Macan tutul jantan akan berkelana mencari pasangan dalam teritorinya masing- masing, di mana tiap daerah tersebut ditandai dengan cakaran di batang kayu, urine
maupun kotorannya.
2. 5 Pola Sebaran Spasial
Sebaran spasial merupakan salah satu parameter demografi satwaliar. Tarumingkeng 1994 menyatakan bahwa pola sebaran spasial suatu komunitas
ekologi dapat ditentukan dengan berbagai macam indeks penyebaran atau indeks dispersi ID.
Pola sebaran satwa dapat merata homogen, berkelompok, maupun acak. Macan tutul menggunakan ruang habitat yang ada baik secara horizontal maupun
vertikal. Secara horizontal, macan tutul jawa menggunakan bentang alam mendatar sebagai tempat untuk melakukan aktivitas kesehariannya seperti makan, minum,
berburu, bermain, istirahat, dan bereproduksi Tarumingkeng 1994, sedangkan secara vertikal macan tutul jawa menggunakan pohon sebagai tempat untuk
menyimpan sisa makanannya. Untuk menganalisis pola sebaran spasial macan tutul jawa, indeks yang digunakan adalah indeks dispersi ID.
2. 6 Gangguan Habitat
Menurut Ahmad 2007, perburuan, pengambilan sumber daya alam, kebakaran hutan, dan kegiatan lain di dalam hutan, jika tidak dikendalikan dapat
mengancam macan tutul jawa. Ketika musim kemarau tiba, beberapa bagian wilayah rawan terhadap bahaya kebakaran. Kerusakan hutan menyebabkan degradasi habitat
macan tutul jawa dan akan memaksa satwa ini untuk pergi serta mencari daerah baru, kegiatan lain seperti pariwisata dapat meningkatkan jumlah sampah dan kebisingan
yang dapat mengganggu satwa. Hal ini menyebabkan menyempitnya wilayah jelalah macan tutul jawa dan terganggunya aktivitas hariannya.
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3. 1 Sejarah dan Letak Kawasan
Kawasan Gunung Halimun ditetapkan menjadi taman nasional pada tanggal 26 Februari 1992 berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI nomor 282Kpts-II1992.
Pada tahun 2003, kawasan Gunung Halimun dan Gunung Salak digabung menjadi satu unit pengelolaan yang ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan RI
no.175Kpts-II2003 pada tanggal 10 Juni 2003. Hal ini menjadikan seluruh areal koridor dan kawasan yang sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani menjadi
bagian dari pengelolaan UPT Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Rinaldi et al 2008. Adapun batas-batas wilayah TNGHS adalah:
Sebelah Utara : Desa Cipanas dan Rumpin Sebelah Timur : Desa Cijeruk
Sebelah Selatan : Desa Cisolok dan Pelabuhan Ratu Sebelah Barat : Desa Cijaku dan Pangarangan
Secara administratif TNGHS terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan
pengelolaan, kawasan tersebut berada di bawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
3. 2 Fisik Kawasan 3. 2. 1 Topografi dan Tutupan Lahan
Kawasan TNGHS mempunyai ketinggian 500 – 2.211 mdpl. Di kawasan
TNGHS terdapat bukit memanjang mulai dari Gunung Endut sebelah Barat melintasi Gunung Kendeng di kawasan Baduy kemudian menurun sampai ke
Gunung Honje dan Semenanjung Ujung Kulon. Berdasarkan interpretasi raster map Taman Nasional Gunung Halimun-
Salak TNGHS, wilayah TNGHS 58 masih berupa hutan alam. Klasifikasi tutupan lahan di TNGHS disajikan pada tabel III-1.