Pengertian Kyai Pengertian Kyai dan Santri

Dalam proses pengajaran baik guru kyai maupun siswa santri bisa berperan ganda sebagai pemberi dan penerima aksi atau komunikasi ini bisa dikatakan sebagai komunikasi interpersonal, yaitu proses pertukaran informasi antara komunikator dengan komunikan yang feedbecknya secara langsung dapat diketahui, serta komunikator dan komunikan memiliki dua fungsi sekaligus. Ketiga, komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara perorangan melainkan kepada banyak orang. Di sini komunikan dituntut lebih aktif dari pada komunikator. Situasi pengajaran atau proses belajar mengajar bisa terjadi dalam tiga pola atau bentuk komunikasi di atas. Akan tetapi, dalam komunikasi yang ketiga komunikasi sebagai transaksi atau banyak arah, pengajaran berlangsung dalam kondisi yang sesuai dengan hakekat belajar dan mengajar yang sebenarnya. 30

B. Kyai dan Santri

1. Pengertian Kyai dan Santri

a. Pengertian Kyai

Kyai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebutan bagi alim ulama cerdik dan pandai dalam agama Islam. 31 Sedangkan dalam sebuah pesantren, kyai adalah pembimbing, pengajar, atau pemimpin sebuah pesantren. Kyai menurut definisi Manfred Ziemek adalah: 30 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Sinar baru, 1989, h. 9-10. 31 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet. Ke-1, h. 437. “Pendiri dan pemimpin sebuah pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah memberikan hidupnya demi Allah serta menyebarluaskan ajaran- ajaran Islam melalui kegiatan pendidikan kyai berfungsi sebagai seorang ulama, artinya ia mengetahui pengetahuan dalam tata masyarakat Islam dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam hukum Islam, dengan demikian ia mampu memberikan nasehat”. 32 Istilah kyai adalah sebutan yang diperuntukkan bagi para ulama tradisional di pulau Jawa, walaupun sekarang kyai banyak tersebar di pulau Jawa dan juga di luar pulau Jawa. 33 Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata pesantren yang berkembang di Jawa dan Madura sosok kyai begitu sangat berpengaruh, kharismatik dan berwibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat di lingkungan pesantren. Menurut asal muasalnya, sebagaimana dirinci Zamakhsyari Dhofier, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda. Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap sakti dan kramat. Kedua, sebagai gelar kehormatan bagi orang- orang tua pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren. 34 Kyai dalam hal ini mengacu kepada pengertian ketiga, yakni gelar yang diberikan kepada para pemimpin agama Islam atau pondok pesantren dan mengajarkan berbagai jenis kitab-kitab klasik kuning kepada para 32 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M. 1986, H. 131. 33 Pradjata Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kyai Pesantren-Kyai Langgar Jawa, Yogyakarta: LKIS, 1999, Cet. Ke-1, h. 13. Pradjata Dirdjosanjoto mengutip pendapat Zamakhsyari Dhofier mengenai definisi kyai di suatu pondok pesantren. 34 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren, Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global , Jakarta: IRD Press, 2004, h. 28. santrinya. Istilah kyai ini biasanya lazim digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur saja. Sementara di Jawa Barat digunakan istilah “ajengan,” di Aceh dengan Teuku, sedangkan di Sumatera Barat dinamakan Buya. 35 H. Aboebakar Atjeh menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi kyai besar yaitu: 1. Pengetahuannya 2. Keshalehannya 3. Keturunannya 4. Jumlah Muridnya. 36 Vrenden Bregt memberikan skema yang hamper sama dengan H. Aboebakar Atjeh yaitu: 1. Keturunan seorang kyai besar mempunyai silsilah yang cukup panjang 2. Pengetahuan agamanya 3. Jumlah muridnya 4. Cara dengan mengabdian dirinya pada masyarakat. 37 Dalam perkembangannya, gelar kyai tidak lagi menjadi monopoli bagi para pemimpin atau pengasuh pesantren. Gelar kyai dewasa ini juga dianugerahkan sebagai bentuk penghormatan kepada seorang ulama yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keagamaan, walaupun yang bersangkutan tidak memiliki pesantren. Gelar kyai ini juga sering dipakai 35 Ibid., h. 29. 36 Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kyai Pesantren-Kyai Langgar Jawa, h. 13 37 Ibid., h. 14 oleh para da’i atau mubaligh yang biasa memberikan ceramah agama Islam. 38

b. Pengertian Santri