Persentase Hidup dan Keutuhan Membran Spermatozoa

26 Penyimpanan H-3 dan H-4 tidak memperlihatkan adanya motilitas lagi 0 dikarenakan sebagian besar spermatozoa telah mengalami aglutinasi antar kepala sehingga hanya dapat bergerak di tempat. Menurut WHO 2010, aglutinasi ditunjukkan oleh menempelnya spermatozoa motil satu sama lain, baik antar kepala, antar ekor, maupun kepala dengan ekor. Aglutinasi dapat berpengaruh terhadap penilaian motilitas. Aglutinasi dapat terjadi akibat lipoprotein yang membungkus permukaan sperma. Selama pematangan beberapa unsur merembes keluar dari permukaan spermatozoa dan cenderung saling menarik satu sama lain atau mengalami aglutinasi Toelihere 1993. Terdapat kecenderungan penurunan yang lebih cepat pada perlakuan FdL. Sebagai mana diketahui, daun kaatuk mengandung suatu alkaloid yaitu Papaverine Lie Compound . Diduga besar bahwa alkaloid itulah yang merupakan penyebab menurunnya motilitas spermatozoa. Alkaloid dapat mengganggu aktifitas enzim ATP-ase yang ada dalam membran sel sperma ATP-ase ini ada di bagian tengah ekor sperma dan berfungsi mempertahankan homeostatis internal untuk ion natrium dan kalium. Motilitas sperma sangat bergantung pada komposisi ion natrium dan kalium. Dengan demikian kalau aktifitas enzim ATP- ase ini terganggu maka homeostatis ion natrium dan kalium akan terganggu, sehingga motilitas sperma juga akan terganggu Grady dan Nelson 1972. Hafez dan Hafez 2000 menyatakan bahwa faktor endogen yang mempengaruhi motilitas spermatozoa antara lain umur, persediaan energi ATP, pematangan spermatozoa serta integritas membran sel. Faktor eksogen yang mempengaruhi motilitas spermatozoa antara lain faktor fisiologis dan biofisik viskositas, osmolaritas, pH, temperatur, komposisi ion, dan lainnya, stimulusinhibin ion inorganik, hormon, kinin, neurofarmakologi, polusi lingkungan, dan faktor imunokimia, dan cairan penangguh plasma epididimis, dan seminal plasma.

4.3 Persentase Hidup dan Keutuhan Membran Spermatozoa

Evaluasi terhadap persentase spermatozoa hidup dan keutuhan membran merupakan pemeriksaan penting dalam menilai kualitas spermatozoa. Eosin- nigrosin digunakan untuk menilai perubahan membran sel akibat kerusakan atau 27 kematian sel dengan cara masuk melalui membran sel yang rusak sehingga mewarnai kepala spermatozoa. Sementara itu Hypoosmotic swelling HOS test dapat menentukan keutuhan maupun kemampuan osmotik membran spermatozoa sehingga membran sel yang baik akan mampu menahan cairan yang telah masuk ke dalam membran ekor spermatozoa Regina dan Turner 2005. Data hasil pengamatan disajikan dalam Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 Persentase hidup spermatozoa di kauda epididimis setelah pemberian fraksi ekstrak daun katuk Perlakuan Waktu Penyimpanan H- 1 2 3 4 Kontrol 91.0±4.3 79.9±12.7 75.9±5.3 61.5±16.7 63.3±18.8 FL 88.2±3.5 79.2±5.4 82.0±6.7 77.4±5.5 68.9±10.0 FdL 85.7±2.9 75.6±9.7 79.7±6.3 81.0±3.5 68.6±4.5 Tabel 4 Persentase keutuhan membran spermatozoa di kauda epididimis setelah pemberian fraksi ekstrak daun katuk Perlakuan Waktu Penyimpanan H- 1 2 3 4 Kontrol 45.3±21.9 30.1±11.7 47.3±14.3 38.2±9.6 17.0±12.7 FL 35.5±22.5 36.3±29.5 59.4±17.1 31.2±10.5 24.9±16.9 FdL 56.3±33.14 27.8±15.1 55.5±16.8 37.6±9.6 26.5±16.1 Persentase spermatozoa hidup dan keutuhan membran antar kelompok perlakuan dan terhadap kontrol menunjukkan tidak adanya perbedaan secara nyata. Selain itu terlihat secara umum terjadi kecenderungan penurunan persentase hidup dan keutuhan membran pada kelompok yang normal terjadi akibat masa penyimpanan. Menurut Rizal dan Herdis 2005, diduga banyak spermatozoa yang mati akan menjadi racun bagi spermatozoa yang masih hidup selama proses penyimpanan. Nolan dan Hammerstedt 1997 juga menyatakan bahwa seiring dengan proses pematangan spermatozoa di dalam epididimis, juga terjadi perubahan komposisi senyawa penyusun membran plasma sel. Sebagian kolesterol yang terdapat pada membran plasma sel diserap, sehingga rasio antara asam lemak tak jenuh dan kolesterol meningkat. Hal ini menyebabkan membran plasma sel menjadi kurang stabil dikarenakan permeabilitas meningkat sehingga membran sel mudah rusak. 28 Namun, spermatozoa yang hidup dan yang memiliki membran yang utuh pada kelompok perlakuan cenderung lebih banyak dibandingkan kontrol walaupun tidak signifikan. Hal tersebut diduga akibat tingginya kandungan antioksidan dalam ekstrak daun katuk yang diduga dapat meningkatkan kekuatan membran sel spermatozoa sehingga daya tahan spermatozoa meningkat. Diduga, tingginya konsentrasi vitamin E yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi vitamin E dalam plasma darah. Vitamin E adalah antioksidan yang bekerja sebagai pemutus rantai ikatan sehingga menetralisir peroksidasi hidrogen dan melindungi membran plasma dari peroksidasi lipid. Vitamin E dapat ditemukan dalam membran sel Agarwal et al. 2004 sehingga diduga selama pembentukan spermatozoa, vitamin E dalam berbagai bentuk turut menyusun membran sel spermatozoas sehingga diduga selama transportasi dalam epididimis membran sel spermatozoa lebih kuat. Vitamin C juga merupakan antioksidan penting dalam cairan ekstraselular dan memiliki kemampuan menetralisir radikal hidroksil, superoksida, dan hidrogen peroksidasi Agarwal et al. 2004. Pemberian suplemen yang kaya akan vitamin C dapat meningkatkan konsentrasi vitamin C dalam plasma darah dan testes Sönmez et al. 2004. Diduga secara langsung maupun selama sekresi plasma epididimis oleh sel epitel terjadi peningkatan konsentrasi vitamin C dalam plasma epididimis. Peningkatan konsentrasi vitamin C dalam plasma epididimis menyebabkan kondisi epididimis yang lebih baik dalam mempertahankan spermatozoa. Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang mudah larut dalam pelarut polar lipid misalnya heksan sehingga kemungkinan besar FL mengandung banyak vitamin E. Sementara itu vitamin C kemungkinan besar lebih mudah dipisahkan dengan pelarut polar misalnya etanol sehingga kemungkinan besar FdL mengandung banyak vitamin C. Tingginya nilai persentase hidup dan keutuhan membran secara umum pada spermatozoa penelitian ini diduga akibat spermatozoa tersimpan dalam duktus epididimis. Sel-sel epitel epididimis aktif mensekresikan cairan yang dibutuhkan dalam menjada kondisi lingkungan mikro epididimis sehingga dapat mempertahankan kehidupan spermatozoa selama berada di epididimis Robaire 29 dan Hinton 2002. Plasma epididimis mengandung antioksidan seperti fosfolipid hidroperoksidase dan glutation peroksidase. Selain itu dalam sel epitel epididimis terdapat tembaga-zinc sitoplasmik dan superoksida dismutase Agarwal et al. 2004. Epididimis juga mengatur tingkat metabolisme spermatozoa dengan menahan tingkat metabolisme 3 sampai 5 kali dari spermatozoa dalam semen sehingga meminimalisir produksi oksigen reaktif yang dapat membahayakan kehidupan spermatozoa. Hal ini disebabkan eppididimis merupakan tempat penyimpanan spermatozoa sementara sebelum diejakulasikan Robaire dan Hinton 2002. Selain hal di atas, terlihat bahwa persentase keutuhan membran spermatozoa Tabel 4 memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dibandingkan rata-rata persentase hidup spermatozoa Tabel 3, hal tersebut diperkuat oleh kesimpulan Mansour 2009 dan Nur et al. 2005. Terjadinya hal tersebut diduga kuat dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kedua uji tersebut menilai daerah membran sel yang berbeda Zhu dan Liu 2000, pada pewarnaan eosin-nigrosin beberapa spermatozoa mungkin memiliki membran yang tidak berfungsi tapi masih dapat menahan molekul eosin-nigrosin masuk ke dalam spermatozoa Vigano et al. 1990, ataupun pada HOS test membran sel terlalu lemah atau mudah rusak sehingga memungkinkan tidak memperlihatkan peningkatan influk air sehingga tidak terlihat terjadinya perubahan terhadap ekor spermatozoa ketika diamati Regina dan Turner 2005.

4.4 Persentase Cytoplasmic Droplet dan Abnormalitas Lain Spermatozoa