Profil Ustadz Abdul Latif, S.Ag

satu lagu dengan tangga nada diulang-ulang secara terus menerus kemudian santri menirukan, dan selanjutnya santri memperaktekkan satu per satu dihadapan beliau. Kalau santri sudah memahami secara keseluruhan maqro- maqro bacaan yang telah diajarkan, maka beliau melanjutkan maqro-maqro bacaan lain dengan lagu dan tangga nada yang berbeda. 93

3. Profil Ustadz Abdul Latif, S.Ag

Ustadz Abdul Latif, S.Ag adalah pengasuh atau guru di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah. Beliau lahir di Tangerang 10 Aguatus 1973, beliau mulai sekolah dari MI, MTs, MA di Jamiyyah Isamiyyah, dan kuliah di PTIQ. Beliau mengabdi di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah semenjak berdirinya pondok pesantren tersebut, selain mengajar seni baca al-Qur’an beliau juga pandai dalam seni kaligrafi. Hasil karya beliau disukai oleh banyak orang. Dalam pengajaran seni baca al-Qur’an juga beliau banyak disegani oleh santri dengan kepandaiannya berlantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an. Di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah beliau mengajar seni baca al-Qur’an pada kelas 3 dan 4 atau yang dikenal dengan tingkat menengah. 94 Penyampaian materi dan metode yang digunakan dalam pengajaran seni baca al-Qur’an tidak ada bedanya dengan ustadz-ustadz yang lain, selain metode pengulangan, tanya jawab, demonstrasi, beliau juga menggunakan metode motivasi, yaitu metode perlombaan kecil-kecilan setiap santri yang mengikuti pelajaran seni baca al-Qur’an, tujuan adalah untuk memotivasi santri untuk belajar dan berlatih secara terus-menerus. Kyai maupun ustadz 93 Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Hilimi, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah , Tangerang, 20 Maret 2008. 94 Wawancara Pribadi dengan Ust. Abdul Latif, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al- Qur’aniyyah , Tangerang, 20 Maret 2008. yang mengajar di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah selalu menerapkan pola atau bentuk-bentuk komunikasi yang berbeda-beda, dan bentuk komunikasi yang digunakan sangat efektif dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an, dengan bentuk-bentuk komunikasi yang berbeda-beda membuat santri tidak mengalami kejenuhan dan kebosanan, sehingga pelajaran mudah diserap dan dipahami dengan baik. 95 Pola atau bentuk komunikasi yang selalu digunakan oleh kyai maupun ustadz-ustadz yang lain dalam pengajaran seni baca al-Qur’an adalah dengan komunikasi secara verbal, yaitu dengan tatap muka seminggu bisa 2 sampai 3 kali pertemuan. Dan secara klasikalbersama-sama semua santri dilakukan di Aula dan pengajarnya adalah pimpinan langsung, yaitu kyai Sobron.

4. Profil Santri