yang mengajar di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah selalu menerapkan pola atau bentuk-bentuk komunikasi yang berbeda-beda, dan bentuk komunikasi
yang digunakan sangat efektif dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an, dengan bentuk-bentuk komunikasi yang berbeda-beda membuat santri tidak
mengalami kejenuhan dan kebosanan, sehingga pelajaran mudah diserap dan dipahami dengan baik.
95
Pola atau bentuk komunikasi yang selalu digunakan oleh kyai maupun ustadz-ustadz yang lain dalam pengajaran seni baca al-Qur’an adalah dengan
komunikasi secara verbal, yaitu dengan tatap muka seminggu bisa 2 sampai 3 kali pertemuan. Dan secara klasikalbersama-sama semua santri dilakukan di
Aula dan pengajarnya adalah pimpinan langsung, yaitu kyai Sobron.
4. Profil Santri
Rahmatullah adalah salah satu santri dari sekian banyak santri yang mempunyai prestasi yang sangat gemilang dalam pengajaran seni baca al-
Qur’an di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah. Rahmet biasa di sapa, ia lahir di Kronjo Tangerang Banten, 09 Februari 1985. Ia belajar di pondok pesantren
Al-Qur’aniyyah sudah 4 tahun mulai dari tahun 2004.
96
Dalam waktu sesingkat itu ia sudah mempunyai banyak pengalaman dalam bidang seni baca
al-Qur’an. Pertama datang ke pondok pesantren tersebut dari kosong tidak mengetahui apa-apa yang berkaitan dengan keal-Qur’anan sampai mempunyai
pengetahuan di bidang keal-Qur’anan.
95
Wawancara Pribadi dengan Ust. Abdul Latif, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al- Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
96
Wawancara Pribadi dengan Rahmatullah, Santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 21 Maret 2008.
Rahmet adalah santri yang sudah putus sekolah, kemudian beliau asuh seperti anak sendiri dan seperti santri-santri lainnya. Ia disekolahkan dan
dikuliahkan oleh kyai Sobron, kyai Sobron juga melihat kemampuan yang Rahmet miliki dalam seni tarik suara, dan mempunyai daya hafalan yang
cukup baik, sehingga kemampuan tersebut diasah dan dikembangkan oleh kyai Sobron. Dengan pengasahan dan penggemlengan yang dilakukan oleh
kyai Sobron, maka bakat dan kemampuan Rahmet semakin meningkat, kemudian ia diikutkan perlombaan diberbagai tingkat. Ia diikutkan
perlombaan MHQ dan MTQ di tingkat Kabupaten di Riau mewakili kota Batam, dan usaha tersebut tidak sia-sia, ia mendapatkan kemenangan yang
luar biasa, yaitu mendapat juara pertama.
97
“Saya memang sangat senang dengan bidang keal-Qu’ranan, terkadang saat belajar saya banyak mengalami kesulitan, tetapi kesulitan itu dibawa santai,
ketika saya ingin pandai dalam seni baca al-Qur’an, saya selalu mendengarkan rekaman-rekaman, kemudian saya juga sering berkonsultasi
dengan kyai Sobron agar kesulitan itu dapat teratasi, dan saran yang diberikan oleh kyai Sobron adalah harus banyak-banyak belajar, berlatih
secara terus menerus, dan berdoa. Dengan pengajaran seni baca al-Qur’an alhamdulillah menimbulkan pemahaman di dalam diri saya, dahulu saya
tidak mengetahui makna yang terkandung di dalam al-Qur’an, sekarang saya mengetahuinya dengan baik, walaupun tidak semua, ilmu-ilmu al-Qur’an,
qira’at sab’ah, dan masih banyak lagi. Dengan penyampaian materi yang baik dan dengan pendekatan yang digunakan oleh kyai Sobron, membuat
saya semakin memahami semua itu.”
98
Sifa Nafiga, adalah santri putri yang belajar di pondok pesantren Al- Qur’aniyyah, ia biasa dipanggil mega, dan tinggal di Ulujami. Ia belajar di
pondok pesantren Al-Qur’aniyyah kurang lebih sudah 4 tahun.
97
Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
98
Wawancara Pribadi dengan Rahmatullah, Santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 21 Maret 2008.
“Di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah mayoritas diajarkan adalah bidang keal-Qur’anan tapi disini juga diajarkan kitab kuning, pengalaman keal-
Qur’anan bagi saya, hampir sama dengan Rahmet, yaitu dulu saya tidak mengetahui ada qira’attussab’ah, dan imam-imam riwayat lain sekarang
saya mengetahui semua itu. Ternyata membaca al-Qur’an harus dengan suara indah dan merdu itu juga saya baru mengetahuinya. Walaupun suara
saya kurang bagus tetapi saya sangat menyukai seni baca al-Qur’an di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah, karena proses pengajarannya sangat
asyik dan menyenangkan, tidak monoton dan hubungan antara kyai dengan santri cukup baik, sehingga santri banyak yang menyenangi pelajaran seni
baca al-Qur’an ini walaupun susah.”
99
Mega adalah santri yang belum mempunyai prestasi dalam bidang seni baca al-Qur’an, tetapi semua itu bukan jadi kendala dalam mempelajari seni
baca al-Qur’an, walaupun ia mempunyai kekurangan dalam hal suara, ia mempunyai kemauan yang cukup besar untuk bisa dan belajar seni baca Al-
Qur’an di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah.
100
Ia mempunyai prinsip bahwa: “Sesulit apapun pelajarannya, kalau kita menyenangi pelajaran dan ustadz
atau gurunya maka akan terasa mudah dirasakan. Apalagi dengan penyampaian materi yang menyenangkan dengan menggunakan komunikasi
yang baik, maka semakin mudah diterima dan dipahami pelajaran tersebut.”
101
Dalam pengajaran seni baca al-Qur’an diajarkan oleh guru atau ustadz yang berpengalaman, terutama seorang kyai Sobron yang sangat rendah hati,
tawwadhu, sayang dengan santri walapun banyak santri luar yang mengikuti pelajaran seni baca al-Qur’an, maka semuanya dirasakan sangat
menyenangkan.
102
99
Wawancara Pribadi dengan Sifa Nafiga, Santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 21 Maret 2008.
100
Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
101
Wawancara Pribadi dengan Sifa Nafiga, Santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 21 Maret 2008.
102
Wawancara Pribadi dengan Sifa Nafiga, Santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 21 Maret 2008.
Dari 10 orang santri hanya Rahmatullah dan Sifa Nafiga yang penulis jelaskan profilnya, mereka sebagai perwakilan dari tingkat mahir yang
dijadikan sampel.
B. Program Pengajaran Seni Baca Al-Qur’an