Swelling Karakteristik Edibel Film

berguna untuk mendeteksi adanya gugus fungsi dalam senyawa organik. Daerah ini sering dinyatakan sebagai gugus fungsi karena kebanyakan gugus fungsi yang dianggap penting oleh para kimiawan organik mempunyai serapan khas dan nisbi tetap pada panjang gelombang tersebut Pine, 1980. Spektroskopi inframerah dapat digunakan untuk mengkarakterisasi gugus fungsi suatu polimer. Indentifikasi dari sampel polimer dapat dibuat dengan menggunakan daerah sidik jari, dimana identifikasi sampel pada akhirnya mungkin satu polimer untuk mempertunjukkan spektrum yang sama persis seperti yang lain. Daerah ini terletak dalam jangka 6,67 sampai 12,50 µm Cowie, 1973 Kelebihan FT-IR mencangkup persyaratan ukuran sampel yang sedikit, perkembangan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini memiliki sistem komputerisasi terdeteksi, kemampuan untuk menyimpan dan menipulasi spektrum. FTIR sangat berguna dalam penelitian struktur polimer. Karena spektrum-spektrum bias di-scan, disimpan, dan transformasikan dalam hitungan detik. Teknik ini memudahkan penelitian reaksi-reaksi polimer seperti degradasi dan ikatan silang Stevens, 2007

2.5.6. Swelling

Fenomena ini merupakan mekanisme dimana gel dapat menyerap cairan dari system sehingga volume pada gel dapat bertambah dan airnya akan terperangkap dalam matriks yang terbentuk pada gel. Swelling merupakan kebalikan dari fenomena syneresis dimana terjadi penyerapan cairan oleh suatu gel dengan diikuti oleh peningkatan volume. Gel juga dapat menyerap sejumlah cairan tanpa peningkatan volume yang dapat diukur, ini disebut inibisi. Cairan-cairan yang dapat mengakibatkan penggembungan adalah cairan-cairan yang dapat mensolvasi suatu gel Martin, 1993. Daya larut merupakan salah satu sifat fisik edible film yang menunjukkan persentase berat kering terlarut setelah dicelupkan dalam air selama 24 jam Gontard et al , 1993. Daya larut film sangat ditentukan oleh sumber bahan dasar pembuatan film . Edible film berbahan dasar pati tingkat kelarutannya dipengaruhi oleh ikatan gugus hidroksi pati. Makin lemah ikatan gugus hidroksil pati, makin tinggi kelarutan film . Edible film dengan daya larut yang tinggi menunjukkan film tersebut mudah Universitas Sumatera Utara dikonsumsi. Kadang-kadang pati mengalami masalah terhadap kelarutannya, dalam hal ini setelah mengalami gelatinisasi. Kelarutan edible film juga dipengaruhi oleh gliserol, selain sebagai plasticizer. Sedangkan Flores et al 2007 menyatakan bahwa kelarutan film adalah sama pada semua cara metode pembuatan film, tetapi kelarutan meningkat secara signifikan jika menggunakan kalium sorbat dalam film berbahan dasar pati tapioka. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Bahan dan Alat

3.1.1. Bahan 1.

Natrium Alginat Wako 2. CaCl 2 . H 2 O E’Merek 3. CaCl 2 0,1M 4. Aquadest 5. Gliserol E’Merek

6. Potato Dextrose Agar

PDA E’Merek 7. Jamur Aspergillus niger sp

3.1.2. Alat – alat 1.

Gelas ukur 250 ml Pyrex 2. Beaker gelas 250 ml Pyrex 3. Cawan petri 4. Erlenmayer 250 ml Pyrex 5. Magnetik stirer 6. Neraca analitik 7. Jangka sorong 8. Pipet tetes 9. Labu takar 50 ml Pyrex 10. Tabung reaksi Pyrex 11. Oven 12. Plat kaca 13. DTA Defferential Thermal Analysis 14. SEM Scanning Electron Microscope JOEL JSM-6360LA–EDX JED-2200 15. Spektrometer IR Infrah Read 16. UTM Universal Testing Machine MGS SC-2D ASTM-D638 Universitas Sumatera Utara