Penilaian Faktor Permodalan Capital

41 dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin rendah rasio BOPO, maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan atau kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Dan tingkat BOPO yang menurun, maka semakin tinggi efisiensi operasional yang dicapai bank, berarti semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan Siamat, 2002. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, batas rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional yang baik adalah tidak melebihi 93,5. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

d. Penilaian Faktor Permodalan Capital

Penilaian faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan modal dan kecukupan pengelolaan Permodalan. Dalam melakukan perhitungan Permodalan, Bank Umum Syariah mengacu pada ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank Umum Syariah. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan modal, Bank Umum Syariah juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko. Semakin tinggi Risiko, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi Risiko tersebut Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10SEOJK.032014. 42 Dalam melakukan penilaian, Bank Umum Syariah perlu mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan stabilitas Permodalan dengan memperhatikan kinerja peer group serta kecukupan manajemen Permodalan Bank Umum Syariah. Penilaian dilakukan dengan menggunakan parameterindikator kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group, Bank Umum Syariah perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, danatau kompleksitas usaha Bank Umum Syariah serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki. Parameterindikator dalam menilai Permodalan meliputi: 1 Kecukupan Modal Penilaian kecukupan modal Bank Umum Syariah perlu dilakukan secara komprehensif, minimal mencakup: a Tingkat, trend, dan komposisi modal; b Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko Operasional dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank Umum Syariah; dan c Kecukupan modal dikaitkan dengan Profil Risiko. 43 2 Pengelolaan Permodalan Analisis terhadap pengelolaan Permodalan Bank Umum Syariah meliputi manajemen Permodalan dan kemampuan akses Permodalan. Faktor Permodalan ditetapkan berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur terhadap parameterindikator Permodalan sebagaimana dimaksud di atas dengan memperhatikan signifikansi masing-masing parameterindikator serta mempertimbangkan permasalahan lain yang mempengaruhi Permodalan Bank Umum Syariah. Analisis aspek kuantitatif dilakukan dengan menggunakan indikator utama. Selain itu, apabila diperlukan dapat ditambahkan penggunaan indikator pendukung lainnya untuk mempertajam analisis, dengan mempertimbangkan skala bisnis, karakteristik, danatau kompleksitas usaha Bank Umum Syariah. Analisis aspek kualitatif dilakukan antara lain dengan mempertimbangkan manajemen permodalan dan kemampuan akses permodalan. Penetapan peringkat faktor Permodalan dikategorikan dalam 5 lima peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor Permodalan yang lebih kecil mencerminkan kondisi pemodalan yang lebih baik. 44 Permodalan merupakan sumber utama kegiatan operasional bank, bank harus memiliki permodalan yang cukup dalam mendukung kegiatan usahanya. Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPPM bagi Bank Umum. Penilaian tersebut didasarkan kepada Capital Adequacy Ratio CAR yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan CAR adalah rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko ATMR. Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka perbankan harus mempunyai CAR minimal 8 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10152008 pasal 2 ayat 1. Menurut Peraturan Bank Indonesia 2001, bagi bank yang memiliki CAR di bawah 8, maka bank tersebut dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

6. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank

Dokumen yang terkait

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 16

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA BANK BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Rgec Pada Bank BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012.

0 1 14

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA BANK BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Rgec Pada Bank BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012.

0 2 15

PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2011 - 2014.

3 15 36

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE 2011-2013.

0 4 114

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RGEC PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH PERIODE 2012-2014 - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

PENGARUH PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2014

0 1 19

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CAMELS DAN RGEC (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2014)

0 0 21

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CAMELS DAN RGEC (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2014)

0 0 21

HALAMAN PERSETUJUAN ANALISIS PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI DAN KARAKTERISTIK BANK TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2011 - 2014)

0 0 17