Profil Ustadz Muhammad Halimi, S.Ag

Selain metode pengulangan dan tanya jawab, masih banyak lagi metode- metode yang lain yang beliau gunakan dalam pengajaran seni baca al-Qur’an. Dalam pengajaran seni baca al-Qur’an beliau selalu menginstruksikan kepada santri untuk mempraktekkan materi yang telah diajarkan dan disampaikan dengan maju dihadapan beliau. Metode tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan santri dalam memahami pelajaran seni baca al- Qur’an. Instruksi yang digunakan oleh kyai Sobron disebut dengan komunikasi instruksional, yaitu komunikasi antara guru atau kyai dengan murid atau santri dalam menginstruksikan materi pelajaran. Beliau mengajar seni baca al-Qur’an tidak hanya malam jum’at saja, tetapi ada hari-hari lain, yaitu hari Sabtu dan Minggu ba’da Ashar. Pada hari Sabtu dan Minggu beliau hanya mengajar khusus santri mukim untuk kelas paling tinggi tingkatannya, yaitu kelas 5 dan 6 atau yang disebut juga tingkat mahir. Pada kelas 5 dan 6 beliau mengajarkan pelajaran seni baca al-Qur’an di dalam kelas. Selain kelas 5 dan 6 masih ada kelas atau tingkatan yang lainnya dan dalam tiap kelas atau tingkatan ada yang mengajarnya, yaitu ustadz-ustadz atau pengajar yang profesional yang sudah berpengalaman dan mendapat kepercayaan dalam pengajaran seni baca al-Qur’an. Setiap pengajar memiliki metode pengajaran yang berbeda-beda dan tidak sedikit yang sama, sedangkan materi yang disampaikan hampir sama semua. 89

2. Profil Ustadz Muhammad Halimi, S.Ag

89 Wawancara Pribadi dengan Rahmatullah. Santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 21 Maret 2008. Ustadz Muhammad Halimi, S.Ag adalah pengasuh atau guru di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah. Selain pengasuh dan guru di pondok pesantren Al- Qur’aniyyah, beliau juga sebagai bendahara. Beliau lahir di Tangerang 6 april 1977, beliau mulai sekolah dari SD merangkap MI, MTs, MA di MAN 4, dan kuliah di PTIQ. 90 Beliau sangat dekat sekali dengan kyai Sobron karena beliau adalah keponakannya, sejak kecil beliau sudah mempunyai bakat dalam seni suara, beliau mempunyai suara yang indah dan merdu kemudian belajar dengan kyai Sobron dari tilawah, tartil, murottal dan al-Qur’an untuk mengasah kemampuannya. Selain dengan kyai Sobron beliau belajar dengan ustadz Abdullah, KH. Muhsin Salim, H. Muhammad Ali, ustadz Suparli, ustadz Zainuddin pimpinan al-Gontori. 91 Masa hidup ustadz Halimi dibaktikan di Al-Qur’aniyyah, karena sejak kecil beliau dididik oleh kyai Sobron, untuk menjadi generasi penerus Al- Qur’aniyyah. Di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah beliau mengajar seni baca al-Qur’an kelas I’dad, kelas 1 dan kelas 2, pada malam senin ba’da sholat Isya. “Di kelas saya mengajarkan materi pelajaran tentang lagu-lagu dalam al- Qur’an ilmu nagham, ilmu tajwid, tangga nada maqom, dan ilmu qira’at sab’ah, tetapi masih dalam pola-pola dasar sesuai dengan tingkatan kelas.” 92 Beliau mengajar seni baca al-Qur’an menggunakan metode pengulangan, secara interaktif antara guru atau ustadz dengan santri. Beliau mengajarkan 90 Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Hilimi, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah , Tangerang, 20 Maret 2008. 91 Wawancara Pribadi dengan Ust. Abdul Latif, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al- Qur’aniyyah , Tangerang, 20 Maret 2008. 92 Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Hilimi, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah , Tangerang, 20 Maret 2008. satu lagu dengan tangga nada diulang-ulang secara terus menerus kemudian santri menirukan, dan selanjutnya santri memperaktekkan satu per satu dihadapan beliau. Kalau santri sudah memahami secara keseluruhan maqro- maqro bacaan yang telah diajarkan, maka beliau melanjutkan maqro-maqro bacaan lain dengan lagu dan tangga nada yang berbeda. 93

3. Profil Ustadz Abdul Latif, S.Ag