Pertanyaan Peneliti Tujuan 1. Tujuan Umum
12
dapat mengalami abortus spontan selama kehamilan dini. Di indonesia ditemukan 1 dalam 600 kelahiran hidup, Sebagian besar kasus trisonomi
21 sebanyak 94 yang disebabkan oleh kromosom ekstra. c. Penyebab Sindrom Down
Menurut Soetjiningsih 1995, Penyebab sindrom down adalah non- disjunction yang menghasilkan kromosom ekstra trisonomi 21 sebagai
penyebabnya, yaitu :
1. Genetik Diperkirakan terdapat predisposisi genetik terhadap non-disjuctional.
Bukti yang mendukung teori ini, yaitu berdasarkan atas hasil penelitian epidemologi yang menyatakan adanya peningkatan resiko
berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan sindrom down. 2. Radiasi
Radiasi merupakan salah satu penyebab terjadinya non-disjunctional , sekitar 30 ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down, pernah
mengalami radiasi didaerah perut sebelum terjaadinya konsepsi. 3. Autoimun
Faktor lain penyebab terjadinya sindrom down adalah autoimun, dimana autoimun ini karena adanya penyakit yang dikaitkan dengan
tiroid. 4. Umur ibu
Faktor usia sangat berpengaruh, apabila umur ibu diatas 35 tahun, maka diperkirakan perubahan hormonal yang dapat menyebabkan
non-disjunction pada kromosom. Dengan adanya perubahan hormon,
13
maka akan terjadi perubahan pada endokrin, seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunya
konsentrasi estradiol sistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon, dan peningkatan secara tajam kadar LH Luteinizing
Hormon dan FSH Follicular Stimulating Hormon hal ini yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
“non-disjunction” 5. Umur Ayah
Selain pengaruh umur ibu terhadap sindrom down, umur ayah juga dilaporkan adanya pengaruh terhadap kejadian sindrom down yang
didasarkan atas penelitian sitogenik pada orang tua dari anak dengan sindrom down mendapatkan bahwa 20-30 kasus ekstra kromosom
21 bersumber dari ayah, akan tetapi korelasinya tidak setinggi umur ibu.
d. Gambaran klinis Gambaran klinis anak dengan sindrom down, yaitu kepala terdapat
ciri yang khas seperti sutura sagitalis terpisah, brachicephalic , tulang tengkorak mebulat dan berukuran kecil, bagian belakang kepala datar,
fontanela anterior membesar, Rambut tipis variabel. wajah penderita sindrom down lebih kearah bentuk bulat dengan brachicephalic serta
pangkal hidung lebar dan datar. Mata berbentuk almond dengan fisura palpebra miring ke arah atas, ada bercak brushfield pada iris mata.
Hidung tampak kecil dan pesek . Telinga pendek dan terletak agak rendah. Mulut terdapat palatum tinggi, melengkung sempit, tulang orbita
kecil, lidah menonjol keluar , mungkin terpisah dibagian bibir dan