2. Mengukur kemampuan santri putra dan putri dengan santri dan
organisasi lain pada perlombaan yang bersifat eksternal. 3.
Melatih dan membina santri putra dan putri untuk dapat menjadi seorang pemimpin baik, untuk dirinya maupun untuk orang lain
dengan cara menjadikannya sebagai pengurus pondok.
III. Jangka Panjang
1. Mempersiapkan santri putra dan putri untuk dapat mengisi pada setiap
kegiatan, baik yang bersifat internal maupun eksternal, termasuk menggantikan Asatidzah yang berhalangan hadir.
2. Menerjunkan santri putra dan putri ke masyarakat pada setiap kegiatan
baik bila dibutuhkan. 3.
Mencetak santri putra dan putri untuk menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
105
C. Pola Komunikasi Kyai dan Santri Dalam Pengajaran Seni Baca Al-
Qur’an
1. Proses Pengajaran Seni Baca Al-Qur’an
Pengajaran seni baca al-Qur’an diajarkan oleh kyai Sobron pondok pesantren Al-Qur’aniyyah satu kali dalam seminggu, yaitu pada malam
jum’at. Kegiatan belajar mengajar tersebut diadakan di Aula secara klasikalbersama-sama dan waktu belajarnya ba’da sholat Isya. Adapun KH.
Drs. M. Sobron Zayyan, M.A memberikan pengajaran tersebut, pada tahap
105
Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Hilimi, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
awal, adalah seorang kyai Sobron melafadzkan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara melagukan kata demi kata dan kalimat demi kalimat yang sesuai dengan
aturan ilmu tajwid dan ilmu qira’at terlebih dahulu, kemudian para santri mengikutinya secara bersama-sama. Sebelum para santri menguasai satu bait
secara baik dan benar, maka seorang kyai tidak melanjutkan bait berikutnya secara terburu-buru melainkan mengulanginya berulang kali sampai para
santri dapat menguasainya. Bait al-Qur’an tersebut disimak dan dipahami oleh santri yang mengikuti
seni baca al-Qur’an. Kemudian berlanjut kepada tahap berikutnya, yaitu kyai memerintahkan kepada para santri yang telah menguasai bait al-Qur’an yang
diajarkan, untuk mendemonstrasikannya dengan maju secara individual maupun kelompok, mulai dari lagu bayyati dengan tangga nadanya sampai
lagu jiharka dengan tangga nadanya. Setelah individu maupun kelompok santri selesai membaca di depan.
Untuk selanjutnya para santri lainnya secara bersama-sama mengikutinya sampai selesai. Seiring para santri mendemonstrasikan bait al-Qur’an, kyai
Sobron hanya mendengar dan menyimak serta mengamati kemampuan mereka. Dengan demikian, kyai Sobron bisa menilai dan mengukur
sejauhmana bakat atau kemampuan yang mereka miliki.
106
Menurut informan polabentuk komunikasi yang digunakan oleh kyai Sobron dalam pengajaran seni baca al-Qur’an di pondok pesantren Al-
Qur’aniyyah, dapat diartikan sebagai suatu rencana yang digunakan oleh seorang kyai Sobron dalam menyampaikan materi atau pesan pelajaran seni
106
Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
baca al-Qur’an kepada para santri selaku komunikan dengan berbagai macam bentuk. Untuk itu, pola komunikasi yang digunakan oleh kyai Sobron dalam
proses pengajaran seni baca al-Qur’an, yaitu secara langsung melalui tatap muka dengan lisan, dan menggunakan pola komunikasi kelompok kecil antara
seorang kyai Sobron dengan para santri. Dalam proses pengajaran tersebut kyai Sobron menggunakan
komunikasi instruksional, di mana pelaksanaannya komunikasi instruksional yang terjadi dalam mencapai tujuan tersebut lebih banyak menginstruksikan
kepada santri untuk lebih banyak meningkatkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pemahaman tentang materi pengajaran seni baca al-Qur’an.
2. Materi, Lagu dan Metode dalam Pengajaran Seni Baca Al-Qur’an
a. Materi
Materi dalam pengajaran seni baca al-Qur’an merupakan ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung makna dan isi pesan-pesan baik dalam bentuk
perintah amr, larangan nahy, harapan dan himbauan dan lain-lain. Agar para santri dapat lebih mengenal dan memahami isi dan makna
kandungan al-Qur’an, ada beberapa materi yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an yang diberikan oleh kyai dalam pengajaran seni baca al-Qur’an
di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah, diantaranya: 1.
Materi Keimanan 2.
Materi Akhlak 3.
Materi Ibadah 4.
Materi Halal Bihalal 5.
Materi Tasyakuran 6.
Materi Peringatan Hari-hari Besar Islam 7.
Materi Peringatan Hari-hari Besar Kenegaraan 8.
Materi Upacara Pernikahan
9. Materi Santunan Anak-anak Yatim.
107
Selain materi yang berupa makna dan isi kandungan ayat-ayat al- Qur’an yang diajarkan oleh kyai Sobron kepada santri, namun kyai juga
mengajarkan materi ilmu tajwid, qira’at sab’ah dan lain sebagainya. Karena ilmu tajwid merupakan pokok hukum dalam bacaan al-Qur’an.
Bila santri belum memahami ilmu tajwid, maka santri akan terus menerus menghafalnya. Ini adalah tingkat awal yang dilaksanakan oleh kyai Sobron
kepada santri, untuk mengenal ilmu tajwid dan dapat menerapkannya dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an.
Santri harus dapat menguasai ilmu tajwid, bukan hanya sekedar mengetahui tetapi harus mempraktekkannya dengan baik dan benar ketika
berlangsungnya proses pengajaran seni baca al-Qur’an.
108
b. Lagu dan Tangga Nada Ilmu Nagham Al-Qur’an
Membaca al-Qur’an selain wajib menggunakan ilmu tajwid, para santri juga dianjurkan agar membaca al-Qur’an dengan suara yang indah
dan merdu. Dalam membaca al-Qur’an, para santri hendaknya mengalunkan lagu-lagu yang sejalan dengan keagungan kitab suci al-
Qur’an, yaitu dengan lagu-lagu Arabi, diantaranya: 1. Bayyati
Bayyati memiliki 4 empat tingkatan tangga nada, yaitu: a.
Qorror dasar b.
Nawa menengah c. Jawab tinggi
d. Jawabul Jawab paling tinggi
107
Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Hilimi, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
108
Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Hilimi, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
2. Shobaa Shobaa memiliki 3 tiga tingkatan tangga nada, yaitu:
c. Asyiron nawa
d. Ajami jawab
e. Quflah Bustanjar
3. Hijaz
Hijaz memiliki 3 tiga tingkatan tangga nada, yaitu: a.
Hijaz Kar b.
Hijaz Kar Kur c.
Alwan Hijaz 4.
Nahawand Nahawand memiliki 3 tiga tingkatan tangga nada, yaitu:
a. Nawa menengah
b. Jawab tinggi
c. Quflah Mahur
5. Rost
Rost memiliki 5 lima tingkatan tangga nada, yaitu: a.
Nawa menengah b.
Jawab tinggi c.
Quflah Zinjiron d.
Syabir Alarrost e.
Alwan Rost 6.
Sika Sika memiliki 3 tiga tingkatan tangga nada, yaitu:
a. Iraqi nawa
b. Turki jawab
c. Variasi Raml
7. Jiharka
Jiharka memiliki 2 dua tingkatan tangga nada, yaitu: a.
Nawa menengah b.
Jawab tinggi.
109
c. Metode
Metode pembelajaran di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah merupakan hal setiap kali mengalami perkembangan dan perubahan,
109
Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
sesuai dengan penemuan metode yang lebih efektif dan efisien untuk mengajarkan materi palajaran. Metode pengajaran yang digunakan oleh
kyai Sobron dan para ustadz berkaitan fungsi dalam pendidikan, yakni sebagai pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak santri dalam keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang yang digunakan.
Berkaitan dengan penggunaan metode pengajaran, yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan,
maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan oleh seorang kyai pondok pesantren Al-Qur’aniyyah, karena metode mengajar tersebut turut
menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran, tentunya
didukung juga oleh bentuk atau pola komunikasi yang baik.
110
Kyai Sobron dalam mencetak para santri agar dapat membaca al- Qur’an secara fasih, benar sesuai dengan ilmu tajwid, serta melantunkan
ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan ilmu tentang lagu-lagu dalam al-Qur’an ilmu nagham dan ilmu qira’at yang berlaku, maka diterapkan metode-
metode pengajaran dalam menyampaikan materi atau pesan kepada santri untuk mempermudah memahami materi atau pesan tersebut. Adapun
metode-metode yang digunakan oleh kyai, adalah sebagai berikut: 1.
Metode Penugasan Metode penugasan merupakan salah satu cara di dalam penyajian
bahan pelajaran kepada santri dimana kyai memberikan sejumlah tugas
110
Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
kepada santri untuk mempelajari bahan atau materi, kemudian santri diperintahkan untuk mempertanggungjawabkannya.
Menurut informan dalam metode ini seorang kyai atau ustadz menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok
kecil, yaitu kyai menugaskan santri untuk mengucapkan kalimat atau bait lagu, dan santri melanjutkan kalimat atau bait lagu yang telah
diucapkan oleh kyai atau ustadz. 2.
Metode Hafalan Sebagai sebuah metode pengajaran, hafalan pada umumnya
diterapkan pada pelajaran yang bersifat nagham syair. Dalam metode ini santri diberikan tugas untuk menghafal beberapa bait atau baris
kalimat dari sebuah al-Qur’an dengan lagu dan tangga nadanya, untuk kemudian membacakannya di depan seorang kyai.
Menurut informan metode ini, biasanya dilakukan dengan cara tatap muka melalui komunikasi interpersonal, di mana setiap santri
diharuskan membacakan tugas hafalannya dihadapan kyai atau ustadz, jika santri hafal dengan baik, maka santri diperbolehkan untuk
melanjutkan tugas hafalan berikutnya. 3.
Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara
guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawabnya, atau sebaliknya.
Seorang kyai menyampaikan materi pembelajaran lagu dan nada yang terdapat dalam seni baca al-Qur’an kepada para santri secara
langsung melalui tatap muka dengan lisan dan menggunakan komunikasi kelompok kecil, setelah santri mendengarkan materi
tersebut dengan baik, maka kyai mempersilahkan kepada santri yang hendak bertanya apabila materi lagu dan nada yang diajarkan dirasa
belum dimengerti dan dipahami, kemudian kyai akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh santri dengan baik.
Menurut informan metode ini dimaksudkan untuk merangsang santri untuk meningkatkan kembali materi yang telah disampaikan
dahulu, serta untuk mengetahui pemahaman santri terhadap materi yang disampaikan oleh seorang kyai. Dalam metode tanya jawab ini,
seorang kyai melayani para santri yang belum mengerti mengenai materi yang telah disampaikan atau juga ingin mendapat pengetahuan
yang lebih mendalam dari pengajaran seni baca al-Qur’an yang telah disampaikan.
111
4. Metode Membaca
Metode membaca dilakukan dengan cara membaca bersama-sama atau tadarus. Dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an, seorang
kyai menggunakan metode membaca, yaitu membacakan ayat-ayat al- Qur’an dengan seninya, lalu santri mengulangi kata demi kata sama
secara bersama-sama seperti yang dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz. Menurut informan dalam metode ini kyai menggunakan
komunikasi kelompok kecil karena bentuk komunikasi seperti ini sangat membantu kyai dalam mengetahui kemampuan santri dalam
111
Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
mengubah sikap dan tindakan santri dalam sehingga memahami materi yang disampaikan dengan baik.
5. Metode Menyimak
Ketika kyai melafadzkan ayat-ayat al-Qur’an dengan seninya, santri di harapkan menyimak, menghayati dan mendengarkan ayat-ayat
al-Qur’an yang dilafadzkan oleh kyai. Menurut informan bentuk komunikasi yang digunakan oleh kyai dalam metode ini adalah
komunikasi interpersonal, karena dengan bentuk komunikasi seperti ini santri dapat lebih fokus terhadap materi yang disampaikan oleh kyai
atau ustadz. 6.
Metode Demonstrasi Demostrasi merupakan bentuk penyampaian pesan atau materi
dengan cara mempraktekkan, memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media komunikasi yang relevan dengan materi yang sedang disajikan. Demonstrasi dalam hubungannya dengan
penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan atau praktek tentang cara melakukan sesuatu atau mengerjakan sesuatu.
Menurut informan komunikasi yang digunakan oleh kyai kepada santri dalam metode demonstrasi adalah komunikasi interpersonal dan
komunikasi kelompok kecil, di mana santri yang sudah menguasai materi yang telah disampaikan oleh kyai, kemudian santri
mendemonstrasikan kemampuan mereka dihadapan kyai dan santri- santri lainnya.
Metode ini sangat merangsang santri untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran seni baca al-Qur’an, dapat membantu
santri untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah disampaikan, karena santri tidak hanya mendengar tetapi juga melihat
bahkan mempraktekkannya secara langsung. Metode ini akan dapat berjalan lebih efektf dan efisien, apabila
materi yang didemonstrasikan ditindaklanjuti oleh santri dalam kehidupan sehari-hari maupun dengan latihan secara kontinyu
sehingga santri tidak lupa dengan materi tersebut. Dengan penggunaan metode ini, kyai dengan mudah mengukur dan manilai kemampuan
santri dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an. 7.
Metode Motivasi Metode motivasi merupakan suatu pendorong atau penyemangat
bagi para santri yang mengikuti pelajaran. Bagi santri yang mempunyai kepandaian atau kemampuan dalam penguasaan materi.
Santri yang sudah terlihat kemampuan dan kemahirannya dalam menguasai materi yang disampaikan oleh kyai, maka seorang kyai
memprediksikan bahwa santri tersebut sudah bisa dikatakan santri yang bagus dan baik dalam penilaian. Dengan begitu, santri yang
sudah mahir dalam seni baca al-Qur’an akan diikuti perlombaan dalam berbagai tingkatan, kemudian seorang kyai akan menerjunkan santri
untuk memanfaatkan ilmu yang sudah didapat ke masyarakat.
112
112
Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
, Tangerang, 20 Maret 2008.
Menurut informan metode-metode yang digunakan oleh KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, pimpinan pondok pesantren Al-Qur’aniyyah dalam
pengajaran seni baca al-Qur’an mencetak santri agar dapat membaca al- Qur’an secara fasih, baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid, serta mampu
melantunkannya sesuai dengan ilmu lagu-lagu dalam al-Qur’an ilmu nagham dan ilmu qiro’at yang berlaku ternyata tidak sia-sia, terbukti kebanyakan santri
yang mempunyai kemampuan dan bakat yang mereka miliki dari pengajaran seni baca al-Qur’an.
D. Analisis Pola Komunikasi Kyai dan Santri Dalam Pengajaran Seni Baca