32
4. Konsep dan Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada BMT
Konsep pembiayaan murabahah menurut Ahmad Sumiyanto:
37
Penerapan transaksi murabahah menurut Ahmad Sumiyanto:
38
a. Murabahah tanpa pesanan, maksudnya ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang
dagangannya. Penyediaan barang pada murabahah ini terpengaruh atau terkait langsung dengan ada atau tidaknya pesanan atau
pembeli. b. Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah akan
melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan
37
Suryati, “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah BMT Binamas Terhadap Perkembangan
Usaha dan Pendapatan Nasabah Mudharabah di BMT Binamas Purworejo ”, Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, h.28
38
Maulidah Kurniati, “Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Kinerja Usaha
Nasabah,” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2013, h.27
Pembayaran Tangguh
Angsuran BMT
Jual Barang
Anggota Beli
Tunai Supplier
Produsen
Kirim Barang
33
jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian
barang tersebut. Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1 Murabahah berdasarkan pesanan dan bersifat mengikat. Maksudnya apabila telah dipesan harus dibeli.
2 Murabahah berdasarkan pesanan dan bersifat tidak mengikat. Maksudnya walaupun nasabah telah memesan barang, tetapi
nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima atau membatalkan pesanan.
B. Pembiayaan Mudharabah
1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul. Atau lebih tepatnya adalah proses seseorang dalam menjalankan suatu
usaha. Secara teknis, mudharabah adalah sebuah akad kerja sama antarpihak dimana pihak pertama shahib al-maal menyediakan
seluruh 100 modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
39
Sedangkan menurut Ascarya, sebagai bentuk kontrak, mudharabah merupakan akad bagi hasil ketika pemilik danamodal
pemodal, biasa disebut shahibul maalrabbul maal, menyediakan
39
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, h.41
34
modal 100 persen kepada pengusaha sebagai pengelola, biasa disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa
keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad yang besarnya
juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar. Shahibul maal pemodal adalah pihak yang memiliki modal, tetapi tidak bisa berbisnis, dan
mudharib pengelola atau entrepreneur adalah pihak yang pandai berbisnis, tetapi memiliki modal.
40
Menurut Gemala Dewi, mudharabah addalah akad antara kedua belah pihak untuk salah seorangnya salah satu pihak
mengeluarkan sejumlah
uang kepada
pihak lainnya
untuk diperdagangkan. Dan labanya dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.
41
Menurut A. Wangsawidjaja. Z, pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk uang danatau barang, serta
bukan dalam bentuk piutang atau tagihan. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk uang maka harus
dinyatakan secara jelas jumlahnya.
42
Menurut Andri Soemitra,
40
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h.60-61
41
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalan Perbankan dan Peransuransian syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Goup, 2005, h.25
42
Wangsawidjaja. Z, Pembiayaan Bank Syariah, h.193-194
35
Mudharabah yaitu pemilikan suatu barang tertentu yang dibayar pada saat jatuh tempo.
43
Dari pengertian-pengertian
diatas dapat
disimpulkan, mudharabah adalah akad kerja sama atas suatu usaha antara dua pihak
dimana salah satu pihak sebagai pemilik modal shahibul maal dan pihak lain sebagai pengelola dana mudharib sedangkan pembagian
keuntungannya menggunakan sistem bagi hasil.
2. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah
a. Dasar Hukum Positif
44
1 Pasal 19 ayat 1 huruf c dan ayat 2 huruf c UU No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah 2 Pasal 21 huruf b angka 1 UU Perbankan syariah
3 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
07DSN-MUIIV2000 tentang Pembiayaan Mudharabah.
4 Peraturan Bank Indonesia No 919PBI2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah, berikut perubahannya dengan Peraturan Bank Indonesia No.
1016PBI2008.
b. Dasar Hukum Syariah.
43
Andri Soemitra, Bank Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, h.464
44
Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, h.195-196
36
1 QS. An- Nisa‟: 29
45
ءاسنلا
4
:
99
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu
”. QS. An-Nisa [4]: 29 2 QS. Al-Maidah: 1
46
دئاملا
2 :
1
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. yang demikian itu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya
Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki- Nya.
” QS. Al-Maidah [5]: 1 3 QS. Al-Baqarah: 283
47
45
Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi, h.156
46
Ibid., h.118
47
Mardani, Ayat-ayat dan Hadis-hadis Ekonomi Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h.81