31
fitosterol, flavonoid dan Papaverine Like Coumpound dalam daun katuk seperti yang teleh dijelaskan sebelumnya. ABP berperan dalam menfasilitasi
transportasi testosteron ke epididimis dimana testosteron akan diubah menjadi DHT yang berperan dalam perjalanan dan pematangan lebih lanjut spermatozoa di
epididimis Cunningham dan Klein 2007. Penurunan kadar ABP-testosteron menyebabkan pematangan spermatid terganggu sehingga ditemukan banyaknya
cytoplasmic droplet .
Selain itu tingginya persentase abnormalitas kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh status reproduksi domba. Domba dalam penelitian ini
merupakan domba masa tumbuh yang berumur 7 bulan sehingga kemungkinan domba berada pada awal pubertas sehingga banyak ditemukan spermatozoa yang
belum matang. Menurut Hafez dan Hafez 2000, dalam gametogenesis gonocyte pada awal pubertas dapat mengalami tiga kemungkinan yaitu sebagai cadangan
sel dalam bentuk sel stem spermatogonia, mengalami degenerasi, atau spermiogenesis namun spermatozoa yang dibentuk masih dalam kondisi belum
matang. Spermatozoa dewasa yang matang secara total akan dibentuk ketika memasuki masa akhir pubertas. Hal ini diperkuat penelitian Söderquist et al.
1996 bahwa kejadian abnormalitas spermatozoa abnormalitas kepala dan akrosom, proximal cytoplasmic droplet, total abnormalitas secara nyata
dipengaruhi oleh umur.
4.5 Pembahasan Umum
Spermatozoa di kauda epididimis dapat menjadi alternatif sumber spermatozoa dalam penerapan aplikasi teknologi reproduksi karena telah
mengalami pematangan. Selain itu, 75 spermatozoa dalam tubulus tersimpan dalam kauda epididimis Hafez dan Hafez 2000. Pemberian FL dan FdL tidak
memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap parameter yang diamati dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu, selama masa penyimpanan terjadi
penurunan motilitas, penurunan persentase hidup, dan persentase keutuhan membran pada ketiga kelompok. Penurunan yang terjadi semata-mata disebabkan
oleh masa penyimpanan karena ada kematian spermatozoa secara apoptosis.
32
Selama masa perlakuan dua bulan, terlihat adanya pengaruh fisiologis terhadap domba akibat pemberian fraksi ekstrak daun katuk Suprayogi et al.
2010; Hidayaturrahmah 2011 termasuk responnya terhadap fungsi reproduksi. Namun dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata pada
karakteristik spermatozoa seperti di atas. Terdapat kemungkinan bahwa setelah domba dikorbankan dipotong respon FL dan FdL terhadap karakteristik
spermatozoa akan mudah terlihat pada umur post-mortem di bawah satu hari. Maka dari itu, diperlukan pengamatan pada waktu yang singkat seperti tiap jam
atau beberapa jam pasca preparasi epididimis. Fraksi ekstrak daun katuk diduga mempengaruhi fungsi reproduksi domba
yaitu gametogenesis dalam tubulus seminiferus melalui aksi hormonal selama masa perlakuan. Umur domba yang masih tergolong muda dan berada pada masa
tumbuh menimbulkan kesensitifan yang tinggi terhadap efek umpan balik negatif hormonal. Hal ini terlihat pada nilai konsentrasi spermatozoa di kauda epididimis
pada perlakuan yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Terlihat pula bahwa ilai motilitas spermatozoa pada kelompok FdL cenderung lebih cepat menurun
dibandingkan kelompok FL dan kontrol. Nilai persentase hidup cenderung masih tinggi pada kelompok perlakuan
dibandingkan kontrol pada H-2 sampai H-4 meskipun motilitas rendah selama masa penyimpana. Kondisi ini tidak sesuai dengan teori bahwa keutuhan
membran plasma seharusnya berkorelasi positif terhadap motilitas. Selain itu senyawa dalam ekstrak daun katuk juga kemungkinan besar mempegaruhi
komposisi penyusun struktur membran sel selama proses pembentukan spermatozoa spermiogenesis sehingga ketahanan membran sel spermatozoa
lebih kuat. Hal ini terlihat pada persentase hidup dan keutuhan membran yang masih tinggi hingga H-4. Namun hal tersebut harus ditelaah lebih lanjut terutama
sampai sejauh mana pengaruhnya terhadap struktur membran spermatozoa.
33
Gambar 7 Mekanisme pengaruh senyawa aktif daun katuk terhadap konsentrasi dan motilitas spermatozoa domba masa tumbuh Grady dan Nelson
1972; Suprayogi 2000; Gomez et al. 2001
Spermatozoa di kauda epididimis dalam penelitian ini kurang layak digunakan untuk Inseminasi Buatan karena tidak memenuhi syarat minimal
persentase motilitas paling sedikit 40, persentase kutuhan membran lebih dari 30 Hafez ESE dan Hafez B 2000, dan abnormalitas minimal 20 Toelihere
1993. Selain itu standar abnormalitas suatu semen yang dapat dipakai untuk inseminasi maksimal 20 karena spermatozoa yang abnormal tidak dapat
membuahi ovum Toelihere 1993. Meskipun motilitas pada tiga kelompok rendah, namun persentase hidup
dan keutuhan membran spermatozoa cenderung masih tinggi. Keutuhan membran plasma dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kualitas dan daya
fertilitas spermatozoa. Spermatozoa dengan membran yang masih utuh mengindikasikan nilai genetik yaitu kromoson masih terjaga kualitasnya.
Menelaah kondisi tersebut, spermatozoa dalam penelitian ini hingga H-4 masih
34
dapat digunakan dalam produksi embrio melalui intracytoplasmic sperm injection ICSI yaitu menyuntikkan spermatozoa hidup yang tak bergerak langsung ke
dalam vitellus oosit Hafez dan Hafez 2000. Hasil penelitian ini di sisi lain juga dapat dijadikan sebagai gambaran
kondisi ketahanan spermatozoa di kauda epididimis selama masa penyimpanan pada suhu lemari pendingin dengan domba sebagai hewan coba. Pengetahuan
ketahanan spermatozoa epididimis terhadap lama masa simpan epididimis sangat bermanfaat dalam efisiensi aplikasi teknologi reproduksi. Hal tersebut
dikarenakan epididimis terutama bagian kaudanya dapat dijadikan sebagai sumber spermatozoa jika pejantan tidak dapat melakukan aktivitas reproduksinya secara
normal. Hal ini sangat penting sebagai upaya perbaikan atau penyelamatan mutu genetik hewan unggul.
35
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan