Teori Desain Pembelajaran Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Pada penelitian ini akan digunakan model ASSURE yang dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk. hingga sekarang. Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi pada pembelajaran, model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta siswa di kelas. Model ASSURE sangat membantu dalam merancang program dengan menggunakan berbagai jenis media. Model ASSURE ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan model ASSURE mempunyai beberapa tahapan yang dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif dan bermakan bagi peserta didik. Tahapan model ASSURE Smaldino, Dkk, 2011: 110 adalah: 1 Analyze Learner Analisis Pembelajar, 2 State Standards And Objectives Menentukan Standard Dan Tujuan, 3 Select Strategies, Technology, Media, And Materials Memilih, Strategi, Teknologi, Media dan Bahan ajar, 4 Utilize Technology, Media And Materials Menggunakan Teknologi, Media dan Bahan Ajar, 5 Require Learner Parcipation Mengembangkan Partisipasi Peserta Didik, 6 Evaluate And Revise Mengevaluasi dan Merevisi. Keenam langkah di atas berfokus untuk menekankan pembelajaran kepada peserta didik dengan berbagai gaya belajar dan konstruktivis belajar dimana peserta didik diwajibkan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan tidak secara pasif menerima informasi. Langkah pertama dalam analisis desain pembelajaran yang dilakukan adalah menganalisis pemelajar. Tujuan utama dalam menganalisa pemelajar adalah untuk mengetahui kebutuhan belajar siswa yang urgen sehingga siswa mampu mendapatkan tingkatan pengetahuan dalam pembelajaran secara maksimal. Analisis pemelajar meliputi tiga faktor kunci dari diri pemelajar Smaldino. dkk, 2011: 112-114 yaitu, General Characteristics Karakteristik Umum, Specific Entry Competencies Mendiagnosis kemampuan awal pembelajar, dan Learning Style Gaya Belajar. Menentukan standar dan tujuan kegiatan pembelajaran merupakan langkah kedua dari desain pembelajaran model ASSURE. Dengan merumuskan standar dan tujuan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan media yang tepat. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran penting untuk mengetahui komponen kelengkapan dalam tujuan pembelajaran. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen dalam proses pembelajaran. Kejelasan dan kelangkapan dalam merumuskan tujuan belajar tertuang dalam tujuan pembelajaran berbasis ABCD Smaldino dkk, 2011: 119-121. Penjabaran dari tujuan pembelajaran berbasis ABCD adalah sebagai berikut: A = audience Pemelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya. Siapa pun peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci. B = behavior Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perlaku belajar mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati. C = conditions Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pebelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung. D = degree Persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam presentase benar , menggunakan kata-kata seperti tepatbenar, waktu yang harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur pencapaian kompetensi. Ada empat kategori pembelajaran yaitu kognitif, afektif, skill, dan interpersonal. Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah mendukung pembelajaran dengan menggunakan teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi dan media dan bahan ajar. Pemilihan strategi pembelajarn disesuaikan dengan standar dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung pembelajaran. Selanjutnya dalam memilih format media dan sumber belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan atau topik. Langkah selanjutnya adalah menggunakan media dan bahan ajar. Namun sebelum memanfaatkan media dan bahan yang ada, sebaiknya pengajar harus mengecek bahan masih layak pakai atau tidak, mempersiapkan bahan, mempersiapkan lingkungan belajar, mempersiapkan pemelajar, dan menyediakan pengalaman belajar terpusat pada pengajar atau pembelajar. Tujuan utama dari pembelajaran adalah adanya partisipasi siswa terhadap materi dan media yang ditampilkan. Seorang guru pada era teknologi saat ini dituntut untuk memiliki pengalaman dan praktik menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi ketimbang sekedar memahami dan memberi informasi kepada siswa. Ini sejalan dengan gagasan konstruktivis bahwa belajar merupakan proses mental aktif yang dibangun berdasarkan pengalaman yang autentik, dimana para siswa akan menerima umpan balik informatif untuk mencapai tujuan mereka dalam belajar. Langkah terakhir yang dilakukan pada model ASSURE adalah mengevaluasi dan merevisi. Evaluasi dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Evaluasi dan perbaikan dapat dilakukan pada hasil belajar siswa, strategi pembelajaran, teknologi dan media. Setelah komponen-komponen tersebut dievaluasi maka seanjuutnya adalah merevisi strategi, teknologi dan media pembelajaran menjadi lebih baik yang selanjutnya dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

2.2.7 Teori Motivasi Maslow

Motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan. Maslow 1954 sebagai tokoh motivasi aliran humanisme, menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam pembelajaran, teori ini dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Contohnya, profesionelisme guru dan kematangan dalam melaksanakan tugas guru. Misalnya, guru dapat memahami keadaan peserta didik secara perorangan, memelihara suasana belajar yang baik, keberadaan peserta didik rasa aman dalam belajar, kesiapan belajar, bebas dari rasa cemas dan memperhatikan lingkungan belajar, misalnya tempat belajar menyenangkan, bebas dari kebisingan atau polusi, tanpa gangguan dalam belajar. Teori ini mempunyai makna serta peranan kognisi dalam kaitannya dengan prilaku seseorang, menjelaskan bahwa adanya peristiwa internal yang terbentuk sebagai perantara dari stimulus tugas dan dan tingkah laku berikutnya. Orang yang mempunyai segalanya, motivasinya rendah; orang yang berhasil dengan tugas-tugas yang sulit akan memiliki kebanggaan tersendiri baginya. Teori ini mengubah konstruk motivasi yang pokok, yaitu konsepsi tentang dorongan drive sebagai penyebab kompleks, yang selanjutnya dinamakan atribusi. Pengertian atribusi mengacu pada penyebab kejadian atau hasil menurut persepsi individu. Motivasi yang terkait dengan pemaknaan dan peranan kognisi lebih merupakan motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang muncul dari dalam, seperti minat dan keingintahuan curiosity, sehingga seseorang tidak lagi termotivasi oleh bentuk- bentuk insentif atau hukuman. Sedangkan motvasi ekstrinsik ialah motivasi yang disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang tebentuk oleh faktor-faktor eksternal berupa ganjaran dan atau hukuman. Konsep motivasi intrinsik mengidentifikasikan tingkah laku seseorang yang merasa senang terhadap sesuatu; apabila ia menyenangi kegiatan itu, maka termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut. Jika seseorang menghadapi tantangan, dan ia merasa yakin dirinya mampu, maka biasanya orang tersebut akan mencoba melakukan kegiatan tersebut. Pengaturan diri self regulation merupakan bentuk tertinggi penggunaan kognisi. Teori ini menyarankan agar menggunakan aktivitas untuk meningkatkan kemampuan akademis bagi peserta didik. Sehingga motivasi dapat diartikan sebagai dorongan rasa ingin tahu yang menyebabkan seseorang untuk memenuhi kemauan dan keinginannya. Teori Maslow mendorong penelitian-penelitian lebih lanjut yang mencoba mengembangkan sebuah teori tentang motivasi yang memasukkan semua faktor yang mempengaruhi motivasi ke dalam satu model Grand Theory of Motivation , misalnya seperti yang diusulkan oleh Leonard, Beauvais, dan Scholl 1995. Menurut model ini, terdapat 5 faktor yang merupakan sumber motivasi, yaitu 1 instrumental motivation reward dan punishment, 2 Intrinsic Process Motivation kegembiraan, senang, kenikmatan, 3 Goal Internalization nilai- nilai tujuan, 4 Internal Self-Concept yang didasarkan pada motivasi, dan 5 External Self-Concept yang didasarkan pada motivasi Leonard: 1995.

2.2.8 Teori Motivasi Beprestasi dari McClelland

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement N.Ach yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.” Need menurut McClelland dibagi atas tiga: a Need For achievement. Ada beberapa orang yang memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi pribadi daripada imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Ciri-ciri:  Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif.  Mencari feedback tentang perbuatannya.  Memilih resiko yang sedang di dalam perbuatannya.  Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya. b Need for affiliation. Kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam kehidupannya atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini akan mengarahkan tingkah laku individu untuk melekukan hubungan yang akrab dengan orang lain. Orang-orang dengan need affiliation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan persahabatan. Ciri-ciri:  Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya daripada segi tugas-tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut.  Melakukan pekerjaannya lebih efektif apbila bekerjasama dengan orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif.  Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.  Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.  Selalu berusaha menghindari konflik.

c. Need for power. Adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain,

intuk mempengaruhi orang lain dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Ciri-ciri:  Menyukai pekerjaan dimana mereka menjadi pimpinan.  Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi dimanapun dia berada.  Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise.  Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organiasi.

2.2.9 Teori Victor H. Vroom Teori Harapan

Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan 2015/2016 Dalam Pelajaran IPA

0 4 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS X-8 SMA NEGERI 21 MEDAN.

0 2 14

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)( PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIII E SMP Ne

0 3 18

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

0 1 202