki interest coverage ratio ICR yang kurang dari 1, sedangkan secara idealnya harus
memiliki ICR lebih dari 1,5 agar dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam keadaan baik. Untuk menghitung ICR adalah :
ICR =
2.1.3 Likuiditas