Faktor Penyebab Perkawinan di Bawah Umur Di Indonesia

1. Dari sisi kesehatan, kehamilan atau melahirkan anak di bawah usia 20 tahun lebih rentan bagi kematian bayi dan ibunya, melahirkan yang sehat menurut ilmu kedokteran adalah antara usia 20-35 tahun. 2. Dari segi fisik, pasangan usia belia masih belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan ketrampilan fisik untuk mendatangkan pendapatan yang mencukupi kebutuhan keluarga. 3. Dari segi mental, pasangan yang masih belia masih belum siap bertanggung jawab secara moral mengenai apa saja yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Dari segi pendidikan, usaha pendewasaan usia pernikahan dimaksudkan buat mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi yang lebih berguna buat menyiapkan masa depannya. 5. Dari segi kependudukan, perkawinan usia dini adalah masa yang tingkat kesuburannya tinggi sehingga kurang mendukung pembangunan di bidang kesejahteraan. 6. Dari segi kelangsungan rumah tangga, pernikahan dini lebih rentan dan rawan perceraian mengingat mereka belum stabil, tingkat kemandiriannya masih rendah. 33 Kesimpulannya, Di Indonesia bentuk perkawinan di bawah umur bermacam-macam sebabnya salah satunya kurangnya factor pendidikan 33 Siti Musdah Mulia, dkk, Meretas Jalan Kehidupan Awal Manusia; Modul Pelatihan untuk Pelatih Hak-Hak Reproduksi dalam Perspektif Pluralisme, Cet-1, Jakarta: LKAJ, 2003, h.79- 80. dikalangan anak Indonesia menyebabkan pergaulan bebas yang membuat anak Indonesia banyak yang melakukan hubungan seks sebelum waktunya.Sebab dari itu banyak yang melakukan perkawinan di bawah umur dan menciptakan angka perceraian cukup tinggi.

2. Faktor Penyebab Perkawinan di Bawah Umur Di Pakistan

Pakistan adalah Negara yang tinggi akan perkawinan di bawah umur. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Plan Internasional 2015 dimana 34,8 anak perempuan usia di bawah 18 tahun yang menikah, dengan laki-laki 15,2 menikah di bawah usia 15 tahun. 34 Perkawinan di bawah umur di Pakistan diatur kedalam UU No. 29 Tahun 1929 tentang larangan pernikahan anak Child Marriage Restraint Act sebagaimana diamandemen oleh Ordonansi No. 8 Tahun 1961 MFLO. Di mana didalam Undang-Undang tersebut memberikan hukuman terhadap pelaku perkawinan dibawah umur dengan hukuman penjara paling lama satu bulan atau denda setinggi-tingginya seribu rupee atau kedua-keduanya. 35 Seperti Kasus yang terjadi di Paksitan yang dilansir Emirates, menurut Mehr Raiz kepolisian Pakistan yang menangkap enam orang yang diduga melakukan perkawinan di bawah umur. 34 Ini Penyebab Maraknya Pernikahan Dini, Liputan6.com, 16 April 2016, Diakses dari http:www.liputan6.comnewsread2363627ini-penyebab-maraknya-pernikahan-dini. 35 Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries: History, Text and Comparative Analisis, h.243-244. “Polisi telah menangkap enam orang yang diduga mengatur pernikahan bocah laki-laki usia tujuh tahun dan bocah perempuan usia enam tahun itu. Yang di lakukan oleh kedua orang tua dari dua bocah Pakistan, berusia tujuh dan enam tahun ini. Terungkap sebuah video kedua bocah di bawah umur itu dinikahkan.Dengan itu kepala polisi setempat, Mehr Riaz Hussain menangkap enam orang yang diduga mengatur pernikahan bocah tersebut.Mereka didakwa melakukan pernikahan di bawah umur, dan dihukum penjara selama enam bulan, serta denda 50 ribu rupee”. 36 Meskipun pelarangan perkawinan di bawah umur Child Marriage itu telah diberlakukan sejak tahun 1929 di Pakistan, problemnya masih berlangsung hingga sekarang. Masalah ini terkait dengan sejumlah masalah kemasyarakatan dan adat yang telah mengakar dalam masyarakat, seperti adat barter perkawinan, adat kawin paksa atau adat perkawinan yang diatur sepenuhnya oleh orang tua, adat penyerahan perempuan dan anak-anak sebagai akibat konflik antar suku,dan lain-lain. Menurut Dewan Ideologi Islam CII salah satu lembaga keagamaan dan konstitusional yang paling berpengaruh di Pakistan, mengumumkan bahwa gadis-gadis di Pakistan hanya boleh menikah ketika mereka sudah mencapai 36 “Di Pakistan, Orangtua Dibui Nikahkan Anak di Bawah Umur”, Viva.co.id, 16 April 2016, diakses dari http:www.viva.co.idnewsread733289-di-pakistan-orangtua-dibui-nikahkan-anak-di- bawah-umur. masa pubertas. Dan perkawinan di bawah umur di Pakistan bisa dihapuskan apabila mengimplementasikan hukuman dengan baik, seperti yang dilansir dari the Guardian , menurutnya “…Jika hukum ini diimplementasikan dengan baik, maka hak-hak anak perempuan di Pakistan untuk tetap bersekolah dan menikah setelah mereka dewasa akan terpenuhi.Budaya atau adat Pakistan yang membolehkan pernikahan anak dikenal dengan sebutan vani atau swara, dimana anak-anak perempuan dinikahkan untuk mengurangi risiko kejahatan dari anggota keluarga mereka yang laki- laki...” 37 Jadi, Perkawinan di bawah umur di Pakistan marak terjadi karena faktor adat yang cukup tinggi. Walaupun, di Pakistan sudah melakukan pembaharuan hukum keluarga mengenai perkawinan anak tetapi kenyataannya sampai sekarang perkawinan di bawah umur masih marak terjadi. 37 “Dewan Ideologi Islam Pakistan Larang Keras Pernikahan anak”, Republika.co.id, 20 Mei 2016, diakses dari www.republika.co.idberitadunia-islamislam-mancanegara140603n6k2v6- dewan-ideologi-islam-pakistan-larang-keras-budaya-pernikahan-anak

BAB III SEJARAH HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA DAN PAKISTAN

A. Pembentukan Hukum Keluarga Islam di Indonesia dan Pakistan

1. Sejarah Hukum Keluarga di Indonesia

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, Negara ini memiliki letak geografis yang unik sekaligus menjadikannya strategis. Hal ini dapat dilihat dari letak Indonesia yang berada diantara dua samudera Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan dua benua benua Asia dan Australia Indonesia juga memiliki perairan yang menjadi salah satu urat nadi perdagangan Internasional. Letak Astronomis wilayah Indonesia yaitu 6 O LU – 11 O . 08‟LS dan 95 o BT-141 O . 45‟ BT. 38 Indonesia terdiri dari 360 suku bangsa, mereka mendiami pulau dan memiliki adat dan kebudayaannya sendiri. Pada tanggal 01 Juli 2015 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 255.461.700 jiwa. 39 Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. a. Hukum Keluarga Indonesia Prakolonial Sejarah hukum keluarga di Indonesia dimulai pada zaman Prakolonia yang juga bisa kita sebut Hukum Keluarga Masa Kerajaan. Pada masa ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti agama dan budaya masyarakat. 38 M. Thayeb, Pengetahuan Sosial Terpadu untuk kelas SD kelas V, Jakarta: Erlangga, 2004, h.8. 39 Arsyad Umar, Pengetahuan Sosial Terpadu untuk SD kelas IV, Jakarta: Erlangga, 2007, h.10. 35

Dokumen yang terkait

Pengakuan Kedudukan Anak Di Luar Perkawinan Dalam Kajian Hukum Positif

5 92 146

Kriminalisasi Poligami dalam Hukum Keluarga di Dunia Islam (Studi Komparatif Undang-undang Hukum Keluarga IndonesiaTunisia)

3 19 83

Studi Komparatif Kedudukan Mahar Pernikahan di Negara Indonesia dan Pakistan

4 26 129

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN PERKAWINAN DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK DI KABUPATEN BANGLI PROVINSI BALI.

0 3 15

STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Studi Komparatif Antara Hukum Islam Dan Hukum Positif Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Tentang Batas Ketaatan Isteri Terhadap Suami.

0 1 10

STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Studi Komparatif Antara Hukum Islam Dan Hukum Positif Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Tentang Batas Ketaatan Isteri Terhadap Suami.

0 2 17

TINJAUAN YURIDIS AKIBAT HUKUM PENETAPAN DISPENSASI PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Kasus di Pengadilan Agama Pacitan).

0 1 17

Studi Analisis Hukum Analisis Hukum Perkawinan di Bawah Umur Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Imam Syafi’i

0 0 30

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT SERTA KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI

0 0 13

JURNAL ILMIAH STATUS HUKUM ANAK DI LUAR PERKAWINAN (STUDI KOMPARATIF MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM) Program Studi Ilmu Hukum

0 0 18