Undang-Undang yang Mengatur Hukum Keluarga di Pakistan
pilih.Karenanya perbedaan latarbelakang teriorial, sosio-kultur, sosio-ekonomi dan sosio-politik dapat mempengaruhi keputusan ulama dalam berijtihad.
Konteks dimana ulama berbeda dan mengembangkan pemikirannya serta konteks social politiknya niscaya berpengaruh kepada pendapatnya. Golongan
Jumhur dalam menetapkan hukum terbagi menjadi dua golongan:
67
1 Ahl al-Hadits
Golongan ini berkembang di Hajz.Dalam menetapkan hukum, mazhab ini pertama-tama sangat terikat kepada teks-teks al-
Qur‟an dan Sunnah. Bila dalam menetapkan hukum suatu masalah tidak ditemukan hukumnya dalam
nash al- Qur‟an dan al-Sunnah, mereka berpaling kepada praktek dan
pendapat para sahabat. Mereka menggunakan rayu hanya dalam keadaan terpaksa.Tokoh-
tokoh aliran ini yang termasyhur adalah Sa‟id Ibn al- Musaiyyab al-Mahzumy.Ia diikuti oleh al-Zuhry, al-
Tsaury, Malik, Syafi‟I, Ahmad Ibn Hanbal dan Dawud Al-Zhahiry.
2 Ahl al-Ra‟yi
Golongan ini berkembang di kufah Irak. Dalam menetapkan hukum, mazhab ini banyak terpengaruh dengan cara berpikir ulama-ulama Irak.
Dalam menetapkan hukum, mazhab ahli ra‟yi ini berlandaskan pada beberapa asumsi dasar, antara lain: nash-
nash syari‟ah sifatnya terbatas, sedangkan
67
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2003, Cet-III, h.32.
peristiwa-peristiwa hukum selalu baru dan senantiasa berkembang. Dan setiap hukum syara‟ dikaitkan dengan „illat tertentu dan ditunjukan untuk tujuan
tertentu. Di Indonesia mazhab yang dianut ialah mazhab Imam as-
Syafi‟I, seorang ulama asli bangsasuku Arab.Bahkan nasabnya diklaim nyambung sampai ke
Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil hingga dewasa hidup dalam kultur Arab. Masa pengembaraan pencarian ilmunya juga di semenanjung Arab.Latar
belakang cultural dan sosialnya yang mengkonstruksi intelektualitas ke faqih-an al-
Syafi‟I adalah Arab.Setelah pindah ke Irak, pendapat-pendapatnya didengar dan diikuti pengikut setia.Di Irak lahir pendapat-pendapatnya yang disebut
sebagai qaul qadim pendapat lama. Dari Irak ia pindah ke Mesir. Di Mesir, setelah melihat kultur dan budaya Mesir yang berbeda dengan Arab dan Irak,
serta budaya agraris yang berbeda dengan budaya gurun pasir, ia kemudian merevisi pandangan-padangannya terdahulu.
68
Pemerintah kerajaan Islam di Indonesia, selama zaman Islam me
ngesahkan dan menetapkan mazhab Syafi‟I menjadi haluan hukum di Indonesia.Beliau membina mazhabnya antara Ahli al-
Ra‟yi dan Ahli al-Hadits moderat, meskipun pegangan Imam Syafi‟I dalam menetapkan hukum adalah al-
Qur‟an, Sunnah, Ijma dan Qiyas.Mazhab Syafi‟I berkembang tidak hanya di Indonesia saja, tetapi di Mesir, Siria, Saudi Arabia,
India Selatan, Muangtai, Malaysia dan Pilipina.
68
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, Cet-III, h.123-125.
Sebaliknya, di Pakistan menganut mazhab Hanifah.Ulama yang berasal dari Persia.Sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk bergaul dan berinteraksi di
tengah-tengah masyarakat kosmopolitan. Tak mengherankan karena ia juga seorang saudagar. Sehari-harinya ia bergaul dengan orang pasar, yang
meniscayakan bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Selain itu, di Persia filsafat tumbuh subur.Abu Hanifah dikenal sebagai ulama Ahl al-
Ra‟yi.Dalam menetapkan hukum Islam, baik yang diistinbathkan dari al-Qur‟an ataupun hadits, beliau banyak menggunakan nalar.Beliau mengutamakan
ra‟yi dari khabar ahad.Apabila terdapat hadits yang bertentangan, beliau menetapkan
hukum dengan jalan qiyas dan istihsan.Menurut Shubhy Mahmasany, pengetahuan Abu Hanifah yang mendalam di bidang ilmu hukum fiqh dan
profesinya sebagai saudagar, memberi peluang baginya untuk memperlihatkan hubungan-hubungan hukum secara praktis. Karena mazhab Hanafi ini
berdasarkan pada al- Qur‟an, Hadits, Ijma, Qiyas dan Istihsan, maka bidang-
bidang ijtihad menjadi luas, sehingga suatu ketentuan hukum-hukum dapat ditetapkan sesuai dengan keadaan masyarakat tanpa keluar dari prinsip-prinsip
dan aturan pokok Islam.
69
Mazhab ini tidak hanya berkembang di Pakistan saja.Tetapi di Turki, Afghanistan, Asia Tenggara, India, Irak, Brazil, Amerika
Latin dan Mesir.
69
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, Cet-III, h.97-101.