V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil 5.1.1 Karakteristik Habitat Macan Tutul Jawa
5.1.1.1 Struktur dan Komposisi Vegetasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan pegunungan bawah sekunder paling banyak ditemukan tanda-tanda keberadaan macan tutul jawa. Hal ini
diduga karena hutan ini memiliki tumbuhan bawah yang melimpah akibat bekas perambahan. Tumbuhan bawah tersebut merupakan pakan satwa-satwa herbivora
yang menjadi mangsa macan tutul jawa. Macan tutul jawa akan mengikuti keberadaan satwa mangsanya.
Tabel V-1. Deskripsi tipe habitat macan tutul jawa
Tipe habitat Struktur habitat
Komposisi habitat KR
macan tutul jawa
indkm
2
Ʃ tanda keberadaa
n macan tutul jawa
Ʃ jenis satwa
mangsa
Hutan pegunungan
bawah sekunder
Strata B
didominasi pasang
batu. Strata
C-D didominasi
kiriung anak.
Strata E
didominasi cariu dan ki lampeni.
63 jenis semai dan tumbuhan bawah, 37 jenis pohon. Pohon
didominasi Entada
phaseoloides, Schima
walichii, Castanopsis
acuminatisima, dan Quercus sundaica. Kerapatan lantai
hutan didominasi oleh rotan dan ki lampeni. Pohon tidak
terlalu rapat, namun memiliki keliling rata-rata 150 cm.
0.09 21
7
Hutan pegunungan
bawah primer Strata
B-D didominasi
kiriung anak.
Strata E
didominasi hariang
dan cariang.
28 jenis semai dan tumbuhan bawah,
6 jenis
pohon. Didominasi
oleh kiriung
anak, Begonia
hirtella, Quercus
sundaica, Castanopsis argentea, dan
Homalomena rubra.
Kerapatan lantai
hutan didominasi oleh kokopian dan
hariang. Jarak antar pohon renggang
dan memiliki
keliling rata-rata 150 cm. 0.31
20 15
Hutan pegunungan
tengah Strata
B-D didominasi
saninten dan
pasang. Strata E didominasi
ki tales dan hariang.
22 jenis semai dan tumbuhan bawah,
23 jenis
pohon. Didominasi
oleh Begonia
hirtella, Notaphoebe
umbelliflora, Castanopsis
argentea, dan
Quercus sundaica. Kerapatan lantai
hutan didominasi
oleh hariang. Jarak antar pohon
rapat dan memiliki keliling rata-rata 120 cm.
0.08 12
13
Pada habitat hutan sekunder, ditemukan penutupan tumbuhan bawah yang sangat melimpah. Hal ini dikarenakan habitat ini sedang mengalami pemulihan
setelah perambahan manusia. Dari hasil pengamatan, sebagian besar strata lantai hutan didominasi oleh tumbuhan bawah dari jenis rotan Daemonorops
melanochaetes dengan kerapatan relatif 25,95 dan ki lampeni Ardisia humilis dengan kerapatan relatif 14,29. Akar-akar ki lampeni merupakan pakan bagi
babi hutan, yang merupakan satwa mangsa macan tutul jawa. Babi hutan memakan akar, batang, dan cacing , yang berada di sekitar ki lampeni tersebut.
Gambar V-1 Hutan pegunungan bawah sekunder yang ditata
masyarakat setelah
terjadi perambahan.
Penutupan tajuk pohon besar seperti kiriung anak Castanopsis acuminatisima, pasang Quercus sundaica, dan puspa Schima walichii juga
mempunyai peranan penting bagi macan tutul di hutan sekunder ini. Macan tutul jawa membutuhkan thermal cover baginya untuk melindungi diri dari sinar
matahari. Kanopi hutan di wilayah ini di dominasi oleh ketiga jenis tersebut. Cakaran macan tutul jawa di pohon scratch puspa pada jalur pengamatan
wilayah ini, mengindikasikan bahwa wilayah ini merupakan daerah jelajah macan tutul jawa. Adapun hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah
dapat dilihat pada tabel V-2.
Tabel V-2. Hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah di hutan pegunungan bawah sekunder
Jalur No
Jenis Σ
KR FR
INP Nama lokal
Nama Ilmiah
Koridor 1
Rotan Daemonorops melanochaetes
47 14.29 11.67 25.95 2
Cariu Entada phaseoloides
35 10.64 5 15.64
3 Ki buluh
Gironniera subaequalis 26
7.90 6.67 14.57
4 Malaya
30 9.12
5 14.12 5
Ki tai Dysoxylum amooroides
17 5.17
1.67 6.83
Gunung Endut
1 Ki lampeni
Ardisia humilis 18 14.29
8.62 22.91 2
Kiriung anak Castanopsis acuminatisima
14 11.11 6.90 18.01
3 Harendong bulu Clidemia hirta
11 8.73
6.90 15.63 4
Ki suit 9
7.14 6.90 14.04
5 Cariu
Entada phaseoloides 7
5.56 3.45
9.00
Berdasarkan hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah di hutan sekunder, ditemukan sebanyak 63 jenis tumbuhan. Jenis semai dan
tumbuhan bawah yang memiliki frekuensi relatif tertinggi adalah rotan Daemonorops melanochaetes dengan nilai 11,67 dan ki lampeni Ardisia
humilis dengan nilai FR 8,62 . Hal ini menerangkan bahwa ketersediaan availability pakan satwa herbivora cukup baik dengan tersedianya tumbuhan
bawah yang tersedia hampir di seluruh plot pengamatan. Pada tingkat pancang, ditemukan 53 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan hasil
analisis vegetasi yang mendominasi dengan INP tertinggi adalah ki buluh Gironniera subaequalis dengan nilai 27,2 , sedangkan KR tertinggi adalah
kiriung anak Castanopsis acuminatisima dengan nilai 16,97 . Tabel V-3. Hasil analisis vegetasi tingkat pancang di hutan pegunungan bawah
sekunder
Jalur No
Jenis Σ
KR FR
INP Nama lokal
Nama Ilmiah
Koridor 1
Ki buluh Gironniera subaequalis
20 16.39
10.81 27.2
2 Ki kawat
Gareinia rostrata 7
5.74 8.11
13.85 3
Rengang 7
5.74 5.41
11.14 4
Malaya 8
6.56 2.70
9.26 5
Saray Caryota mitis
8 6.56
2.70 9.26
Gunung Endut
1 Kiriung anak
Castanopsis acuminatisima 28
16.97 8.62
25.59 2
Puspa Schima walichii
22 13.33
10.34 23.68
3 Kopo
Eugenia cymosa 13
7.88 6.90
14.78 4
Huru hejo
Actinodaphne sp
10 6.06
5.17 11.23
5 Ki lampeni
Ardisia humilis 8
4.85 3.45
8.30
Pada tingkat tiang ditemukan 30 jenis yang didominasi oleh kiriung anak Castanopsis acuminatisima dengan INP sebesar 82,27 .