Protokol Penelitian Analis Data Konsentrasi Spermatozoa

22 melingkar, ekor ganda dan sebagainya. Pengukuran menggunakan preparat ulas yang telah dibuat pada pemeriksaan spermatozoa hidup sebelumnya. Penghitungan dilakukan hingga jumlah spermatozoa minimal 200 sel dalam beberapa lapang pandang. Persentase abnormalitas spermatozoa dihitung dengan rumus berikut: Persentase abnormalitisa spermatozoa = .

3.6 Protokol Penelitian

Hari ke- H 0 1 2 3 4 Ket: H = Hari dimulainya pengamatan Gambar 6 Protokol penelitian

3.7 Analis Data

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap RAL dengan tiga macam perlakuan dengan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Varian ANOVA. Perbedaan antar perlakuan diuji dengan Uji Duncan. 0 10 70 75 Adaptasi domba Perlakuan K, FL, FdL Pengamatan spermatozoa Ekstraksi dan fraksinasi daun katuk - Bobot epididimis - Konsentrasi Domba dikorbankan - motilitas - persentase hidup - keutuhan membran - abnormalitas 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Konsentrasi Spermatozoa

Bobot epididimis dan konsentrasi spermatozoa di kauda epididimis disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Bobot epididimis dan konsentrasi spermatozoa di kauda epididimis setelah pemberian fraksi ekstrak daun katuk Perlakuan Bobot epididimis g Konsentrasi 10 6 selml Kontrol 32.26±2.56 6323±2928.22 FL 31.13±5.13 3438±701.95 FdL 32.64±1.98 4109±54.27 Berdasarkan analisis data, bobot epididimis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan maupun terhadap kontrol, begitu pula dengan konsentrasi spermatozoa kauda epididimia yang tidak berbeda antar perlakuan maupun terhadap kontrol. Hal ini sesuai dengan kesimpulan Cook et al. 1994 yaitu konsentrasi spermatozoa pada epididimis berkorelasi positif terhadap bobot testis maupun epididimis. Tidak adanya perbedaan nyata pada bobot epididimis antar kelompok berhubungan dengan tidak adanya perbedaan nyata pada konsentrasi spermatozoa antar kelompok dalam penelitian ini. Rata-rata konsentrasi pada kelompok FL dan FdL lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol meskipun tidak berbeda nyata. Lebih rendahnya konsentrasi spermatozoa pada kelompok FL dan FdL dibandingkan kontrol diduga akibat peran senyawa androstan-17-one,3-ethyl-3-hydroxy-5 alpha, fitosterol, flavonoid, dan Papaverine Like Coumpound dalam daun katuk Suprayogi 2000. Senyawa-senyawa tersebut diduga mampu mengganggu sekresi hormon hipotalamus-hipofise dimana mekanisme tersebut terjadi selama masa perlakuan. Senyawa androstan-17-one, 3-ethyl-3-hydroxy-5 alpha 17-ketosteroid terlibat sebagai prekursor atau intermediate dalam biosintesis hormon steroid yang kemungkinan besar diubah menjadi testosteron secara langsung Suprayogi 2000. Fitosterol maupun sitosterol dapat diubah menjadi prekursor-prekursor hormon steroid melalui biosintesis hormon steroid sehingga dapat menyebabkan 24 peningkatan hormon steroid dalam darah. Peningkatan kadar hormon steroid terutama testosteron dalam plasma darah akibat senyawa androstan dan fitosterol dapat menghambat sintesis dan sekresi hormon hipotalamus-hipofise melalui efek umpan balik negatif. Sementara itu senyawa flavonoid dan alkaloid Papaverine Like Compound dapat menyebabkan gangguan pada poros hipotalamus-hipofise- testis yang berefek pada gangguan sekresi hormonal hipotalamus-hipofise-testis Gomez et al. 2001. Gangguan terhadap hormon hipotalamus-hipofise di atas dapat mengganggu sekresi GnRH maupun FSH-LH. Penurunan kadar FSH akan berpengaruh terhadap sel Sertoli yang menyebabkan terjadinya penurunan sintesis androgen- binding protein ABP sehingga sekresi ABP ke dalam lumen tubulus seminiferus berkurang. Penurunan kadar LH dapat menghambat sel Sertoli dalam mensitesis hormon androgen. Berkurangnya konsentrasi ABP dan hormon androgen menyebabkan testosteron yang menuju ke tubulus seminiferus berkurang sehingga mengganggu spermatogenesis yang ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah spermatozoa. Senyawa androstan-17-one,3-ethyl-3-hydroxy-5 alpha dan fitosterol merupakan senyawa hidrofobik sehingga mudah larut dalam pelarut non-polar misalnya heksan sedangkan senyawa flavonoid dan alkaloid-Papaverine Like Compound bersifat lebih polar hidrofilik sehingga mudah larut dalam pelarut polar. Diduga kuat bahwa senyawa androstan-17-one,3-ethyl-3-hydroxy-5 alpha dan banyak terdapat dalam FL sedangkan senyawa flavonoid dan alkaloid- Papaverine Like Compound banyak terdapat dalam FdL. Konsentrasi kauda epididimis pada ketiga kelompok dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian sebelumnya. Menurut Surachman et al. 2006 konsentrasi spermatozoa di kauda epididimis domba rata-rata sebanyak 11660 juta selml berkisar antara 10390 sampai 12420 juta selml, sedangkan menurut Rizal dan Herdis 2005 konsentrasi spermatozoa di kauda epididimis pada domba Garut sebanyak rata-rata 13993.33 juta selml berkisar antara 13530 sampai 14520 juta selml. Perbedaan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya diduga akibat perbedaan umur, jenis domba yang 25 digunakan, teknik koleksi spermatozoa yang dilakukan, serta status kesehatan dari hewan tersebut. Hewan yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah hewan pada masa dewasa, sedangkan domba dalam penelitian adalah domba masa tumbuh yang beumur 7 bulan sehingga diduga masih berada pada awal pubertas. Hal ini diperkuat penelitian White et al. 2005 yang menyatakan bahwa bobot dan volume testis, volume tubulus seminiferus dan interstitial, dan diameter tubulus seminiferus lebih rendah pada masa belum pubertas dibandingkan masa setelah pubertas.

4.2 Motilitas Spermatozoa