jurnal, literature ilmiah, penelitiaan terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan serta data-data yang diperoleh dari media internet.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka yakni pengumpulan
data pendukung berupa literatur, penelitian terdahulu, dan laporan- laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran penelitian
ini. b. Tahap kedua dilakukan melalui pengumpulan data sekunder yang
diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui www.idx.co.id.
3.9 Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam
menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik.
3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deksriptif merupakan metode-metode statistik yang berfungsi untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan. Suatu data dapat
dideskripsikan melalui mean, standar deviasi, varian, maksimum atau nilaai tertinggi pada data, minimum atau nilai terendah pada ata, sum, range, swekness,
dan kurtosis Ghozali, 2011.
3.9.2 Uji Asumsi Klasik
Model penelitian sebaiknya diuji terlebih dahulu asumsi klasiknya untuk memastikan tidak adanya bias atau rancu yang dapat membuat hasil
penelitian menjadi tidak akurat Sunjoyo dkk. 2013:54. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji multikolinieritas.
3.9.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau
mendekati normal Ghozali,50 : 2011. Sedangkan menurut Erlina 2008:102 “tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”.
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis
grafik yaitu pada Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual. Apakah titik menyebar di sekitar garis diagonal maka data
telah berdistribusi normal. Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual.
3.9.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan mengamati grafik Scaterplot antara nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar yang digunakan untuk
menentukan heteroskedastisitas antara lain :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian
menyempit, maka mengindikasikan telah heteroskedastisita. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.9.2.3 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Erlina
2008 : 105 “uji multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel
independen”. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Sementara Menurut Gozhali 2006
menyatakan bahwa: Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihat dari :
1 nilai tolerance dan lawannya, dan 2 Variance Inflation Factor VIF.
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF = 1 tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan VIF 10.
3.9.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik logistic regression yaitu peneliti ingin menguji apakah probabilitias terjadinya
variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Pada pengujian ini dilakukan dengan mengkategorikan variabel terikatnya ke dalam kelompok-
kelompok tertentu, yaitu financial distress dan non financial distress.
3.9.3.1 Analisis Regresi Logistik
Dalam menguji hipotesis dengn menggunakan logistic regression dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
a. Menilai Model Regresi Logistic regression merupakan model regresi yang telah mengalami
modifikasi, sehingga karakteristiknya sudah tidak lagi sama dengan modelnya yang sederhana atau berganda. Oleh karena itu, penentuan
siginifikansinya secara statistik berbeda. Kesesuaian model Goodness of Fit dapat dilihat dari
ataupun F-Test. Untuk menilai Model Fit ditunjukkan dengan Log Likelihood Value nilai -
2LL, yaitu dengan cara membandingkan antara konstanta dengan nilai -2LL. Sedangkan, pada saat block number = 1, dimana model
memasukkan konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai -2LL block nimber = 0 lebih besar dari nilai -2LL block number = 1, maka
menunjukkan model regresi yang baik sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi semakin baik.
b. Menguji Koefesien Regresi Pengujian koefesien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh
semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Koefesien regresi dapat
ditentukan dengan menggunakan Wald Statistic dan nilai probabilitas Sig dengan cara nilai Wald Statistic dibandingkan
dengan Chi-Square tabel, sedangkan nilai probabilitas Sig dibandingkan dengan tingkat signifikasi α. Untuk menentukan
penerimaan atau penolakan Ho didasarkan pada tingakt signifikasi α 5, dengan kriteria :
1. Ho tidak dapat ditolak apabila nilai Asymptotic Significance tingkat signifikansi α. Hal ini berarti H alternatif ditolak atau
hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat ditolak.
2. Ho ditolak apabila nilai Asymptotic Significance tingkat signifikansi α. Hal ini berarti H alternatif diterima atau
hipotesis yang menyatakan variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat diterima.
c. Estimasi parameter dan Interpretasinya Estimasi maksimum Likelihood parameter dari model dapat dilihat
pada tampilan output variable in the equation. Sedangkan untuk perhitungan logistic regression dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut : Ln =
=DISTRESSED= β
+ β
1
LIKUID
1
+ β
2
EBT
2
+ β
3
CF
3
+ e
Keterangan : : Probabilitas perusahaan mengalami financial distress
β : Konstanta
β
1
, β
2,
β
3
: Koefesien regresi LIKUID : Rasio Likuiditas
EBT :Rasio Laba
CF : Rasio Arus Kas
e : Error
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Laporan keuangan memberikan data-data yang relevan mengenai kinerja perusahaan, maka dapat melakukan dalam mengukur kemampuan perusahaan
untuk bertahan. Kondisi financial distress merupakan salah satu kondisi dimana suatu perusahaan dapat dikategorikan dalam kondisi yang mengalami tekanan
dalam hal keuangannya. Jika perusahaan banyak mengalami financial distress dalam jangka waktu yang lama, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berada di
batas kebangkrutan. Sebagaimana berdasarkan tujuan penelitian ini, dimana pengujian terhadap terjadinya kondisi financial distress akan dibuktikan
dipengaruhi oleh rasio likuiditas, laba dan arus kas yang dimiliki oleh perusahaan. Jumlah perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini bervariasi yang diperoleh
dari perusahaan yang terdaftar di BEI dengan periode penelitian tahun 2010-2012. Sebagaimana sejalan dengan tujuan penelitian ini, maka dari seluruh
sampel terlebih dahulu diteliti apakah perusahaan mengalami kondisi financial distress atau tidak. Dan total sampel data sebanyak 225 dari penelitian tahun 2010
hingga 2012 untuk memprediksikan financial distress. Selanjutnya akan ditinjau pula terhadap rasio likuiditas, rasio dari laba sebelum pajak terhadap total aset dan
rasio dari arus kas terhadap total aset. Ketiga variabel tersebut digunakan sebagai prediktor dan selanjutnya akan diuji apakah kondisi keuangan tersebut akan
mempengaruhi kondisi financial distress yang terjadi.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Uji Statistik Deskriptif
Deskriptif statistik menjelaskan besarnya nilai rata-rata, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum untuk variabel-variabel kecuali variabel
dummy. Hasil statistik deskriptif disajikan pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Deskriptif Statistik Variabel Penelitian N = 75
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
Likuiditas 225
,4800 7,5152
2,1347 1,4392
Laba 225
-,1147 1,0815
,1306 ,1379
Arus Kas 225
,0003 ,5836
,1046 ,1095
Financial Distress
225 1
,07 ,258
Valid N listwise
225
Sumber : Output SPSS 18, Diolah 2015 Berikut ini adalah perincian deskriptif dari data yang telah diolah :
1. Variabel Likuiditas memiliki jumlah sampel N sebanyak 225, dengan nilai minimum 0,48 dan nilai maksimum 7,5152 serta mean nilai rata-
rata 2,1347. Standard deviation simpangan baku variabel ini adalah 1,4392.
2. Variabel Laba memiliki jumlah sampel N sebanyak 225, dengan nilai minimum -0,1147 dan nilai maksimum 1,0815 serta mean nilai rata-
rata 0,1306. Standard deviation simpangan baku variabel ini adalah 0,1379.
3. Variabel Arus Kas memiliki jumlah sampel N sebanyak 225, dengan nilai minimum 0,0003 dan nilai maksimum 0,5836 serta mean nilai
rata-rata 0,1046. Standard deviation simpangan baku variabel ini adalah 0,1095.
4. Variabel Likuiditas memiliki jumlah sampel N sebanyak 225, dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 serta mean nilai rata-rata
0,07. Standard deviation simpangan baku variabel ini adalah 0,258.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis
grafik yaitu pada Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual. Apakah titik menyebar di sekitar garis diagonal maka data telah
berdistribusi normal. Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual.
Gambar 4.1 :Pegujian Normalitas.
Sumber : Output SPSS 18, Diolah 2015 Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar mengikuti
data di sepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal.
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan grafik dan analisis statistic berupa Uji Glejser. Melalui analisis grafik, suatu model
regresi dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas jika titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang
jelas serta tersebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y.
Scatterplot
Gambar 4.2 : Pengujian Heteroskedastisitas.
Sumber : Output spss 18, Diolah 2015 Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik menyebar secara acak
dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini tidak terjadi
heteroskedasitisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memperdiksi kondisi financial distress pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan variabel independennya.
4.2.2.3 Uji Multikolinieritas
Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF Variance Inflation Factor. Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel indenpenden manakah yang dijelaskan oleh variabel dependen lainnya. Tolerance adalah mengukur
variabalitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai yang dipakai untuk Tolerance 0,10
dan VIF 10, maka tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 4. 2 Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Likuiditas
,552 1,810
Laba Bersih ,857
1,167 Arus Kas
,529 1,892
a. Dependent Variable: Financial Distress Sumber : Output SPSS 18, Diolah 2015
Pada tabel 4.2 memperlihatkan semua nilai variabel independen memiliki nilai Tolerance 0,1 dan VIF 10,00. dimana nilai tolerance
variabel Rasio Likuiditas 0,552 1,0; nilai tolerance Laba Bersih 0,857 0,1 dan nilai tolerance Arus Kas 0,529 1.00 demikian juga nilai
VIF variabel Rasio Likuiditas 1,810 10,00; nilai VIF Laba Bersih 1,167 10,00 dan nilai VIF Arus Kas 1,892 10,00. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini berarti tidak terjadi multikolinieritas.
4.2.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis adanya pengaruh rasio laba sebelum pajak dan arus kas terhadap terjadinya financial distress akan digunakan analisis regresi
logistik.
4.2.3.1 Analisis Regresi Logistik
Penggunaan analisis regresi logistik ini adalah karena variabel terikat yaitu financial distress adalah merupakan data yang berbentuk
dummy, dimana variabel ini merupakan variabel yang dinyatakan dalam
nilai 0 untuk menunjukkan perusahaan dalam kondisi sehat non financial distress dan nilai 1 yang menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi
financial distress.
4.2.3.1.1 Uji Kelayakan Model Penelitian Goodness of Fit
Pengujian regresi logistik juga diuji terhadap ketepatan antara prediksi model regresi logistik dengan data hasil pengamatan
yang dinyatakan dalam uji kelayakan model goodness of fit. Pengujian ini diperlukan untuk memastikan tidak adanya kelemahan
atas kesimpulan model yang diperoleh. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pengujian terhadap nilai -2 log likelihood. Nilai
-2 log likelihood yang rendah menunjukkan bahwa model akan semakin fit.
Tabel 4.3 Hasil Uji Likelihood
-2 log likelihood Awal Block Number 0 115,427
-2 log likelihood Awal Block Number 1 36,107
Pengujian pada blok 0 atau pengujian dengan tidak memasukkan seluruh prediktor diperoleh nilai -2 log likelihood
sebesar 115,427. Nilai tersebut tidak mengalami penurunan rendah yang menunjukkan sebagai model yang belum dapat menjelaskan
hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya. Sedangkan pada blok 1 setelah memasukkan variabel
likuiditas, laba dan arus kas ke dalam model diperoleh nilai -2 log likelihood sebesar 36, 107. Hal ini menunjukkan ada penurunan nilai
-2 log likelihood yang cukup besar yang memungkinkan akan semakin adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya.
Penentuan nilai -2 log likelihood tersebut disajikan dalam nilai chi-square dalam omnibus test of model coefficient. Uji
kemaknaan koefesien regresi secara keseluruhan dari 3 prediktor secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan omnibus test of
model coefficient. Hasil pengujian omnibus test diperoleh nilai chi- square penurunan nilai -2 likelihood sebesar 79,32 dengan
signifikansi sebesar 0,000. Dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-
sama financial distress dapat diprediksi oleh ketiga prediktor dalam model.
Tabel 4.4 Nilai Chi-Square
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df
Sig. Step 1
Step 79,319
3 ,000
Block 79,319
3 ,000
Model 79,319
3 ,000
Sumber : Output SPSS 18, Diolah 2015 Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa korelasi
bersama likuiditas, laba, dan arus kas terhadap financial distress denan teknik Chi-Square didapat nilai Chi-Square 79,319 dengan nilai
Sig 0,000 0,05 berarti secara bersama-sama bahwa likuiditas, laba, dan arus kas berhubungan dengan financial distress.
4.2.3.1.2 Uji Koefesien Secara Parsial
Hasil empiris model regresi logistik dengan variabel rasio keuangan sebagai prediktor kondisi kesulitan keuangan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012 adalah :
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Analisis Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E.
Wald df
Sig. ExpB
St e
p 1
a
Likuiditas ,409
,419 ,952
1 ,329
1,505 Laba
- 179,730
48,596 13,679
1 ,000
,000
ArusKas 5,479 12,072
,206 1
,650 239,517 Constant
1,802 1,080 2,785
1 ,095
6,060 a. Variables entered on step 1: Likuiditas, Laba, ArusKas.
Sumber : Output SPSS 18, Diolah 2015 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa dapat
dibentuk persamaa regresi logitik yang digunakan dalam penelitian ini:
Ln = = 1,802 + 0,409X1 - 179,730X2 + 5,479 X3 + e
Keterangan :
: Financial Distress
X1 :
Likuiditas X2
: Laba
X3 :
Arus Kas
Konstanta sebesar1,802 menyatakan bahwa jika tidak diperhitungkan nilai likuiditas, laba, dan arus kas, maka kemungkinan
financial distress sebesar 1,802. Model di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Variabel X1 likuiditas menunjukkan nilai koefesien sebesar 0,409
dengan tingkat signifikan 0,329 lebih besar dari 0,05 5 artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefesien
positif dan tidak signifikan terhadap financial distress. Tanda positif pada koefesien likuiditas menunjukkan bahwa semakin
tinggi likuiditas perusahaan maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya financial distress.
2. Variabel X2 laba menunjukkan koefesien sebesar -179,730
dengan tingkat signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 5 artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefesien
negatif dan signifikan terhadap financial distress. Tanda negatif pada koefesien laba menunjukkan bahwa semakin tinggi laba
perusahaan maka akan menurunkan kemungkinan terjadinya financial distress.
3. Variabel X3 arus kas menunjukkan koefesien sebesar 5,479
dengan tingkat signifikan 0,65 lebih besar dari 0,05 5 artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefesien
positif dan tidak signifikan terhadap financial distress. Tanda positif pada koefesien arus kas menunjukkn bahwa semakin tinggi
arus kas maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya financial distress. Nilai signifikan yang berada di atas 0,05
menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan arus kas terhadap financial distress.
4.2.3.1.3 Koefesien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya variasi prediksi dari kedua variabel tersebut terhadap financial distress dapat dilihat dari nilai
R square. T
Tabel 4.6 menunjukkan koefesien determinan regresi logistik yakni 0,740 sehingga dapat dikatakan kontribusi variabel
likuiditas, laba dan arus kas terhadap financial distress adalah sebesar 74.
4.2.3.1.4 Tabel Klasifikasi
Untuk memperjelas gambaran atas ketepatan model regresi logistik dengan data observasi dapat ditunjukkan dengan
tabel klasifikasi yang berupa tabel tabulasi silang antara hasil
Tabel 4.6 Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 36,107
a
,297 ,740
prediksi dan hasil observasi. Tabulasi silang sebagai konfirmasi tidak adanya perbedaan yang signifikan antara data hasil observasi dengan
data prediksi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.7 Kemampuan Prediksi Model Regresi Logistik
Classification Table
a
Observed Predicted
Financial Distress Percenta
ge Correct
Non Financial
Distress Financia
l Distress
Ste p 1
Financial Distress
Non Financial Distress 206
3 98,6
Financial Distress 6
10 62,5
Overall Percentage 96,0
a. The cut value is ,500 Sumber : Output SPSS 18, Diolah 2015
Berdasarkan tabel di atas tentang persentase ketepatan model dalam mengklasifikasi percentage correct observasi adalah 96 artinya dari 225
sampel ada 216 sampel observasi yang tepat pengklasifikasiannya oleh model regresi logistik.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel variabel laba berpengaruh secara signifikan mempengaruhi prediksi financial
distress, sedangkan likuditas dan arus kas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi financial distress.
4.3.1 Likuditas
Variabel Rasio Likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan pada probabilitas 0,329 0,05 koefisien regresi adalah sebesar
0,409 dan bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis H
1
dalam penelitian ini dapat diterima dan terbukti bahwa rasio likuiditas yakni rasio aset lancar terhadap hutang lancar tidak dapat
digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu Hanifah et
al 2013 dan Widarjo et al 2009 yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi
financial distress. Likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam
memprediksi kondisi financial distress dikarenakan tidak adanya perbedaan yang berarti antara likuditas perusahaan yang
mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Ketentuan rasio likuiditas yang
dianggap baik adalah berada pada kisaran 2, artinya setiap 1 hutang lancar yang dimiliki perusahaan maka tersedia 2 aset lancar untuk
menutupinya. Hal ini akan lebih menjamin bahwa perusahaan akan mampu melunasi kewajiban lancarnya yang jatuh tempo secara
tepat waktu sehingga potensi financial distress akan semakin kecil.
Namun rata-rata likuiditas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2010 hingga 2012 berada di atas 2, yang berarti
akitva lancar perusahaan mampu untuk menutupi kewajiban lancar perusahaan. Dari keseluruhan sampel yang diteliti dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang cukup signifikan pada rasio likuiditas perusahaan yang mengalami financial distress
dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Berdasarkan teori keagenan, diketahui bahwa agent
bertanggung jawab terhadap principal. Dan salah satu bentuk pertanggungjawaban tersebut melalui laporan keuangan
perusahaan, termasuk menunjukkan berapa jumlah kewajiban perusahaan. Dengan kemampuan perusahaan yang baik dalam
membayar kewajiban dari aktiva lancar yang dimiliki, maka agent telah berhasil menjalankan perannya, dan keberhasilan tersebut
dapat menarik perhatian principal serta investor untuk berinvestasi. 4.3.2
Laba
Variabel Laba memiliki tingkat signifikansi yang paling tinggi dibandingkan dengan variabel lainnya. Variabel Laba
signifikan pada probabilitas 0,000 0,05 dengan koefisien regresi adalah sebesar 179,730 dan bertanda negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis H
2
dalam penelitian ini dapat diterima dan terbukti bahwa rasio laba sebelum pajak terhadap
total aset dapat digunakan dalam memprediksi kondisi financial
distress perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu Atmini 2005 dan Wahyuningtias 2010 yang menyatakan bahwa
laba sebelum pajak berpengaruh secara signifikan terhadap financial distress.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa model financial distress dengan pertimbangan terjadinya penurunan laba
dapat dijelaskan oleh laporan laba rugi sebelum pajak yang dimiliki oleh perusahaan. Alasan yang cukup mendasar atas
diperolehnya hasil yang signifikan adalah bahwa nampaknya kondisi keuangan yang agak memprihatinkan dari suatu
perusahaan, akan menjadikan sinyal atau early warning peringatan dini bagi perusahaan bahwa mereka dapat mengalami tekanan
keuangan atau financial distress. Salah satu kegunaan dari informasi laba yaitu untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembagian deviden kepada para investor. Laba bersih suatu perusahaan digunakan
sebagai dasar pembagian deviden kepada investornya. Jika laba bersih yang diperoleh perusahaan sedikit atau bahkan mengalami
rugi maka pihak investor tidak akan mendapatkan deviden. Hal ini jika terjadi berturut-turut akan mengakibatkan para investor
menarik investasinya karena mereka menganggap perusahaan tersebut mengalami kondisi permasalahan keuangan atau financial
distress. Kondisi ini ditakutkan akan terus menerus terjadi yang
nantinya akan berakhir pada kondisi kebangkrutan. Oleh karena itu, agent harus mengelola perusahaan dengan baik agar dapat
mengendalikan kondisi perusahaan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
4.3.3 Arus Kas