Edible Film Anti Mikroba

Krochta dan Johnson 1997, semakin besar konsentrasi pati maka jumlah polimer penyusun matrik film semakin banyak sehingga dihasilkan film yang tebal. 3. Plasticizer Plasticizer ini merupakan bahan nonvolatile, yang ditambahkan ke dalam formula film akan berpengaruh terhadap sifat mekanik dan fisik film yang terbentuk karena akan mengurangi sifat intermolekuler dan menurunkan ikatan hidrogen internal. Plasticizer ini mempunyai titik didih tinggi dan penambahan plasticizer dalam film sangat penting karena diperlukan untuk mengatasi sifat rapuh film yang disebabkan oleh kekuatan intermolekuler ekstensif. Menurut Krochta dan Jonhson 1997, plasticizer polyol yang sering digunakan yakni seperti gliserol dan sorbitol. Konsentrasi gliserol 1 - 2 dapat memperbaiki karakteristik film.

2.3. Edible Film Anti Mikroba

Salah satu cara tradisional untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba dalam produk makanan untuk meningkatkan keselamatan dan menunda kerusakan adalah dengan memasukkan bahan antimikroba atau menyemprot pada permukaan. Dalam aplikasi ini, efisiensi dari unsur antimikroba terbatas disebabkan migrasi tidak dikendalikan dalam makanan dan aktivasi parsial dari senyawa aktif karena interaksi dengan komponen makanan. Pada pengemas antimikroba, bahan antimikroba diinkorporasi ke dalam bahan pengemas, melapisi permukaan film pengemas atau satu sachet campuran antimikroba dapat ditambahkan ke dalam kemasan Emiroglu et al, 2010. Ketika sistem pengemas makanan diberi aktifitas antimikroba, bahan pengemas akan membatasai atau menghalangi mikroba untuk tumbuh pada permukaan makanan, dengan demikian akan memperpanjang umur simpan dan meningkatkan keamanan terhadap mikroba tersebut. Antimikroba yang terdapat dalam bahan pangan dapat bersifat bakterisidal membunuh bakteri, bakteristatik menghambat pertumbuhan bakteri, fungisidal membunuh kapang, fungistatik menghambat pertumbuhan kapang dan germisidal menghambat germinasi spora bakteri. Mekanisme senyawa antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan beberapa cara, yaitu i merusak struktur dinding sel dengan cara menghambat proses pembentukannya atau menyebabkan lisis pada dinding sel yang sudah terbentuk; Universitas Sumatera Utara ii mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan atau matinya sel; iii mendenaturasi protein; iv menghambat kerja enzim didalam sel yang mengakibatkan terganggunya metabolisme atau dinding sel. Edible film dapat digunakan sebagai pembawa zat aditif seperti antioksidan, antimikroba, pewarna, flavors. Metode yang berbeda dari aplikasi langsung seperti inkorporasi bahan antimikroba kedalam edible film atau edible coating memberikan efek yang fungsional pada permukaan makanan. Film antimikroba adalah pengemas yang dapat mengurangi, mencegah atau memperlambat pertumbuhan mikroorganisme patogenik didalam pembungkusan makanan dan bahan pengemas. Penelitian mengenai film antimikroba sedang dikembangkan pada saat ini untuk mengkontrol aktivitas mikribiologi pembusuk dari makanan yang tidak tahan lama. Beberapa bahan organik maupun anorganik aktif dapat dimasukkan dalam struktur polimer untuk mencegah mikroba pembusuk yang tidak diinginkan selama masa penyimpanan. Bahan antimikroba yang digunakan dalam aplikasi pada makanan antara lain dapat berupa minyak atsiri, asam organik, bacteriocin, enzim, alkohol dan asam lemak. Kemampuan minyak atsiri untuk melindungi makanan-makanan melawan mikroorganisme patogen dan perusak telah dilaporkan oleh beberapa para peneliti. Untuk memperoleh efektivitas aktivitas antimikroba dalam aplikasi pada makanan langsung, dibutuhkan konsentrasi minyak atsiri yang tinggi, yang mungkin berdampak pada flavor dan bau-bau yang tidak sesuai di produk. Oleh karena itu, riset terbaru perlu berfokus pada inkorporasi minyak atsiri kedalam edible film sebagai aplikasi pengganti di dalam pengemasan makanan. Pembuatan edible film antimikroba dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain yaitu dengan : 1. Penambahan sachetspads kantong kecil berisi bahan antimikroba volatil ke dalam kemasan. 2. Inkorporasi secara langsung bahan antimikroba volatil dan yang tidak volatil ke dalam polimer. 3. Coating atau adsorpsi antimikroba pada permukaan polimer. 4. Immobilisasi antimikroba pada polimer dengan ikatan ion atau kovalen. 5. Penggunaan polimer yang memiliki sifat sebagai antimikroba. Zuhra., 2012 Universitas Sumatera Utara

2.4. Plasticizer pada Edible Film