Karakteristik Demografi Informan HASIL PENELITAN
53
“Masalahnya yaa..itu ngomongnya kurang jelas sampe sekarang, saya binggung itu otaknya belum bisa tanggep
pelajaran ,...” Ny.N
“Aduh.. susah mba, saya gag sampai hati, ini batin mba, punya anak kaya gini ya banyaklah masalahnya tampak
sedih, anak saya ini perkembangannya kurang cepat, semuannya lambat,
ngomongnya, yaa.. jalannya,...”Tn.D “Saya punya anak ini kok perkembangannya gini terus,
lamban segala-galanya satu tahun lebih belum bisa jalan, sering sakit-sakitan
….”Tn.S “Kok perkembangannya lambat, anak saya usia setahun
setengah aja gak bisa apa-apa, duduk gag bisa, apa- apanya lambat
….” Tn.Z “rasanya dunia kaya mau kiamat waktu saya tahu anak
saya sindrom down, masalahnya ya itu mba, kok waktu satu tahun lebih belum bisa jalan, sekarang aja
ngomongnya lamban,….”Ny.M “Pokoknya tumbuhnya lambatlah, berat badannya,
perkembangannya, ya sedihlah itu mata ibu tampak berkaca-kaca
” Ny.P
Stresor yang dirasakan oleh partisipan pada anak dengan sindrom down tidak hanya ditemukan dengan gangguan
54
pertumbuhan dan perkembangan, dua orang partisipan mengatakan bahwa memiliki anak sindrom down, anak sering sakit-sakitan:
“……,anak saya kalo sakit itu suka sampe dirawat, mundar mandir rumah sakit juga” Tn.D
“……,anak saya itu sering sakit-sakitan, masuk rumah sakit sampe dirawat itu sering mba, sampe kritis dulu juga
pernah, udah sehat pulang kerumah, eh sakit lagi, masuk kerumah sakit lagi”. Ny.M
Harapan akan masa depan anak juga menjadi suatu stresor tersendiri bagi partisipan dalam merawat anak dengan sindrom
down, orang tua merasa khawatir terhadap masa depan anak dimasa mendatang, seperti ungkapan beberapa partisipan berikut :
“….,dipikiran saya itu..nanti gimana kedepannya? Apalagi kehidupannya nanti setelah tidak ada saya? ibu
menanggis .”Ny.N
“…., yang bikin saya khawatir itu gimana nantinya? Gimana kalo dia sudah gede? mata tampak berkaca-
kaca”Tn.D “….,kedepannya bagaimana ini anak saya? Tn.S”.
“…., sekarang aja ngomongnya lambat.. gimana nantinya?”Ny.M
55
Kurangnya pengetahuan
terhadap informasi
yang didapatkan oleh partisipan juga ditemukan pada penelitian ini, 2
partisipan mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang sindrom down, seperti ungkapan berikut :
“….,saya kan orang awam, gak tau kelainan apa, saya taunya kelainan aja, sadar-sadar pas udah lima tahun
waktu terapi di Rs.Fatmawati ”.Tn.A
“….,saya gak tau, saya taunya kelainan aja.. baru tau pas lagi terapi dikasih tau dokternya”Tn.Z
Tema 2 : Stresor Eksternal
Stresor eksternal yang teridentifikasi meliputi Stigma masyarakat : dipandang sebelah mata, dikucilkan, diejek, dan
dihina. Penolakan anggota keluarga dan hambatan keuangan. Seperti ungkapan partisipan sebagai berikut ketika anaknya
dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat : “Namanya anak kaya gini yaa mba.. saya sedih mba, anak
saya itu dipandang sebelah mata sama orang lain, kaya gimana gitu liat anak saya partisipan meneteskan air
mata” Tn.D “….tampak sedih ditambah lagi, naik angkutan umun aja
diliatin, rasanya sak it mba.” Ny,M
56
Bukan hanya dipandang sebelah mata saja, tapi terkadang sebagian masyarakat juga menjauhi anak sindrom down tersebut,
beberapa ungkapan
2 partisipan
berikut saat
anaknya dijauhidikucilkan :
“…., anak saya itu mau pegang adik kecil anak tetangga sebelah malah dijauhin sama orang tuannya, saya sih..
engga apa-apa.. Cuma sakit hati aja sama orang-orang, kok gitu banget.” Tn.S
“… ya itu.. anak saya kalo lagi pengen main sama anak tetangga, eh malah pada ngejauh mata tampak berkaca-
kaca” Ny.M
Partisipan lain juga menggungkapkan saat anaknya diejek oleh orang-orang dilingkungan sekitar :
“….,sering sekali anak saya diejek anak-anak seumuran dia, makannya anak saya maunya main sama orang yang
sudah dewasa.”Tn.A “….kalo ada anak saya pasti langsung diejek, ejekannya
seperti ini .. “ada…An.A… ada An.A… partisipan tampak sedih”. Ny.N
“….,dilingkungan saya memang menerima, tapi tetap saja ada temannya dirumah yang suka mengolok-olok anak
saya.”Tn.Z