25
digunakan, teknik koleksi spermatozoa yang dilakukan, serta status kesehatan dari hewan tersebut. Hewan yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah
hewan pada masa dewasa, sedangkan domba dalam penelitian adalah domba masa tumbuh yang beumur 7 bulan sehingga diduga masih berada pada awal pubertas.
Hal ini diperkuat penelitian White et al. 2005 yang menyatakan bahwa bobot dan volume testis, volume tubulus seminiferus dan interstitial, dan diameter
tubulus seminiferus lebih rendah pada masa belum pubertas dibandingkan masa setelah pubertas.
4.2 Motilitas Spermatozoa
Motilitas spermatozoa dinyatakan oleh persentase spermatozoa yang bergerak maju secara progresif dari satu titik ke titik lain dalam garis lurus
Bearden et al. 2004. Nilai persentase motilitas disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Persentase motilitas spermatozoa di kauda epididimis setelah pemberian fraksi ekstrak daun katuk
Perlakuan
Waktu Penyimpanan H- 1
2 3
4 Kontrol
61.7±22.5 40.0±10.0
13.3±7.6 FL
55.0±18.0 30.0±20.0
15.0±5.0 FdL
58.0±27.5 23.0±7.5
5.0±2.0
Nilai persentase motilitas tidak memperlihatkan perbedaan nyata antar perlakuan dan terhadap kontrol pada H-0 sampai H-4. Secara umum terjadi
penurunan motilitas tiap harinnya, hal tersebut normal terjadi dikarenakan pengaruh masa penyimpanan. Hari pertama menunjukkan rata-rata motilitas 55
sampai 58. Pada H-2 terjadi penurunan motilitas yang cukup drastis yaitu 5 sampai 15 dikarenakan spermatozoa sudah mulai meemperlihatkan kondisi
aglutinasi dan terlihat pula banyak spermatozoa yang bergerak di tempat yaitu berputar di tempat. Penurunan motilitas selama masa penyimpanan diduga akibat
tingginya ion hidrogen karena akumulasi CO
2
dan pembentukan asam karbon akibat metabolism spermatozoa dapat menyebabkan penurunan pH di dalam
epididimis yang mengakibatkan penekanan terhadap motilitas spermatozoa Wodzicka-Tomaszewska et al. 2001.
26
Penyimpanan H-3 dan H-4 tidak memperlihatkan adanya motilitas lagi 0 dikarenakan sebagian besar spermatozoa telah mengalami aglutinasi antar kepala
sehingga hanya dapat bergerak di tempat. Menurut WHO 2010, aglutinasi ditunjukkan oleh menempelnya spermatozoa motil satu sama lain, baik antar
kepala, antar ekor, maupun kepala dengan ekor. Aglutinasi dapat berpengaruh terhadap penilaian motilitas. Aglutinasi dapat terjadi akibat lipoprotein yang
membungkus permukaan sperma. Selama pematangan beberapa unsur merembes keluar dari permukaan spermatozoa dan cenderung saling menarik satu sama lain
atau mengalami aglutinasi Toelihere 1993. Terdapat kecenderungan penurunan yang lebih cepat pada perlakuan FdL.
Sebagai mana diketahui, daun kaatuk mengandung suatu alkaloid yaitu Papaverine Lie Compound
. Diduga besar bahwa alkaloid itulah yang merupakan penyebab menurunnya motilitas spermatozoa. Alkaloid dapat mengganggu
aktifitas enzim ATP-ase yang ada dalam membran sel sperma ATP-ase ini ada di bagian tengah ekor sperma dan berfungsi mempertahankan homeostatis internal
untuk ion natrium dan kalium. Motilitas sperma sangat bergantung pada komposisi ion natrium dan kalium. Dengan demikian kalau aktifitas enzim ATP-
ase ini terganggu maka homeostatis ion natrium dan kalium akan terganggu, sehingga motilitas sperma juga akan terganggu Grady dan Nelson 1972.
Hafez dan Hafez 2000 menyatakan bahwa faktor endogen yang mempengaruhi motilitas spermatozoa antara lain umur, persediaan energi ATP,
pematangan spermatozoa serta integritas membran sel. Faktor eksogen yang mempengaruhi motilitas spermatozoa antara lain faktor fisiologis dan biofisik
viskositas, osmolaritas, pH, temperatur, komposisi ion, dan lainnya, stimulusinhibin ion inorganik, hormon, kinin, neurofarmakologi, polusi
lingkungan, dan faktor imunokimia, dan cairan penangguh plasma epididimis, dan seminal plasma.
4.3 Persentase Hidup dan Keutuhan Membran Spermatozoa