distress, sedangkan likuditas dan arus kas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi financial distress.
4.3.1 Likuditas
Variabel Rasio Likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan pada probabilitas 0,329 0,05 koefisien regresi adalah sebesar
0,409 dan bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis H
1
dalam penelitian ini dapat diterima dan terbukti bahwa rasio likuiditas yakni rasio aset lancar terhadap hutang lancar tidak dapat
digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu Hanifah et
al 2013 dan Widarjo et al 2009 yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi
financial distress. Likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam
memprediksi kondisi financial distress dikarenakan tidak adanya perbedaan yang berarti antara likuditas perusahaan yang
mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Ketentuan rasio likuiditas yang
dianggap baik adalah berada pada kisaran 2, artinya setiap 1 hutang lancar yang dimiliki perusahaan maka tersedia 2 aset lancar untuk
menutupinya. Hal ini akan lebih menjamin bahwa perusahaan akan mampu melunasi kewajiban lancarnya yang jatuh tempo secara
tepat waktu sehingga potensi financial distress akan semakin kecil.
Namun rata-rata likuiditas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2010 hingga 2012 berada di atas 2, yang berarti
akitva lancar perusahaan mampu untuk menutupi kewajiban lancar perusahaan. Dari keseluruhan sampel yang diteliti dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang cukup signifikan pada rasio likuiditas perusahaan yang mengalami financial distress
dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Berdasarkan teori keagenan, diketahui bahwa agent
bertanggung jawab terhadap principal. Dan salah satu bentuk pertanggungjawaban tersebut melalui laporan keuangan
perusahaan, termasuk menunjukkan berapa jumlah kewajiban perusahaan. Dengan kemampuan perusahaan yang baik dalam
membayar kewajiban dari aktiva lancar yang dimiliki, maka agent telah berhasil menjalankan perannya, dan keberhasilan tersebut
dapat menarik perhatian principal serta investor untuk berinvestasi. 4.3.2
Laba
Variabel Laba memiliki tingkat signifikansi yang paling tinggi dibandingkan dengan variabel lainnya. Variabel Laba
signifikan pada probabilitas 0,000 0,05 dengan koefisien regresi adalah sebesar 179,730 dan bertanda negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis H
2
dalam penelitian ini dapat diterima dan terbukti bahwa rasio laba sebelum pajak terhadap
total aset dapat digunakan dalam memprediksi kondisi financial
distress perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu Atmini 2005 dan Wahyuningtias 2010 yang menyatakan bahwa
laba sebelum pajak berpengaruh secara signifikan terhadap financial distress.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa model financial distress dengan pertimbangan terjadinya penurunan laba
dapat dijelaskan oleh laporan laba rugi sebelum pajak yang dimiliki oleh perusahaan. Alasan yang cukup mendasar atas
diperolehnya hasil yang signifikan adalah bahwa nampaknya kondisi keuangan yang agak memprihatinkan dari suatu
perusahaan, akan menjadikan sinyal atau early warning peringatan dini bagi perusahaan bahwa mereka dapat mengalami tekanan
keuangan atau financial distress. Salah satu kegunaan dari informasi laba yaitu untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembagian deviden kepada para investor. Laba bersih suatu perusahaan digunakan
sebagai dasar pembagian deviden kepada investornya. Jika laba bersih yang diperoleh perusahaan sedikit atau bahkan mengalami
rugi maka pihak investor tidak akan mendapatkan deviden. Hal ini jika terjadi berturut-turut akan mengakibatkan para investor
menarik investasinya karena mereka menganggap perusahaan tersebut mengalami kondisi permasalahan keuangan atau financial
distress. Kondisi ini ditakutkan akan terus menerus terjadi yang
nantinya akan berakhir pada kondisi kebangkrutan. Oleh karena itu, agent harus mengelola perusahaan dengan baik agar dapat
mengendalikan kondisi perusahaan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
4.3.3 Arus Kas