Teknik Pengolahan Data Metode Penelitian
menikah. Karena umur atau kedewasaan tidak termasuk dalam syarat rukun nikah, maka apabila suatu perkawinan sudah memenuhi syarat dan rukun nikah,
maka hukumnya sah.
13
Para ulama dalam hal ini masih berbeda pendapat dalam menghadapi masalah ini, karena faktor kedewasaan atau umur merupakan kondisi yang amat
penting, kendatipun tidak termasuk ke dalam rukun dan syarat nikah. Di dalam hukum Islam menyatakan bahwa seseorang baru dikenakan kewajiban
melakukan pekerjaan atau perbuatan hukum apabila telah mukallaf, untuk itu
Allah berfirman dalam QS. An-Nisaa 04 ayat 6 :
َُلاَوْمَأ ْمِهْيَلِإ اوُعَ فْداَف اًدْشُر ْمُهْ ِم ْمُتْسَنآ ْنِإَف َحاَكِلا اوُغَلَ ب اَذِإ ٰىََح ٰىَماَتَيْلا اوُلَ تْ باَو اوُاَ رْكَك ْنَأ اًراَدِبَو اًفاَاْرِإاَوُلُلْكَأ َ َوْو
َل ْنَمَو ْفِفْعَ تْسَيْلَ ف اًيَِغ َناَل ْنَمَو ىللاِب ٰىَفَلَو ْمِهْيَلَع اوُدِهْشَكَف ْمَُلاَوْمَأ ْمِهْيَلِإ ْمُتْعَ فَد اَذِإَف ِفوُاْعَوْلاِب ْلُلْكَيْلَ ف اًرِقَف َنا
ِ اًريِسَح
:ءاس لا ٦
Artinya: “Dan ujilah anak-anak yatim sampai mereka mencapai usia nikah.
Apabila kalian menemukan kecerdasannya maka serahkanlah harta-harta itu kepada mereka. Dan janganlah kalian memakannya dengan berlebih-lebihan dan
jangan pula kalian tergesa-gesa menyerahkan sebelum mereka dewasa. Barang siapa dari kalangan wali anak yatim itu berkecukupan, maka hendaklah dia
menahan diri dari memakan harta anak yatim dan barang siapa yang miskin maka dia boleh memakan dengan cara yang baik. Apabila kalian menyerahkan
harta-harta mereka, maka hadrikanlah saksi-saksi.Dan cukuplah Allah sebagai
pengawas”.
Ketika menafsirkan ayat ini, di dalam tafsir al-Misbah, maka kata dasar rushdan adalah ketepatan dan kelurusan jalan. Dari sini lahir kata rushd yang
13
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, h.93.
bagi manusia adalah kesempurnaan akal dan jiwa yang menjadikannya mampu bersikap dan bertindak setepat mungkin. Al-Maraghi menafsirkan dewasa
rushdan, yaitu apabila seseorang mengerti dengan baik cara menggunakan harta serta membelanjakannya, sedang yang dimaksud balighu al-nikdh ialah jika
umur telah siap untuk menikah. Ini artinya al-Maraghi menginterprestasikan bahwa orang yang belum dewasa tidak boleh dibebani persoalan-persoalan
tertentu.
14
Ayat ini dapat dipahami bahwa perkawinan dilakukan oleh seseorang yang sudah dewasa. Dalam hukum Islam, usia dewasa dikenal dengan istilah baligh.
Yang pada prinsipnya, seorang lelaki yang telah baligh dapat ditentukan dengan mimpi dan rushdan, akan tetapi rushdan dan umur kadang-kadang tidak sama
dan sukar ditentukan, seseorang yang telah bermimpi ada kalanya belum rushdan dalam tindakannya. Begitupun juga dengan perempuan, seorang perempuan
dikatakan baligh apabila sudah menstruasi. Namun, nyatanya sangat sulit memastikan pada usia berapa seorang perempuan mengalami menstruasi.
Sebagaimana para ulama mazhab berbeda pendapat dalam menetapkan dan menentukan batasan usia dewasa atau baligh untuk melangsungkan
perkawinan diantaranya: Imammiyah, Maliki, Syafi‟i, dan Hanbali yang
mengatkan:“tumbuhnya bulu-bulu ketiak merupakan bukti balighnya seseorang”.
14
Dedi Supriyadi dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam, Bandung: Al-Fikriis,2009, h.23.
Adapun Hanafi menolaknya sebab bulu ketiak itu tidak ada berbeda dengan bulu- bulu lain yang ada pada tubuh. Syafi‟i dan Hanbali menyatakan bahwa usia
baligh untuk anak laki-laki dan perempuan adalah 15 tahun, sedangkan Maliki menetapkan 17 tahun. Sementara itu, Hanafi menetapkan usia baligh bagi anak
laki-laki adalah 18 tahun, sedangkan anak perempuan 17 tahun.
15
Perkawinan di bawah umur memang tidak secara terang-terangan di bahas oleh hukum Islam. Bahkan di dalam kitab-kitab fiqih memperbolehkan
kawin antara laki-laki dan perempuan yang masih kecil, baik kebolehan tersebut di
nyatakan secara jelas seperti ungkapan “boleh terjadi perkawinan antara anak laki-
laki yang masih kecil dan perempuan yang masih kecil” atau boleh menikahkan laki-
laki yang masih kecil dan perempuan yang masih kecil” sebagaimana pendapat Ibnu al-Humam.
16
Para ulama yang membolehkan perkawinan di bawah umur beragumentasi dengan beberapa ayat al-
Qur‟an yang menjelaskan masalah perkawinan. Berikut beberapa dasar yang memperbolehkan kawin dalam usia
muda atau perkawinan di bawah umur, adalah firman Allah SWT yang menyatakan dalam QS. Ath Thalaaq 65:4.
15
Dedi Supriyadi, Fiqih Munakahat Perbandingan, Bandung: Pustaka Setia.2011, cet ke-I, h.65.
16
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara fiqih munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2006, h.66.