Program Pengajaran Seni Baca Al-Qur’an

Dari 10 orang santri hanya Rahmatullah dan Sifa Nafiga yang penulis jelaskan profilnya, mereka sebagai perwakilan dari tingkat mahir yang dijadikan sampel.

B. Program Pengajaran Seni Baca Al-Qur’an

Pondok pesantren Al-Qur’aniyyah dengan ciri khas keal-Qur’anan, mendidik dan mengajarkan para santri agar dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid, serta dapat melantunkan ayat-ayat al-Qur’an dengan indah sesuai dengan ilmu lagu-lagu dalam al-Qur’an ilmu nagham dan ilmu qira’at. Untuk itu, pondok pesantren Al-Qur’aniyyah menetapkan program- program pengajaran seni baca al-Qur’an untuk menerapkan kedisiplinan ilmu yang harus ditempuh oleh para santri. Program pengajaran seni baca al-Qur’an yang diterapkan di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah ini terbagi menjadi tiga jenjangkategori, antara lain: 1. Tingkat Dasar Tingkat dasar adalah tingkatan pada tahap awal dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an, di mana santri yang belajar seni baca al- Qur’an berasal dari tingkat pemula, dan kelas persiapan i’dad. Dalam tingkatan ini, seorang kyai hanya baru memperkenalkan pola-pola dasar kepada santri, yaitu berupa pengenalan tentang lagu-lagu dalam seni baca al-Qur’an secara garis besar, seperti lagu bayyati, lagu shaba, lagu nahawand, lagu hijaz, lagu rost, lagu sika, dan lagu jiharka. Pada tingkatan ini santri belum diperkenalkan kepada tangga nada lagu dalam seni baca al-Qur’an. 2. Tingkat Menengah Tingkat menengah adalah tingkatan di mana santri sudah mulai memasuki tahap pengembangan dalam proses pengajaran seni baca al- Qur’an. Pada tahap ini, para santri mulai diadakan praktek untuk lagu-lagu yang sudah diperkenalkan pada tingkat dasar, dan lagu-lagu ini biasanya diungkapkan oleh seorang kyai dalam tausyih, yakni melagukan sejumlah kalimat syair sebatas patokan alunan suara tentang nada dalam suatu lagu. 103 Kemudian dari lagu tersebut seorang kyai mempraktekkannya ke dalam ayat-ayat al-Qur’an, dan setelah itu santri mulai diperkenalkan dengan tangga nada lagu dalam seni baca al-Qur’an. Tangga nada dalam pengajaran seni baca al-Qur’an disebut dengan maqom, yaitu tangga nada yang terdapat dalam lagu-lagu seni baca al-Qur’an. Dalam satu lagu biasanya terdapat beberapa tangga nada di dalamnya, tujuan dari pengenalan tangga nada adalah agar santri mampu menerapkan tangga nada tersebut ke dalam lagu-lagu yang sudah diajarkan pada tingkat sebelumnya. Lagu-lagu dalam seni baca al-Qur’an disebut dengan ilmu nagham. Lagu-lagu al-Qur’an adalah lagu-lagu khusus yang disuarakan secara indah dalam membaca al-Qur’an. Lagu-lagu yang dilantunkan adalah lagu- lagu yang sesuai dengan kaidah-kaidah membaca al-Qur’an yang 103 Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah , Tangerang, 20 Maret 2008. senantiasa mengekspresikan secara indah. Lagu-lagu dengan tangga nada, seperti lagu bayyati dengan nada koror, bayyati dengan nada nawa, bayyati dengan nada jawab, dan bayyati dengan nada jawabul jawab. Kemudian lagu shaba dengan nada asyiroan nawa, shaba dengan nada ajami jawab, dan shaba dengan nada quflah bustanjar, dan lain sebagainya. 3. Tingkat Mahir Tingkat mahir adalah tingkatan paling tinggi dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an, yaitu santri sudah mulai diperkenalkan dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. Dalam tingkatan ini, santri sudah menuju pada pola pengembangan bakat secara menyeluruh. Di mana bakat yang dimiliki oleh santri sudah mulai dikembangkan, dikemas, dan dilatih secara terus-menerus, agar bakat atau kemampuan tersebut bisa diaplikasikan dengan baik ke dalam surat yang sudah ditentukan. Setelah bakat santri sudah terlihat oleh seorang kyai, maka seorang kyai mulai mengukur dan menilai sejauh mana kemampuan atau bakat yang mereka miliki, setelah mendapatkan hasil yang baik, maka santri bisa mengaplikasikan kemampuan mereka ke dalam surat-surat yang lain dari maqro yang sudah diajarkan. Dengan begitu, santri sudah bisa berjalan sendiri sesuai dengan kemampuan dan bakat yang mereka miliki, serta sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. 104 Menurut penulis adanya tingkatan-tingkatan yang dilakukan oleh seorang kyai adalah sebagai langkah awal untuk menentukan bagaimana metode penyampaian pesan atau materi pengajaran seni baca al-Qur’an, serta 104 Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah , Tangerang, 20 Maret 2008. bentuk komunikasi apa yang harus dilakukan oleh seorang kyai. Dalam hal penyampaian materi kepada santri dalam tingkatan-tingkatan ini, kyai berusaha memberikan pendekatan-pendekatan komunikasi kepada santri dengan pendekatan yang bervariasi yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing santri. Tujuan dari program pengajaran seni baca al-Qur’an yang diterapkan di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah selain untuk mendidik dan mengajarkan para santri agar dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid, serta dapat melantunkan ayat-ayat al-Qur’an dengan indah sesuai dengan ilmu lagu-lagu al-Qur’an ilmu nagham dan ilmu qira’at, terdapat tujuan-tujuan lain di dalam program pengajaran seni baca al-Qur’an tersebut, yaitu tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah dan tujuan jangka panjang, di antaranya adalah: I. Jangka Pendek 1. Mengklasifikasikan bakat dan minat santri putra dan putri. 2. Mempersiapkan para santri secara intensif untuk dapat tampil di depan umum. 3. Menampilkan santri putra dan putri untuk dapat tampil pada setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan baik secara internal maupun eksternal. II. Jangka Menengah 1. Mengikutsertakan santri putra dan putri pada setiap kegiatan perlombaan yang bersifat eksternal. 2. Mengukur kemampuan santri putra dan putri dengan santri dan organisasi lain pada perlombaan yang bersifat eksternal. 3. Melatih dan membina santri putra dan putri untuk dapat menjadi seorang pemimpin baik, untuk dirinya maupun untuk orang lain dengan cara menjadikannya sebagai pengurus pondok. III. Jangka Panjang 1. Mempersiapkan santri putra dan putri untuk dapat mengisi pada setiap kegiatan, baik yang bersifat internal maupun eksternal, termasuk menggantikan Asatidzah yang berhalangan hadir. 2. Menerjunkan santri putra dan putri ke masyarakat pada setiap kegiatan baik bila dibutuhkan. 3. Mencetak santri putra dan putri untuk menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. 105

C. Pola Komunikasi Kyai dan Santri Dalam Pengajaran Seni Baca Al-