Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014

(1)

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2011-2014

Oleh

SILFIYA MEITHOFANI ABDILLAH

NIM. 1112081000157

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2011-2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

SILFIYA MEITHOFANI ABDILLAH

NIM. 1112081000157

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ade Sofyan Mulazid Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M

NIP. 19750101 200501 1 008 NIP. 19741003 200312 2 001

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 9 September 2015 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Silfiya Meithofani Abdillah 2. NIM : 1112081000157

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Tahun 2011-2014.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 September 2015

1. Rizqon Halal Syah Aji, M.Si

NIP. 19790405 201101 1 005 (__________________)

Penguji I

2. Bahrul Yaman, S.Sos, M.Si

NIP. 19620818 198603 1 001 (__________________)

Penguji II

3. Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si

NIP. 19731221 200501 2 002 (__________________)


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 27 Januari 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:

1. Nama : Silfiya Meithofani Abdillah 2. NIM : 1112081000157

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Tahun 2011-2014.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Januari 2016

1. Dr. Amilin, S.E, M.Si

NIP. 19730615 200501 1 009

2. Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si NIP. 19731221 200501 2 002

3. Dr. Ade Sofyan Mulazid NIP. 19750101 200501 1 008

4. Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M NIP. 19741003 200312 2 001

5. Dr. Indo Yama Nasaruddin, S.E, M.A.B NIP. 19741127 200112 1 002


(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang Bertanda Tangan di bawah ini:

Nama : Silfiya Meithofani Abdillah No. Induk Mahasiswa : 1112081000157

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen/MIPS

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 7 Januari 2016

Yang menyatakan,

Silfiya Meithofani Abdillah


(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

A. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Silfiya Meithofani Abdillah 2. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 14 Mei 1994 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5.Alamat : Jl. KH. Hasyim Ashari No. 18 RT. 005/01 Kel. Neroktog Kec. Pinang, Kota Tangerang, Banten Kode Pos 15145

6. No. Telepon : 085776549282 / 02155742226

7. Email / Media Sosial : silfiyameithofani@gmail.com / @silfimeithf

B. PENDIDIKAN FORMAL

1. 1999 – 2005 : SD Negeri Pinang 3 Kota Tangerang 2. 2005 – 2008 : SMP Negeri 3 Kota Tangerang 3. 2008 – 2011 : SMA Negeri 13 Kota Tangerang

4. 2011 – 2013 : Program Profesional Teknologi Informasi Perbankan Syariah CEP – CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia

5. 2012 – 2015 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Informasi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

C. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. 2006-2007 : Kursus Bahasa Inggris BOSTON COURSE INDONESIA (BCI) Ciledug Kota Tangerang

2. 2015 : Sekolah Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia 3. 2015 : IONS (Islamic Economics Online Talks) FoSSEI

D. PENGALAMAN ORGANISASI

1. 2005-2007 : Ikatan Remaja Mushola Baitul Iman

2. 2005-2008 : Palang Merah Remaja (PMR) SMPN 3 Kota Tangerang 3. 2008-2011 : Bulu Tangkis (Badminton) SMAN 13 Kota Tangerang 4. 2009-2011 : Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 13 Kota Tangerang 5. 2009-2011 : English Club (EC) SMAN 13 Kota Tangerang


(7)

vi

6. 2014-2015 : Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, divisi Keilmuan

E. KEPANITIAAN

1. April 2014 : Bendahara KKN ELSEVIER 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode April-September

2. November 2014 : Mentor Acara Muharram Ceria oleh KOMUS (Komunitas Mushola) FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Desember 2014 : Anggota Divisi Perlengkapan dan Konsumsi Workshop Pelatihan Ms. Excel oleh LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

F. PENGALAMAN KERJA

1. September 2012 : Praktek Kerja Lapangan, Pembuatan Sistem Informasi Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS, BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Bogor, periode September-Januari 2013

2. Januari 2015 : Praktek Kerja Lapangan, Divisi Kredit bagian Account Officer (AO) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang Bintaro

3. Oktober 2015 : Tim Enumerator Opini Publik mengenai PILKADA TANGSEL 2015, Biru Mandiri Institute


(8)

vii ABSTRACT

The aims of this research are to analyze the influence of the level of bank health with RGEC method on Profitability of Syariah Public Banks in Indonesia. The populations in the research were Syariah Public Banks in Indonesia. The sample in the research were 4 Foreign Exchange National Private Banks which includes Syariah Public Banks.

The method used is the measurement RGEC method by variables Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG), Earnings represented by the Operating Expenses to Operating Income (BOPO) and Capital represented by the Capital Adequacy Ratio (CAR). Sampling method in this study uses a quantitative method with purposive sampling method. For analyzing, the researcher uses regression analysis method, which is OLS.

The result of the rating method RGEC shows that the health level of Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS) and BNI Syariah (BNIS) get PK-2 is the bank with the predicate HEALTHY. Title sequence with the best banks in this assessment is BNIS, BMI, BSM and BMS. Simultaneously test result indicate that there are significant between the independent variables on bank’s profitability. Partially, Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG) and Operating Expenses to Operating Income (BOPO) had an effect on Return on Asset (ROA), and Capital Adequacy Ratio (CAR) does no affect on Return on Asset (ROA).


(9)

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah 4 Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang termasuk Bank Umum Syariah.

Metode penelitian yang digunakan adalah pengukuran metode RGEC dengan variabel Profil Risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG), Earning yang diwakili oleh Beban Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital yang diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). Metode sampling dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan purposive sampling method. Untuk menganalisis, peneliti menggunakan pendekatan statistik yaitu dengan metode analisis regresi berganda (OLS).

Hasil penilaian tingkat kesehatan dengan metode RGEC menunjukkan bahwa tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS) dan BNI Syariah (BNIS) mendapatkan PK-2 yaitu bank dengan predikat SEHAT. Urutan bank dengan predikat paling baik dalam penilaian ini adalah BNIS, BMI, BSM dan BMS. Hasil uji secara simultan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap profitabilitas bank. Secara parsial, Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG) dan Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA), sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kasih sayang dan karunia-Nya yang tiada terkira kepada hambanya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Tahun 2011-2014”.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Aliyah dan Ayahanda Abdillah yang selalu memberikan cinta yang luar biasa, dukungan moral maupun materil, serta mencurahkan kasih sayang, cinta dan doa tulus yang tidak pernah terputus untuk kebahagiaan dan keberhasilan peneliti.

2. Kakak peneliti Kholid Abdul Hadad, Zukhairiyah Abdillah dan Sahlan Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M. Kautsar Rizki Abdal, yang selalu mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan kepada peneliti dengan cara yang berbeda. 3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., M.A selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FEB, yang telah memberikan jalan bagi peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Dosen Pembimbing I

dan Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M selaku Dosen Pembimbing II, yang senantiasa meluangkan waktunya di tengah kesibukannya untuk membimbing dan memberikan arahan serta masukan yang begitu besar kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Manajemen dan Ibu Ir. Ela Patriana, M.M selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Manajemen yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada saya selama menjadi mahasiswi di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(11)

x

7. Bapak Adhitya Ginanjar, S.E, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah mengarahkan dan memotivasi selama peneliti menuntut ilmu di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ibu Dr. Ir. Muniaty Aisyah, M.M yang telah banyak membantu dan memberikan jalan bagi kami mahasiswa/i Jurusan Manajemen Informasi Perbankan Syariah (MIPS).

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

10.Seluruh jajaran karyawan dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak kemudahan bagi peneliti dalam proses administrasi, keuangan, dan lainnya, khususnya Pak Alfred, Pak Ali, Pak Rahmat, Bu Halimah, Pak Bonik dan Pak Sofyan. 11.Uswatun Hasanah, Dwi Setyowati, Nur Mahmudah, Sheira Afina, Anna Susilowati, Dyah Ayu R.F, Hilda Banser, Harpis Mutiara, Nasyrah Kautsarah, Septiani Solehah, Selvia Sri Puji Rahayu, Aprilia Dwi Permatasari, Nura dan Lely yang senantiasa membantu, mendukung, mendoakan, memotivasi dan menghibur peneliti selama penyusunan skripsi ini. Ahmad Rojali, Kartini, dan Masnurdiyansyah Gestama yang turut memiliki dosen pembimbing yang sama dan selalu memberikan dukungan, semangat, tips dan trik agar tidak menyerah dalam masa bimbingan. Terima kasih atas waktu yang diberikan selama ini, suatu anugerah yang luar biasa dapat dipertemukan dengan orang-orang hebat seperti kalian.

12.Teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan Syariah angkatan 2012 sebagai angkatan pertama di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas rasa kekeluargaan yang telah diberikan, dukungannya dan selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Maaf jika tidak dapat disebutkan satu per satu, tetapi tidak mengurangi rasa cinta dan bangga peneliti kepada kalian semua. Cintaku untuk MIPS.

13.Teman-teman seperjuangan CCIT-FTUI angkatan 2011 dan angkatan 2012, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan. 14.Teman-teman PRG seperti Tri Oktaviani, Hajar Hanifah, Hannah, Devani

Adinda, Hidayati Desti dan FEVER seperti Mira Irianti, Septiana Alamsari, Adlin, Tirta Fajar Nugroho, Edwin Rio Azhar, Ahmad Nur Barkah, Immanuel Lede, Fajar Rizki Sutiyono, Nang Aroni Arifin, yang selalu memberikan waktu luang untuk menghibur, memberikan semangat dan motivasi selama ini.


(12)

xi

15.Teman-teman KKN ELSEVIER 2014, terimakasih atas doa, dukungan serta motivasinya. Semangat untuk kalian dalam mencapai semua cita-cita dan tujuannya.

16.Teman-teman LiSEnSi 2014, terimakasih karena telah membuka mata dan memperluas pemikiran peneliti mengenai pentingnya berekonomi syariah. 17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut

berkontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, suatu kebahagiaan dapat dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar harapan peneliti semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.

Jakarta, 7 Januari 2016


(13)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Perbankan Syariah ... 14

2. Laporan Keuangan ... 16

3. Return on Asset (ROA) ... 19

4. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank ... 20

5. Metode RGEC ... 25

6. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank ... 44

7. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan BUS Secara Konsolidasi... 47

8. Hubungan Antara Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 50

B. Penelitian Terdahulu ... 55

C. Kerangka Pemikiran ... 59

D. Hipotesis ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 63

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 63

B. Metode Penentuan Sampel ... 64

1. Populasi ... 64

2. Sampel ... 65

C. Metode Pengumpulan Data ... 66

1. Data Sekunder ... 66

2. Studi Kepustakaan ... 67


(14)

xiii

1. Uji Statistik ... 68

2. Uji Asumsi Klasik ... 68

3. Uji Hipotesis ... 73

E. Operasional Variabel Penelitian ... 76

1. Variabel Dependen ... 77

2. Variabel Independen ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 83

1. Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia ... 83

2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ... 84

3. Sejarah Singkat Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa) . 87 B. Analisis dan Pembahasan ... 91

1. Uji Statistik ... 91

2. Uji Asumsi Klasik ... 101

3. Uji Hipotesis ... 111

BAB V PENUTUP ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia... 2

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 55

Tabel 3.1 Perbankan Syariah di Indonesia ... 64

Tabel 3.2 Matriks Peringkat Faktor Profil Risiko ... 78

Tabel 3.3 Matriks Penetapan Peringkat Risiko ... 79

Tabel 3.4 Peringkat Komposit Good Corporate Governance ... 80

Tabel 3.5 Matriks Penetapan Peringkat Komponen BOPO ... 81

Tabel 3.6 Matriks Penetapan Peringkat Komponen CAR ... 82

Tabel 4.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia ... 91

Tabel 4.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri ... 94

Tabel 4.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah ... 96

Tabel 4.4 Penilaian Tingkat Kesehatan BNI Syariah... 98

Tabel 4.5 Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Tahun 2011-2014 ... 100

Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF ... 104

Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas (Metode Spearman’s Rho) ... 106

Tabel 4.8 Uji Durbin-Watson ... 107

Tabel 4.9 Unstandardized Coefficients ... 108

Tabel 4.10 Nilai ρ (Rho) ... 109

Tabel 4.11 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson... 110

Tabel 4.12 Nilai Durbin Watson ... 110

Tabel 4.13 Uji t ... 111

Tabel 4.14 Uji F ... 112

Tabel 4.15 Uji Determinasi (Adjusted R2) ... 113


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan ROA ... 4

Gambar 1.2 Grafik Perkembangan BOPO ... 7

Gambar 1.3 Grafik Perkembangan CAR ... 9

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 60

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 61

Gambar 4.1 Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia ... 93

Gambar 4.2 Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri ... 95

Gambar 4.3 Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah ... 97

Gambar 4.4 Perkembangan Tingkat Kesehatan BNI Syariah ... 99

Gambar 4.5 Grafik Histogram... 103

Gambar 4.6 Grafik Normal P-Plot ... 103


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian ... 125

Lampiran 2 : Data Variabel Penelitian dengan Metode RGEC ... 128

Lampiran 3 : Hasil Analisis Deskriptif dengan Metode RGEC ... 131

Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi Berganda ... 133


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) untuk kegiatan produktif dan konsumsi (Ihsan, 2015:1). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, pasal 1 angka 7 dinyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut prinsip jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut, perkembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi (www.bi.go.id, diakses pada tanggal 1 Juli 2015).


(19)

2 Seperti yang telah diketahui, perkembangan perbankan syariah di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Pada awal perkembangannya, Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan perbankan syariah pertama di Indonesia. BMI bisa bertahan dengan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia Tahun 1998. Dan dalam waktu yang singkat setelah krisis mereda, pada saat itulah BMI menjadi inspirasi terbentuknya perbankan syariah baru di Indonesia. Pertumbuhan ini semakin bisa diprediksi dengan ditandainya pertumbuhan cabang-cabang Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan lahirnya bank-bank syariah baru atau cabang syariah pada bank umum di Indonesia. Pertumbuhan perkembangan perbankan syariah dan cabang syariah pada bank umum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2015

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah kantor Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2014 mengalami peningkatan yang sangat pesat menjadi 2145 kantor. Pesatnya pertumbuhan ini harus diseimbangi dengan peningkatan

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Bank Umum Syariah

- Jumlah Bank 6 11 11 11 11 12

- Jumlah Kantor 711 1215 1401 1745 1998 2145

Unit Usaha Syariah

- Jumlah Bank Umum

Konvensional yang memiliki UUS 25 23 24 24 23 22

- Jumlah Kantor 287 262 336 517 590 320

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

- Jumlah Bank 138 150 155 158 163 163


(20)

3 kinerja keuangan secara optimal dan pengelolaan manajemen untuk memperoleh profitabilitas secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar perbankan tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan tetap memberikan kepercayaan penuh terhadap nasabahnya.

Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Kemampuan bank dalam memperoleh laba (profitabilitas) tercermin pada laporan keuangan bank. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari segi aset yang dimiliki bank. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan Return on Asset (ROA) sebagai indikator untuk mengukur tingkat profitabilitas bank. Profitabilitas juga dipakai untuk mengukur kesuksesan manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntungan dari operasi usaha bank. Berikut adalah grafik perkembangan profitabilitas dengan Return on Asset (ROA) pada perbankan syariah di Indonesia.


(21)

4

Gambar 1.1

Grafik Perkembangan ROA

Sumber: Data diolah, Statistik Perbankan Syariah, 2015

Dari Gambar 1.1 dapat dijelaskan bahwa dari sisi profitabilitas, perkembangan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,35% di tahun 2012 dan terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar 1,2% pada tahun 2014. Penurunan ini disebabkan karena mengingat kemampuan menghasilkan pendapatan perbankan selain dari kegiatan penyaluran dana masih relatif terbatas. Dan semakin tinggi nilai ROA, maka semakin tinggi kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba atau profitabilitas, maka diasumsikan semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk bertahan dalam kondisi ekonomi yang kompetitif dan kesehatan bank tersebut akan tetap stabil.

Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014, bank wajib memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat kesehatannya dan mengambil langkah-langkah perbaikan secara efektif. Bank


(22)

5 yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Jika bank tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka bank tersebut dapat dikatakan menjadi bank yang tidak sehat.

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan, yang bertugas sebagai pengawas dalam sektor keuangan. Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu, kesehatan Bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat pengguna jasa Bank (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014). Dan peraturan tersebut telah disempurnakan kembali menjadi penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating), yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang diikuti dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014


(23)

6 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Risk-based Bank Rating (RBBR) adalah metode penilaian kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko. Penilaian tingkat kesehatan bank ini juga dikenal dengan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings dan Capital). Penilaian tingkat kesehatan ini mencakup penilaian terhadap empat faktor yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Earnings (Rentabilitas), dan Capital (Permodalan). Penilaian ini dianggap dapat mewakili secara keseluruhan terhadap kesehatan suatu perbankan.

Dalam penilaian profil risiko, dilakukan analisis dan penerapan peringkat risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko. Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko reputasi, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, risiko investasi dan risiko imbal hasil (2 risiko terakhir khusus perbankan syariah). Semakin rendah urutan peringkat faktor profil risiko, maka semakin rendah risiko yang dihadapi Bank Umum Syariah. Untuk terus menjaga kepercayaan para nasabahnya, bank juga wajib menyampaikan laporan Self Assessment atas penerapan Good Corporate Governance (GCG) kepada Bank Indonesia setiap tiga bulan setelah berakhirnya tahun penilaian (akhir maret). Hal ini dibutuhkan untuk menghasilkan peringkat komposit Tingkat Kesehatan Bank.


(24)

7 Penerapan GCG akan menurunkan cost of capital, meningkatkan ROE, efisiensi dan perlakuan yang sama terhadap semua stakeholders, meskipun arah hubungannya tidak terlalu jelas (Claessens, 2006). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Adil Tobing, Yandra Arkeman, Bunasor Sanim, dan R. Nunung Nuryartono (2013), di mana hasilnya penerapan GCG berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Earnings atau rentabilitas bank terdiri dari kinerja operasional dan profitabilitas. Kinerja operasional merupakan kemampuan bank dalam mengatur biaya dan pendapatan operasional yang dimilikinya. Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional suatu bank adalah rasio perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Melalui rasio ini, maka dapat diukur apakah manajemen bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien. Berikut adalah grafik perkembangan BOPO pada perbankan syariah di Indonesia.

Gambar 1.2

Grafik Perkembangan BOPO


(25)

8 Dari Gambar 1.2 dapat dijelaskan bahwa Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan syariah dalam periode laporan menunjukkan peningkatan yang cukup fluktuatif. Pada BUS dan UUS, biaya operasional pada pendapatan operasional per Desember 2012 tercatat menurun 3,44% dan per Desember 2014 tercatat meningkat sebesar 1,07%. Perkembangan biaya tersebut mencerminkan adanya peningkatan efisiensi kegiatan operasional perbankan syariah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mario Christiano, Parengkuan Tommy, dan Ivonne Saerang (2014), dimana pada penelitian yang mereka lakukan disimpulkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset. Hal ini berarti tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut.

Pada dasarnya, rentabilitas suatu bank sangat dipengaruhi oleh permodalan dalam perbankan tersebut. Permodalan ini tertuang dalam kecukupan modal bank yaitu pada Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Berikut adalah pertumbuhan CAR perbankan syariah di Indonesia.


(26)

9

Gambar 1.3

Grafik Perkembangan CAR

Sumber: Data diolah, Statistik Perbankan Syariah, 2015

Pada Gambar 1.3 terlihat bahwa kapasitas permodalan bank dalam mengantisipasi risiko (risk bearing capacity) yang tercermin dari jumlah modal inti menurun sebesar 2,5% pada tahun 2012. Di sisi lain pertumbuhan CAR Bank Umum Syariah meningkat dari 14,13% pada tahun 2012 menjadi 14,42% pada akhir tahun 2013. CAR tersebut mengindikasikan tingkat ketahanan risiko yang masih cukup memadai mengingat masih melebihi standar CAR sebesar 8%. Dan dapat dikatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) sangat berpengaruh dalam meningkatkan profitabilitas bank (ROA). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mario Christiano, Parengkuan Tommy, dan Ivonne Saerang (2014), hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa CAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap Return on Asset.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan pada ulasan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Tahun 2011-2014”.


(27)

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesehatan bank dengan Metode RGEC pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2014?

2. Bagaimana pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara simultan pada Bank Umum Syariah di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara parsial pada Bank Umum Syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis tingkat kesehatan bank dengan Metode RGEC pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2014.

2. Menganalisis pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara simultan pada Bank Umum Syariah di Indonesia.


(28)

11 3. Menganalisis pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara parsial pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini antara lain: 1. Kontribusi Teoritis

a. Peneliti

Memberikan gambaran tentang pengaruh tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2014. Serta merupakan suatu peningkatan pengetahuan, pembelajaran dan perluasan ilmu untuk menganalisis suatu permasalahan ekonomi di Indonesia yang berkaitan dengan dunia perbankan yang sekarang ini menjadi parameter kegiatan ekonomi terbesar. Sehingga peneliti dapat mempraktekkan teori yang didapat selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan masalah.

b. Pengembang Ilmu

Diharapkan dapat menambah wawasan, memberikan pemahaman dan informasi mengenai permasalahan realita yang terjadi di Indonesia kepada para masyarakat umum terutama dalam dunia perbankan, khususnya mengenai tingkat kesehatan bank pada


(29)

12 perbankan syariah. Sehingga dapat lebih memahami dan mengerti pentingnya untuk mengetahui kondisi perbankan dan perkembangannya saat ini.

c. Pihak Industri atau Perbankan Syariah

Menjadi informasi atau sumber pengetahuan bagi praktisi perbankan syariah dan jajarannya dalam menjaga tingkat kesehatan perbankan syariah dengan metode RGEC dan mengetahui pengaruh tingkat kesehatan terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah.

2. Kontribusi Praktis a. Masyarakat

Sebagai pertimbangan bagi masyarakat dalam melihat kondisi keuangan perbankan syariah saat ini serta memilih perbankan syariah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b. Pemerintah

Diharapkan dapat menjadi indikator yang berguna dalam mempertimbangkan kebijakan-kebijakan individual atau konsolidasi perbankan, sehingga dapat menjadi sumbangan pikiran untuk menentukan kebijakan dalam berbagai sektor, termasuk kegiatan ekonomi sektor riil dan UMKM. Serta mendukung pemerintah dan bank sentral untuk dapat mengendalikan keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya pelemahan pada pendapatan perbankan.


(30)

13 c. Investor

Memberikan manfaat bagi investor sebagai alat pengambilan keputusan dalam melakukan investasinya di perbankan syariah dengan metode RGEC.


(31)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perbankan Syariah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 792 Tahun 1990 tentang Perbankan, pengertian Bank adalah suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, pasal 1 angka 7 dinyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut prinsip jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.


(32)

15 Perbankan Syariah sering disebut juga Perbankan Islam, yaitu perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam atau syariat. Karena berdasarkan hukum Islam, maka perbankan syariah tidak mengenal adanya “bunga pinjaman” atau interest rate. Bank Syariah atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada

Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. atau dengan kata lain, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2005). Adapun prinsip-prinsip yang dirujuk adalah (Muhammad, 2000:25):

a. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi. b. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada

kewajaran dan keuntungan yang halal. c. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya. d. Larangan menjalankan monopoli.

e. Bekerjasama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam.

Karakter utama Bank Syariah adalah ketiadaan bunga sebagai representasi dari riba yang diharamkan. Karakteristik inilah yang menjadikan perbankan syariah lebih unggul pada beberapa hal termasuk pada sistem operasional yang dijalankan.


(33)

16 Dalam perkembangannya, Bank Indonesia membagi beberapa jenis bank menurut kepemilikannya, salah satunya adalah Bank Swasta. Bank swasta adalah bank dimana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, pembagian keuntungannya juga untuk swasta nasional. Bank swasta dibedakan menjadi dua jenis yaitu Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa. Kedua jenis bank tersebut mempunyai ukuran kemampuan yang berbeda dalam melayani masyarakat, baik dalam permodalan bank, jumlah produk yang ditawarkan maupun kualitas pelayanannya. Dari perkembangan bank syariah di Indonesia, terdapat beberapa bank syariah yang memenuhi kriteria untuk menjadi Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa).

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Sesuai karakteristik maka laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi: (Ihsan, 2014)

a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial. b. Laporan posisi keuangan.

c. Laporan laba rugi. d. Laporan arus kas.


(34)

17 Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.

Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK 1, 2012). Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Di samping itu, tujuan lainnya adalah: (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah-KDPPLKS, 2007:Paragraf 30 dalam Ihsan, 2014)

a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.

b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan penggunaannya.


(35)

18 c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.

d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf.

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: (KDPPLKS, 2007:Paragraf 44 dalam Ihsan, 2014)

a. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami peserta dan bentuk serta istilahnya disesuaikan dengan batas para pengguna.

b. Relevan

Laporan keuangan dianggap jika informasi yang disajikan didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna.

c. Keandalan

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material.


(36)

19 d. Dapat Diperbandingkan

Informasi yang disajikan akan lebih berguna bila dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan pada periode sebelumnya.

3. Return on Asset (ROA)

Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank (Harahap, 2002). Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earnings dalam operasinya, sedangkan Return On Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat, 2002). Return on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari segi aset yang dimiliki bank. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Maka semakin tinggi kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba atau profitabilitas, diasumsikan semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk bertahan dalam kondisi ekonomi yang kompetitif dan


(37)

20 kesehatan bank tersebut akan tetap stabil. Rasio tingkat pengembalian atau Return on Asset (ROA) mencapai sekurang-kurangnya 1,2%.

Profitabilitas yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat dipakai sebgai berikut:

a. Analisis kemampuan menghasilkan laba ditunjukan unt uk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu.

b. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalm hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen.

c. Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan karena menggambarkan korelasi antara laba dan jumlah modal yang ditanamkan.

d. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen, profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan dasar pengambilan keputusan.

4. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai


(38)

21 dengan peraturan perbankan yang berlaku (Kasmir, 2010). Pengertian kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kesehatan usaha perbankannya, kegiatan tersebut meliputi: (Susilo, 2000:51)

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri.

b. Kemampuan mengelola dana.

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.

e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi Bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau permasalahan Bank, baik berupa corrective action oleh Bank maupun supervisory action oleh Otoritas Jasa Keuangan. Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu, kesehatan Bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat pengguna jasa Bank.


(39)

22 Penilaian tingkat kesehatan bank syariah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 24 Januari 2007, yang diikuti dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbS tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 30 Oktober 2007. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah dijelaskan bahwa kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank berdasarkan prinsip syariah merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank maupun pihak lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap prinsip syariah, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko (Ihsan, 2015:354).

Dan peraturan tersebut telah disempurnakan kembali dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang diikuti dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Peraturan tersebut menyatakan bahwa Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank


(40)

23 dengan pendekatan berdasarkan risiko termasuk risiko terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja Bank atau disebut dengan Risk-based Bank Rating. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko merupakan penilaian yang komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan (Ihsan, 2015).

Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan kelangsungan usaha Bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen Bank. Untuk itu, manajemen bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum berikut ini sebagai landasan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank: (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014, 2014:2)

a. Berorientasi Risiko

Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada Risiko-risiko Bank dan dampak yang ditimbulkan pada kinerja Bank secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan Risiko atau mempengaruhi kinerja keuangan Bank pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan demikian, Bank diharapkan mampu mendeteksi secara lebih dini akar permasalahan Bank dan mengambil langkah-langkah pencegahan serta perbaikan secara efektif dan efisien (Ihsan, 2015:355).


(41)

24 b. Proporsionalitas

Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank. Parameter/indikator penilaian Tingkat Kesehatan Bank merupakan standar minimum yang wajib digunakan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank. Namun demikian, bank dapat menggunakan parameter/indikator tambahan yang sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam menilai tingkat kesehatan bank sehingga dapat mencerminkan kondisi bank dengan lebih baik (Ihsan, 2015:355).

c. Materialitas dan Signifikansi

Bank perlu memperhatikan materialitas dan signifikansi faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank yaitu Profil Risiko, Good Corporate Governance, Rentabilitas, dan Permodalan serta signifikansi parameter/indikator penilaian pada masing-masing faktor dalam menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat faktor. Penentuan materialitas dan signifikansi tersebut didasarkan pada analisis yang didukung oleh data dan informasi yang memadai mengenai Risiko dan kinerja keuangan Bank.

d. Komprehensif dan Terstruktur

Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta difokuskan pada permasalahan utama Bank. Analisis dilakukan secara terintegrasi dengan mempertimbangkan keterkaitan antar Risiko


(42)

25 dan antar faktor penilaian tingkat kesehatan bank serta perusahaan anak yang wajib dikonsolidasikan. Analisis harus didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat, trend, dan tingkat permasalahan yang dihadapi oleh Bank.

5. Metode RGEC

Risk-based Bank Rating (RBBR) merupakan metode penilaian kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko. Penilaian tingkat kesehatan bank ini juga dikenal dengan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital). Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, pasal 6 angka 1 dinyatakan bahwa Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual, dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (Risk Profile); Good Corporate Governance (GCG); Rentabilitas (Earnings); dan Permodalan (Capital). Dengan pedoman selengkapnya mengacu pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 yaitu:

a. Penilaian Faktor Profil Risiko (Risk Profile)

Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional Bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas 10 (sepuluh) jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,


(43)

26 risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, risiko reputasi, risiko imbal hasil dan risiko investasi.

Dalam menilai profil risiko, Bank wajib pula memperhatikan cakupan penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku mengenai penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

1) Penilaian Risiko Inheren

Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan Bank. Karakteristik risiko inheren Bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas Bank, industri di mana Bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi.

Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter/indikator yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penetapan tingkat risiko inheren atas masing-masing jenis risiko mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Penetapan tingkat Risiko inheren untuk masing-masing jenis Risiko dikategorikan ke dalam 5 (lima) peringkat yakni: (Lampiran 5)


(44)

27 (a) Peringkat 1 (Low / Sangat Rendah)

(b) Peringkat 2 (Low to Moderate / Rendah) (c) Peringkat 3 (Moderate / Cukup Tinggi) (d) Peringkat 4 (Moderate to High / Tinggi) (e) Peringkat 5 (High / Sangat Tinggi)

Sedangkan penerapan kualitas atas Manajemen Risiko dikategorikan ke dalam peringkat: (Lampiran 5)

(a) Peringkat 1 (Strong / Sangat Memadai) (b) Peringkat 2 (Satisfactory / Memadai) (c) Peringkat 3 (Fair / Cukup Memadai) (d) Peringkat 4 (Marginal / Kurang Memadai) (e) Peringkat 5 (Unsatisfactory / Tidak Memadai)

Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator minimum yang wajib menjadi acuan Bank dalam menilai risiko inheren. Bank dapat menambah parameter/indikator lain yang relevan dengan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank dengan memperhatikan prinsip proporsionalitas.

(a) Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Risiko kredit pada umumnya melekat pada seluruh aktivitas penanaman dana yang dilakukan oleh Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja


(45)

28 pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer) atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut risiko konsentrasi pembiayaan dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko inheren. Dalam menilai risiko inheren atas risiko kredit, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi portofolio aset dan tingkat konsentrasi; (ii) kualitas penyediaan dana dan kecukupan pencadangan; (iii) strategi penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana; dan (iv) faktor eksternal.

(b) Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. Risiko pasar meliputi antara lain risiko benchmark suku bunga (benchmark interest rate risk), risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. Penerapan manajemen risiko untuk risiko ekuitas dan risiko komoditas wajib diterapkan oleh Bank yang melakukan konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Dalam menilai risiko inheren atas risiko pasar, parameter/indikator yang digunakan


(46)

29 adalah: (i) volume dan komposisi portofolio; (ii) potensi kerugian (potential loss) dari risiko benchmark suku bunga dalam banking book; dan (iii) strategi dan kebijakan bisnis. (c) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan Bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market liquidity risk). Dalam menilai risiko inheren atas risiko likuiditas, parameter yang digunakan adalah: (i) komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif; (ii) konsentrasi dari aset dan kewajiban; (iii) kerentanan pada kebutuhan pendanaan; dan (iv) akses pada sumber-sumber pendanaan.

(d) Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai,


(47)

30 kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sumber risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko operasional, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) karakteristik dan kompleksitas bisnis; (ii) sumber daya manusia; (iii) teknologi informasi dan infrastruktur pendukung; (iv) fraud, baik internal maupun eksternal; dan (v) kejadian eksternal. (e) Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat syahnya perjanjian atau agunan yang tidak memadai.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko hukum, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) faktor litigasi; (ii) faktor kelemahan perikatan; dan (iii) faktor ketiadaan/perubahan peraturan perundang-undangan.


(48)

31 (f) Risiko Stratejik

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain dapat berasal dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko stratejik, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) kesesuaian strategi dengan kondisi lingkungan bisnis; (ii) strategi berisiko tinggi dan strategi berisiko rendah; (iii) posisi bisnis Bank; dan (iv) pencapaian rencana bisnis Bank.

(g) Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah. Sumber risiko kepatuhan antara lain dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan, prinsip syariah, maupun standar bisnis yang berlaku umum.


(49)

32 Dalam menilai risiko inheren atas risiko kepatuhan, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan; (ii) frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidakpatuhan Bank; dan (iii) pelanggaran terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk transaksi keuangan tertentu. (h) Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko reputasi bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line).

Dalam menilai risiko inheren atas risiko reputasi, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan terkait; (ii) pelanggaran etika bisnis termasuk etika bisnis syariah; (iii) kompleksitas produk dan kerjasama bisnis Bank; (iv) frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif Bank; dan (v) frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.

(i) Risiko Imbah Hasil

Risiko imbah hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil


(50)

33 yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko imbal hasil, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi dana pihak ketiga; (ii) strategi dan kinerja bank dalam menghasilkan laba/pendapatan; dan (iii) perilaku nasabah dana pihak ketiga. (j) Risiko Investasi

Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang menggunakan metode net revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit and loss sharing.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko investasi, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi dan tingkat konsentrasi pembiayaan berbasis bagi hasil; (ii) kualitas pembiayaan berbasis bagi hasil; dan (iii) faktor eksternal.

2) Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko

Penerapan manajemen risiko Bank sangat bervariasi menurut skala, kompleksitas, dan tingkat risiko yang dapat ditoleransi oleh Bank. Dengan demikian, dalam menilai kualitas penerapan manajemen risiko perlu memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank. Penilaian kualitas penerapan


(51)

34 Manajemen Risiko merupakan penilaian terhadap 4 (empat) aspek yang saling terkait yaitu: (i) tata kelola risiko; (ii) kerangka manajemen risiko; (iii) proses manajemen risiko, kecukupan sumber daya manusia, dan kecukupan sistem informasi manajemen; serta (iv) kecukupan sistem pengendalian risiko, dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank. Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko tersebut dilakukan secara terintegrasi sebagai berikut: (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014, 2014:10)

(a) Tata Kelola Risiko

Tata kelola Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i) perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi Risiko (risk tolerance); dan (ii) kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah termasuk pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah.

(b) Kerangka Manajemen Risiko

Kerangka Manajemen Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i) strategi Manajemen Risiko yang searah dengan tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko; (ii) kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung terlaksananya Manajemen Risiko secara efektif termasuk


(52)

35 kejelasan wewenang dan tanggung jawab; dan (iii) kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit.

(c) Proses Manajemen Risiko, Kecukupan Sumber Daya Manusia, dan Kecukupan Sistem Informasi Manajemen

Proses Manajemen Risiko, kecukupan Sumber Daya Manusia, dan kecukupan sistem informasi Manajemen Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i) proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko; (ii) kecukupan sistem informasi Manajemen Risiko; dan (iii) kecukupan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam mendukung efektivitas proses Manajemen Risiko.

(d) Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko

Kecukupan sistem pengendalian Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i) kecukupan sistem pengendalian intern dan (ii) kecukupan kaji ulang oleh pihak independen (independent review) dalam Bank baik oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko maupun oleh Satuan Kerja Audit Intern. Kaji ulang oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko antara lain mencakup metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk mengukur dan menetapkan limit Risiko, sedangkan kaji ulang oleh Satuan Kerja Audit Intern antara lain mencakup keandalan kerangka Manajemen Risiko dan penerapan Manajemen Risiko oleh unit bisnis dan/atau unit pendukung.


(53)

36 Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko dilakukan terhadap 10 (sepuluh) jenis Risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, Risiko Reputasi, Risiko Imbal Hasil, dan Risiko Investasi. Tingkat kualitas penerapan Manajemen Risiko untuk masing-masing Risiko dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat 1 (strong), peringkat 2 (satisfactory), peringkat 3 (fair), peringkat 4 (marginal), dan peringkat 5 (unsatisfactory).

3) Penetapan Peringkat Risiko

Peringkat Risiko ditetapkan berdasarkan penilaian atas peringkat Risiko inheren dan peringkat kualitas penerapan Manajemen Risiko dari masing-masing Risiko. Penetapan peringkat faktor Profil Risiko terdiri dari 5 (lima) peringkat yaitu peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor Profil Risiko yang lebih kecil mencerminakan semakin rendahnya Risiko yang dihadapi Bank.

b. Penilaian Faktor Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian faktor Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan 5 (lima) prinsip Good Corporate Governance


(54)

37 yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional dan kewajaran. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance tersebut berpedoman pada ketentuan Good Corporate Governance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.

Dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip Good Corporate Governance di atas, Bank Umum Syariah harus melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana diatur dalam ketentuan Good Corporate Governance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah sebagai berikut: (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014) 1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris; 2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;

3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;

4) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah; 5) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana

dan penyaluran dana serta pelayanan jasa; 6) Penanganan benturan kepentingan;

7) Penerapan fungsi kepatuhan Bank; 8) Penerapan fungsi audit intern; 9) Penerapan fungsi audit ekstern;


(55)

38 10)Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan

11)Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan Good Corporate Governance, serta pelaporan internal. Bank dapat menilai Good Corporate Governance dengan self assessment. Kegiatan self assessment pelaksanaan Good Corporate Governance dapat dilakukan sebagai evaluasi pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Pelaksanaan Self Assesment terbagi menjadi dua, yaitu internal self assessment dan external self assessment. Tata cara self assessment adalah: (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014)

1) Menetapkan nilai peringkat per faktor, dengan melakukan self assessment dengan cara membandingkan tujuan dan kriteria/indikator yang telah ditetapkan dengan kondisi bank yang sebenarnya.

2) Menetapkan nilai komposit hasil self assessment dengan cara membobot seluruh faktor, menjumlahkannya dan selanjutnya memberikan peringkat komposit.

Penetapan peringkat Good Corporate Governance dilakukan berdasarkan analisis atas: (i) pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance; (ii) kecukupan tata kelola (governance) atas struktur, proses, dan hasil penerapan Good Corporate Governance pada bank; dan (iii) informasi lain yang terkait dengan Good


(56)

39 Corporate Governance yang didasarkan pada data dan informasi yang relevan.

Penetapan peringkat faktor Good Corporate Governance dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringat 5. Urutan peringkat faktor Good Corporate Governance yang lebih kecil mencerminkan penerapan Good Corporate Governance yang lebih baik.

c. Penilaian Faktor Rentabilitas (Earning)

Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, manajemen rentabilitas, dan pelaksanaan fungsi sosial. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas Rentabilitas Bank Umum Syariah, dan perbandingan kinerja Bank Umum Syariah dengan kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014).

Dalam menentukan peer group, Bank Umum Syariah perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha Bank Umum Syariah serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki. Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dilakukan berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas dengan


(1)

196

 Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) investasi sangat memadai dan telah sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.

 Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Investasi.

 Budaya manajemen Risiko Investasi sangat kuat dan telah diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.  Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

 Fungsi manajemen Risiko Investasi independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.  Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

 Strategi pembiayaan sangat baik dan sangat sejalan dengan tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Investasi.

 Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi sangat memadai dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Investasi, sejalan dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

 Proses manajemen Risiko Investasi sangat memadai dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Investasi.

 Proses penyediaan dana secara umum sangat memadai mulai dari proses underwriting hingga penanganan aset bermasalah.

 Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) sangat baik, diterapkan secara konsisten, dan dipahami dengan baik oleh pegawai. Terdapat fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) yang independen dan berjalan dengan baik.

 Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi sangat baik sehingga menghasilkan pelaporan Risiko Investasi yang komprehensif dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

 Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) sangat memadai baik dari sisi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.

 Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.

 Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

 Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang independen.

 Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan sangat memadai.

Satisfactory (2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi memadai. Meskipun terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.


(2)

197

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain sebagai berikut:

 Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.

 Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman yang baik mengenai manajemen Risiko Investasi.

 Budaya manajemen Risiko Investasi kuat dan telah diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.

 Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan memadai. Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat diperbaiki dengan segera.

 Fungsi manajemen Risiko Investasi independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

 Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan telah berjalan dengan baik.

 Strategi pembiayaan baik dan sejalan dengan tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Investasi.

 Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi memadai dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Investasi, sejalan dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

 Proses manajemen Risiko Investasi memadai dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Investasi.

 Proses penyediaan dana baik. Terdapat kelemahan minor pada satu atau lebih aspek penyediaan dana tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.  Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) baik,

diterapkan secara konsisten dan dipahami oleh pegawai. Fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) independen. Terdapat kelemahan minor yang tidak mengganggu proses secara keseluruhan.

 Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi baik termasuk pelaporan Risiko Investasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi. Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.  Sumber Daya Manusia (SDM) memadai baik dari sisi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.

 Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.

 Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

 Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang independen.

 Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan memadai.


(3)

198

(3) Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain sebagai berikut:

 Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.

 Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Investasi.

 Budaya manajemen Risiko Investasi cukup kuat dan telah diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan secara konsisten.

 Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang perlu mendapat perhatian manajemen.

 Fungsi manajemen Risiko Investasi telah berjalan cukup baik, tetapi terdapat beberapa kelemahan cukup signifikan yang perlu segera diselesaikan oleh manajemen.

 Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

 Strategi pembiayaan cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Investasi.

 Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi cukup memadai tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan dan/atau tidak dipahami dengan baik oleh pegawai.

 Proses manajemen Risiko Investasi cukup memadai dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Investasi.

 Proses penyediaan dana cukup baik. Terdapat kelemahan pada satu atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu mendapat perhatian manajemen.

 Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) dan fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) cukup baik, tetapi terdapat beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.

 Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi memenuhi ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk pelaporan Risiko Investasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perhatian manajemen.

 Sumber Daya Manusia (SDM) cukup memadai baik dari sisi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.

 Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.

 Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,


(4)

199

frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perhatian manajemen.

 Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang independen.

 Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan cukup memadai.

Marginal (4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi kurang memadai. Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Investasi yang membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain sebagai berikut:

 Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.

 Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Investasi.

 Budaya manajemen Risiko Investasi kurang kuat dan belum diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.

 Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang membutuhkan perbaikan segera.

 Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Investasi yang membutuhkan perbaikan segera.

 Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau dengan baik.

 Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Investasi.

 Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi.

 Proses manajemen Risiko Investasi kurang memadai dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Investasi.

 Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.

 Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) dan kaji ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat beberapa kelemahan yang perlu perbaikan segera.

 Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

 Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.

 Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.

 Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review ) oleh Satuan Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen


(5)

200

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

 Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang independen yang membutuhkan perbaikan segera.

 Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai. Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi tidak memadai. Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Investasi di mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen. Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain sebagai berikut:

 Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.

 Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Investasi.

 Budaya manajemen Risiko Investasi kurang kuat dan belum diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.

 Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang membutuhkan perbaikan segera.

 Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Investasi yang membutuhkan perbaikan segera.

 Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau dengan baik.

 Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Investasi.

 Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi.

 Proses manajemen Risiko Investasi kurang memadai dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Investasi.

 Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.

 Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) dan fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat beberapa kelemahan yang perlu perbaikan segera.

 Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

 Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.

 Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.

 Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen


(6)

201

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

 Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang independen yang membutuhkan perbaikan segera.


Dokumen yang terkait

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 16

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA BANK BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Rgec Pada Bank BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012.

0 1 14

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA BANK BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Rgec Pada Bank BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012.

0 2 15

PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2011 - 2014.

3 15 36

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE 2011-2013.

0 4 114

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RGEC PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH PERIODE 2012-2014 - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

PENGARUH PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2014

0 1 19

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CAMELS DAN RGEC (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2014)

0 0 21

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CAMELS DAN RGEC (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2014)

0 0 21

HALAMAN PERSETUJUAN ANALISIS PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI DAN KARAKTERISTIK BANK TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2011 - 2014)

0 0 17