Fungsi Habitat Data Sekunder

b. Satwa Mangsa

Penghitungan tingkat perjumpaan encounter rate satwa dilakukan dengan cara membagi jumlah titik perjumpaan tanda-tanda jejak satwa mangsa yang ditemukan di jalur pengamatan dengan panjang setiap jalurnya. ER = Ʃ jejak panjang jalur Untuk mengelompokkan kelas perjumpaan satwa mangsa digunakan rumus sebaran frekuensi Walpole 1982, dengan menentukan banyaknya selang kelas yang diperlukan. Dalam penelitian ini kelas perjumpaan satwa mangsa dibagi menjadi tiga yaitu rare, easy, common. Tentukan wilayah data dengan menggunakan w = nilai maksimum i – nilai minimum i . Untuk memperoleh lebar kelas digunakan formula c = wjumlah kelas. Tentukan limit bawah kelas bagi selang pertama, lalu tambahkan lebar kelas untuk memperoleh limit atas kelas. Tentukan frekuensinya pada masing-masing kelas.

c. Keanekaragaman Jenis Satwa Mangsa

Data mangsa macan tutul jawa diolah sehingga memberikan informasi keanekaragaman Shannon-Wienner H ’ dan indeks kemiripan jenis komunitas IS. Adapun rumus H ’ yaitu Magurran 1988: N ni ln N ni H   Keterangan: H ’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner ni = jumlah individu pada jenis ke-i N = jumlah total individu Indeks kemiripan komunitas similiarity index antara dua tipe habitat dihitung dengan rumus Odum 1994: B A 2C SI   Keterangan: SI = similiarity index A = jumlah jenis dalam kedua habitat A B = jumlah jenis dalam kedua habitat B C = jumlah jenis yang sama pada kedua tipe habitat Untuk mengetahui perbedaan nilai H ’ di antara ketiga tipe habitat maka dilakukan uji t. Hipotesis H yang akan diuji adalah tidak adanya perbedaan H ’ antar tipe habitat dengan kaidah menerima H apabila nilai t hitung kurang dari t tabel pada taraf selang kepercayaan 95 . Ragam dari H ’ dihitung menggunakan rumus Magurran 1988: 2 2 2 2N 1 S N N ni ln N ni N ni ln N ni VarH                   Keterangan: S = banyaknya jenis satwa mangsa pada suatu tipe habitat Uji t untuk mengetahui signifikasi perbedaan antara dua H ’ menggunakan rumus Magurran 1988:   12 2 1 2 1 varH varH H H t    Untuk menghitung derajat bebas degree of freedomdf digunakan rumus Magurran 1998:           2 2 2 1 2 1 2 2 1 N varH N varH varH varH df   

d. Ketersediaan Air

Ketersediaan air dapat dilihat dari pengamatan langsung di lapangan permanen atau tidak permanen. Parameter yang diamati adalah bentuk sumber air, ketersediaan sumber air tersedia sepanjang tahuntidak, dan tipe habitat tempat ditemukannya sumber air tersebut.