Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
20
Hans selye 1946 dalam Nasir Muhith, 2011 telah melakukan riset terhadap dua respon fisiologis tubuh terhadap stres, yaitu Local Adaptation
Syndrome LAS dan General Adaptation Syndrome GAS. 1 Local Adaptation Syndrome LAS
Local Adaptation Syndrome adalah suatu mekanisme tubuh dalam mengatasi dan mengontrol efek fisik penyebab stres. Tubuh akan
menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata
terhadap cahaya dan sebagainya. Respon ini berjangka pendek, berikut ini adalah karakteristik LAS :
a. Respon terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem. b. Respon
bersifat adaptif,
maka diperlukan
stresor untuk
menstimulasikannya. c. Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus-menerus.
d. Respon bersifat restoratif. 2 General Adaptation Syndrome GAS
General Adaptation Syndrome merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap sters, disertai gejala-gejala tertentu yang muncul
melalui sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Reaksi General Adaptation Syndrome GAS terjadi dalam tiga tahap, yaitu :
a. Fase alarm waspada Fase alarm merupakan fase yang melibatkan pengarahan
mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stesor. Dalam fase ini,terjadi reaksi psikologis fight or flight dan
21
reaksi fisiologis. Pada fase ini tubuh mengaktifkan hormon yang dapat membuat terjadinya peningkatan volume darah, yang pada akhirnya
menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan guna menyiapkan
energy untuk keperluan adaptasi. Teraktivasinya epinefrin dan norefineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan terjadi
peningkatan aliran darah ke otot. Selain itu, juga terjadi peningkatan ambilan O
2
oksigen dan meningkatnya kewaspadaan mental. Dengan aktivitas hormonal yang luas ini, individu melakukan persiapan untuk
melakuakan “respon melawan atau menghindar”. Respon ini berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam. Bila stresor ini
masih menetap, maka individu akan masuk dalam fase resisteni. b. Fase resistence resistensimelawan
Dalam fase ini individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur
strategi. Tubuh akan berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya pada keadaan normal, dan tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stres. Bila teratasi, gejala stres akan menurun dan tubuh akan kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung,
tekanan darah dan curah jantung. Hal ini terjadi karena individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stresor, bila individu tersebut
berhasil maka tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak , dan bila gagal, maka individu tersebut akan masuk kedalam tahapan terakhir
dari general adaptation syndrome, yaitu fase kehabisan tenaga.
22
c. Fase exhaustion kelelahan Fase ini merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat
tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi yang dipakai dalam penyesuain sudah terkuras dan akibatnya akan timbul gejala
penyesuain diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner dan sebagainya. Bila usaha untuk
melawan tidak dapat diusahakan lagi, maka kelelahan akan mengakibatkan kematian. Pada tahap ini cadangan energi telah
menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu dalam menghadapi stres. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
stresor inilah yang akan berdampak pada kematian. Respon stres pada orang tua dengan anak sindrom down
berdasarkan penelitian Cuskelly, dkk 2007 merujuk pada respon emosional dari orang tua untuk tuntutan peran pengasuhan, seperti
merasa terisolasi, terjebak, kewalahan dengan tanggung jawab pengasuhan anak sindrom down.