ANALISIS PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG HUKUM PENUTUP

dalam hukum Islam menyatakan bahwa seseorang baru boleh menikah apabila sudah layak untuk menikah. Penetapan batasan umur perkawinan itu penting karena dimaksudkan untuk menjaga kesehatan suami istri dan keturunannya. Serta pasangan suami istri agar mampu menanggung beban tanggung jawab keluarga. Khususnya tanggung jawab terhadap anak yang dilahirkan, rumah tangga yang selalu kacau akan berdampak buruk terhadap pembinaan anak, dan hal itu umumnya terjadi dalam lingkungan keluarga yang kawin sebelum memiliki kematangan berfikir atau perkawinan di bawah umur. 6 Pengertian perkawinan di bawah umur pada dasarnya tidak disebutkan dalam hukum Islam kitab fiqih. Hal ini disebabkan karena tidak adanya dalil yang membatasi secara jelas pada usia berapa seorang boleh menikah. Karena itu, masalah batasan umur seseorang untuk melaksanakan perkawinan ini termasuk ke dalam wilayah ijtihadiyyah. Dalam fiqih menyebutkan adanya perkawinan muda atau kawin belia dengan istilah nikah ash-shaghirash- shaghirah secara literal berarti kecil, namun yang dimaksudkan dengan shaghirshaghirah disini adalah anak laki-laki atau perempuan yang belum baligh. 7 Ketentuan baligh antara seorang laki-laki dan seorang perempuan 6 Abdi Koro, Perlindungan Anak Di Bawah Umur Dalam Perkawinan Usia Muda dan Perkawinan Siri, Bandung: PT. Alumni, 2012, h. 177. 7 Husein Muhammad, Fiqih Perempuan: Refleksi kiai atas wacana agama dan gender, cet.V, Yogyakarta: LKIS, 2009, h.89. berbeda. Pada anak laki-laki, ketentuan baligh tersebut ditandai dengan ihtilam, yakni mimpi yang mengakibatkan keluarnya sperma air mani, sedangkan anak perempuan, ketentuan baligh ditandai dengan menstruasi atau haid. Zaman modern seperti ini perkawinan di bawah umur marak terjadi tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga terjadi di dunia Islam lainnya. Seperti, di Negara Pakistan dan Bangladesh yang melakukan unifikasi pada hukum keluarga. Maraknya perkawinan di bawah umur di dunia Islam membuat perubahan besar terhadap Negara tersebut. Unifikasi hukum keluarga yang terjadi di Negara Pakistan salah satunya yaitu menolak adanya perkawinan di bawah umur dengan memberikan sanksi hukuman kurungan penjara serta denda kepada seseorang yang menikahi anak di bawah umur di dalam hukum keluarganya. Sebagaimana diatur dalam pasal 2 dan 4 dari Child Marriage Restraint Act tahun 1929 sebagaimana diubah dengan Muslim Family Law Ordinance MFLO tahun 1961: 8 2. In this Act, unless there is anything repugnant in the subject or context, a “child” means a person who, if a male, is under eighteen years of age, and if a female, is under sixteen years of age; b “child marriage” means a marriage to which either of the parties is child; c”contracting party” to a marriage means either of the parties whose marriage is about to be thereby solemnized; d “minor” means a person of either sex who is under eighteen years of age;… 4. Whoever, being a male above eigthteen years of age, contracts a child marriage shall be punishable with simple imprisonment which may extend to one month, or with fine which may extend to one thousand rupees, or with both. 8 Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries: History, Text and Comparative Analisis, h.243-244.

Dokumen yang terkait

Pengakuan Kedudukan Anak Di Luar Perkawinan Dalam Kajian Hukum Positif

5 92 146

Kriminalisasi Poligami dalam Hukum Keluarga di Dunia Islam (Studi Komparatif Undang-undang Hukum Keluarga IndonesiaTunisia)

3 19 83

Studi Komparatif Kedudukan Mahar Pernikahan di Negara Indonesia dan Pakistan

4 26 129

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK DI KABUPATEN BANGLI PROVINSI BALI.

0 3 15

STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Studi Komparatif Antara Hukum Islam Dan Hukum Positif Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Tentang Batas Ketaatan Isteri Terhadap Suami.

0 1 10

STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Studi Komparatif Antara Hukum Islam Dan Hukum Positif Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Tentang Batas Ketaatan Isteri Terhadap Suami.

0 2 17

TINJAUAN YURIDIS AKIBAT HUKUM PENETAPAN DISPENSASI PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Kasus di Pengadilan Agama Pacitan).

0 1 17

Studi Analisis Hukum Analisis Hukum Perkawinan di Bawah Umur Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Imam Syafi’i

0 0 30

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT SERTA KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI

0 0 13

JURNAL ILMIAH STATUS HUKUM ANAK DI LUAR PERKAWINAN (STUDI KOMPARATIF MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM) Program Studi Ilmu Hukum

0 0 18