Jika χ
2 hitung
kurang dari χ
2 tabel
maka terima H pada taraf
α = 5, dengan derajat bebas v = b-1 k-1 dimana b dan k masing-masing
menyatakan baris dan kolom.
χ
2
k i 1
i i
i i
i
E E
- O
E -
O
Keterangan: O
i
= frekuensi hasil pengamatan ke-i E
i
= frekuensi harapan ke-i
Frekuensi harapan = total kolom x total baris : total pengamatan
i. Analisis Hubungan Jarak dari SungaiPemukiman terhadap
Penyebaran Spasial Macan Tutul Jawa
Parameter yang akan dianalisis menggunakan uji regresi pada minitab 4.2 adalah jumlah jejak kaki macan tutul jawa dengan jarak dari
sungaipemukiman dan jumlah jejak satwa mangsa. Persamaan regresi linier yang digunakan adalah sebagai berikut Supranto 2004:
Y = k0 + k
1
a + k
2
b + ... + k
12
l + e
Keterangan: Y= jumlah jejak kaki macan
a= jarak dari pemukimansungai b= jumlah jejak satwa mangsa
Patokan pengambilan keputusan Sarwono 2006: Jika P 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan
Jika P 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi
dapat dikelompokkan sebagai berikut Nugroho 2005: 0,00
– 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah 0,21
– 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah
0,41 – 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat
0,71 – 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
0,91 – 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali
1 berarti korelasi sempurna
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil 5.1.1 Karakteristik Habitat Macan Tutul Jawa
5.1.1.1 Struktur dan Komposisi Vegetasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan pegunungan bawah sekunder paling banyak ditemukan tanda-tanda keberadaan macan tutul jawa. Hal ini
diduga karena hutan ini memiliki tumbuhan bawah yang melimpah akibat bekas perambahan. Tumbuhan bawah tersebut merupakan pakan satwa-satwa herbivora
yang menjadi mangsa macan tutul jawa. Macan tutul jawa akan mengikuti keberadaan satwa mangsanya.
Tabel V-1. Deskripsi tipe habitat macan tutul jawa
Tipe habitat Struktur habitat
Komposisi habitat KR
macan tutul jawa
indkm
2
Ʃ tanda keberadaa
n macan tutul jawa
Ʃ jenis satwa
mangsa
Hutan pegunungan
bawah sekunder
Strata B
didominasi pasang
batu. Strata
C-D didominasi
kiriung anak.
Strata E
didominasi cariu dan ki lampeni.
63 jenis semai dan tumbuhan bawah, 37 jenis pohon. Pohon
didominasi Entada
phaseoloides, Schima
walichii, Castanopsis
acuminatisima, dan Quercus sundaica. Kerapatan lantai
hutan didominasi oleh rotan dan ki lampeni. Pohon tidak
terlalu rapat, namun memiliki keliling rata-rata 150 cm.
0.09 21
7
Hutan pegunungan
bawah primer Strata
B-D didominasi
kiriung anak.
Strata E
didominasi hariang
dan cariang.
28 jenis semai dan tumbuhan bawah,
6 jenis
pohon. Didominasi
oleh kiriung
anak, Begonia
hirtella, Quercus
sundaica, Castanopsis argentea, dan
Homalomena rubra.
Kerapatan lantai
hutan didominasi oleh kokopian dan
hariang. Jarak antar pohon renggang
dan memiliki
keliling rata-rata 150 cm. 0.31
20 15
Hutan pegunungan
tengah Strata
B-D didominasi
saninten dan
pasang. Strata E didominasi
ki tales dan hariang.
22 jenis semai dan tumbuhan bawah,
23 jenis
pohon. Didominasi
oleh Begonia
hirtella, Notaphoebe
umbelliflora, Castanopsis
argentea, dan
Quercus sundaica. Kerapatan lantai
hutan didominasi
oleh hariang. Jarak antar pohon
rapat dan memiliki keliling rata-rata 120 cm.
0.08 12
13