29
dan Hinton 2002. Plasma epididimis mengandung antioksidan seperti fosfolipid hidroperoksidase dan glutation peroksidase. Selain itu dalam sel epitel epididimis
terdapat tembaga-zinc sitoplasmik dan superoksida dismutase Agarwal et al. 2004. Epididimis juga mengatur tingkat metabolisme spermatozoa dengan
menahan tingkat metabolisme 3 sampai 5 kali dari spermatozoa dalam semen sehingga meminimalisir produksi oksigen reaktif yang dapat membahayakan
kehidupan spermatozoa. Hal ini disebabkan eppididimis merupakan tempat penyimpanan spermatozoa sementara sebelum diejakulasikan Robaire dan Hinton
2002. Selain hal di atas, terlihat bahwa persentase keutuhan membran spermatozoa
Tabel 4 memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dibandingkan rata-rata persentase hidup spermatozoa Tabel 3, hal tersebut diperkuat oleh kesimpulan
Mansour 2009 dan Nur et al. 2005. Terjadinya hal tersebut diduga kuat dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kedua uji tersebut menilai daerah membran
sel yang berbeda Zhu dan Liu 2000, pada pewarnaan eosin-nigrosin beberapa spermatozoa mungkin memiliki membran yang tidak berfungsi tapi masih dapat
menahan molekul eosin-nigrosin masuk ke dalam spermatozoa Vigano et al. 1990, ataupun pada HOS test membran sel terlalu lemah atau mudah rusak
sehingga memungkinkan tidak memperlihatkan peningkatan influk air sehingga tidak terlihat terjadinya perubahan terhadap ekor spermatozoa ketika diamati
Regina dan Turner 2005.
4.4 Persentase Cytoplasmic Droplet dan Abnormalitas Lain Spermatozoa
Pemeriksaan morfologi spermatozoa diperlukan untuk menilai kualitas spermatozoa. Evaluasi terhadap persentase cytoplasmic droplet dan abnormalitas
lain spermatozoa disajikan dalam Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5 Persentase cytoplasmic droplet spermatozoa di kauda epididimis setelah pemberian fraksi ekstrak daun katuk
Perlakuan Waktu Penyimpanan H-
1 2
3 4
Kontrol 21.7±4.5
24.8±5.7 22.3±13.5
24.4±13.9 23.5±18.4
FL 30.5±11.4
20.6±5.4 27.8±9.6
23.0±16.9 17.4±3.7
FdL 35.3±8.2
23.4±8.4 16.5±8.8
18.3±8.6 12.4±14.0
30
Tabel 6 Persentase abnormalitas lain spermatozoa di kauda epididimis setelah pemberian fraksi ekstrak daun katuk
Perlakuan Waktu Penyimpanan H-
1 2
3 4
Kontrol 48.7±6.5
47.3±7.5 45.0±5.3
50.3±3.3 49.8±7.3
FL 35.8±8.1
35.4±16.9 48.7±6.0
44.3±4.6 48.9±14.4
FdL 39.6±4.2
46.9±3.8 40.1±12.1
50.8±4.6 60.9±7.6
Nilai persentase cytoplasmic droplet dan abnormalitas lain selama masa penyimpanan H-0 hingga H-4 tidak menunjukkan perbedaan nyata dan cenderung
memiliki nilai yang tidak jauh berbeda pada setiap harinya baik antar kelompok perlakuan maupun terhadap kontrol.
Menurut Toelihere 1993, bentuk-bentuk abnormalitas spermatozoa diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu abnormalitas primer dan sekunder.
Abnormalitas primer terjadi karena kelainan pada tubuli seminiferi dan gangguan testikuler akibat faktor keturunan, penyakit defisiensi makanan, dan pengaruh
lingkungan yang jelek. Misalnya spermatozoa dengan kepala terlalu besar macrochephalic, kepala terlalu kecil microcephalic, kepala rangkap, ekor
berganda, bagian tengah membesar, filiformis, pertautan abaksial pada pangkal kepala, dan ekor melingkar atau terbelah. Abnormalitas sekunder terjadi setelah
sel atau bakal sel kelamin jantan meninggalkan epithelium germinativum pada tubuli seminiferi, selama perjalanannya melalui saluran epididimis dan vas
deferens, pemanasan yang berlebihan, pendinginan yang terlalu cepat, kontaminasi dengan air, serta perlakuan sewaktu pewarnaan dan pembuatan
preparat ulas. Misalnya spermatozoa dengan kepala tanpa ekor, ekor yang terputus, proksimal droplet, distal droplet, dan akrosom yang terlepas.
Abnormalitas yang banyak teramati pada penelitian ini adalah abnormalitas sekunder yang kemungkinan besar diakibatkan oleh perlakuan sewaktu pewarnaan
dan pembuatan preparat ulas. Misalnya spermatozoa dengan kepala tanpa ekor, ekor yang terputus, dan ekor yang menekuk. Tidak banyak ditemukan adanya
abnormalitas primer selama pengamatan. Banyaknya cytoplasmic droplet dan abnormalitas lain yang ditemukan
dalam epididimis pada penelitian ini kemungkinan juga dapat disebabkan oleh penghambatan sekresi FSH-LH yang berujung pada penurunan kadar ABP dan
hormon steroid akibat senyawa androstan-17-one,3-ethyl-3-hydroxy-5 alpha,
31
fitosterol, flavonoid dan Papaverine Like Coumpound dalam daun katuk seperti yang teleh dijelaskan sebelumnya. ABP berperan dalam menfasilitasi
transportasi testosteron ke epididimis dimana testosteron akan diubah menjadi DHT yang berperan dalam perjalanan dan pematangan lebih lanjut spermatozoa di
epididimis Cunningham dan Klein 2007. Penurunan kadar ABP-testosteron menyebabkan pematangan spermatid terganggu sehingga ditemukan banyaknya
cytoplasmic droplet .
Selain itu tingginya persentase abnormalitas kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh status reproduksi domba. Domba dalam penelitian ini
merupakan domba masa tumbuh yang berumur 7 bulan sehingga kemungkinan domba berada pada awal pubertas sehingga banyak ditemukan spermatozoa yang
belum matang. Menurut Hafez dan Hafez 2000, dalam gametogenesis gonocyte pada awal pubertas dapat mengalami tiga kemungkinan yaitu sebagai cadangan
sel dalam bentuk sel stem spermatogonia, mengalami degenerasi, atau spermiogenesis namun spermatozoa yang dibentuk masih dalam kondisi belum
matang. Spermatozoa dewasa yang matang secara total akan dibentuk ketika memasuki masa akhir pubertas. Hal ini diperkuat penelitian Söderquist et al.
1996 bahwa kejadian abnormalitas spermatozoa abnormalitas kepala dan akrosom, proximal cytoplasmic droplet, total abnormalitas secara nyata
dipengaruhi oleh umur.
4.5 Pembahasan Umum