Pengertian Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah

28 “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaun muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”. 2 Hadis Nabi riwayat Jama‟ah: “Menunda-nunda pembayaran yang dilakukan oleh oorang mampu adalah suatu kezaliman…” 3 Hadis Nabi riwayat Nasa‟I Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad: “Menunda-nunda pembayaran yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya.”. 4 Hadis Nabi riwayat „Abd al-Raziq dari Zaid bin Aslam: “Rasulullah SAW, ditanya tentang „urban uang muka dalam jual beli, mak a beliau menghalalkannya.”. 5 Ijma‟ Mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara Murabahah. Kaidah fiqh: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali a da dalil yang mengharamkannya.” 29

3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah

Menurut Ascarya rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu: a. Pelaku akad, yaitu ba‟i penjual adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari pembeli adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang; b. Objek akad, yaitu mabi‟ barang dagangan dan tsaman harga; dan c. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul. Menurut Wiroso, dalam murabahah dibutuh beberapa syarat, antara lain: 36 a. Mengetahui harga pertama Harga Pembelian Pembeli kedua hendaknya mengetaui harga pembelian karena hal itu adalah syarat sahnya transaksi jual beli. Syarat ini meliputi semua transaksi yang terkait dengan murabahah, seperti pelimpahan wewenang tauliyah, kerjasama isyrak dan kerugian wadhi‟ah, Karena semua transaksi ini berdasar pada harga pertama yang merupakan modal. Jika tidak mengetahuinya, maka jual beli tersebut tidak sah hingga di tempat transaksi. Jika tidak 36 Wiroso, “Jual Beli Murabahah”, Yogyakarta: UII Press, 2005, h.17-18 30 diketahui hingga keduanya meninggalkan tempat tersebut, maka gugurlah transaksi itu. b. Mengetahui besarnya keuntungan Mengetahui jumlah keuntungan adalah keharusan, karena ia merupakan bagian dari harga tsaman, sedangkan mengetahui harga adalah syarat sahnya jual beli. c. Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan sejenis, seperti benda-benda yang ditakar, ditimbang dan dihitung. Syarat ini diperlukan dalam murabahah dan tauliyah, baik ketika jual beli dilakukan dengan penjual pertama atau orang lain. Serta baik keuntungan dari jenis harga pertama atau bukan, setelah jenis keuntungan disepakati berupa sesuatu yang diketahui ketentuannya, misalkan dirham ataupun yang lainnya. Jika modal dan benda-benda yang tidak memiliki kesamaan, seperti barang dagangan, selain dirham dan dinar, tidak boleh diperjualbelikan dengan cara murabahah atau tauliyah oleh pihak yang tidak memiliki barang dagangan. Hal ini karena murabahah atau tauliyah adalah jual beli dengan harga yang sama dengan harga pertama, dengan adanya tambahan keuntungan dalam sistem murabahah.