42
Dilengkapi dengan sarana dan prasarana, 3. Ada suatu badan manajemen pengelola,dan 4. Memiliki izin usaha kawasan industri,
D. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Bendri Wijaya 2013 yang berjudul berjudul Partisipasi
Masyarakat dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 9 Tahun di Kenagarian Lansano, Pesisir Selatan Sumatera Barat Penelitian ini merupakan sebuah
studi empiris dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini subjek penelitian terdiri dari orang tua wali murid yang
mempunyai anak masih sekolah dalam usia wajib belajar 9 tahun 7-15 tahun dan anak dalam usia wajib belajar yang masih sekolah. Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menggunakan teknik analisis model dari Miles dan Huberman. Hasil
Penelitiannya menunjukkan bahwa 1 Masyarakat golongan sejahtera paham tentang program wajib belajar 9 tahun, sedangkan masyarakat golongan
prasejahtera tidak paham dengan program tersebut; 2 Bentuk partisipasi masyarakat golongan sejahtera adalah partisipasi penuh yaitu ikut terlibat
secara menyeluruh mampu memenuhi segala kebutuhan penunjang pembelajaran dan perhatian terhadap kelangsungan pendidikan anak, dan
bentuk partisipasi masyarakatgolongan prasejahtera adalah partisipasi sebagian yaitu hanya terlibat secara sebagian atau tidak sepenuhnya terhadap
kelangsungan pendidikan anak; 3 Faktor pendukung masyarakat golongan sejahtera adalah biaya yang cukup dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran
43
anak, dan pendidikan orang tua tinggi; 4 Faktor penghambat bagi masyarakat golongan sejahtera yaitu minat belajar anak yang tidak stabil ,
dan waktu yang kurang dalam mendidik anak. Faktor penghambat bagi masyarakat prasejahtera adalah biaya yang kurang dalam memenuhi
kebutuhan pembelajaran anak, pendidikan orang tua rendah, dan waktu mendidik anak yang kurang.
Penelitian lain menurut hasil penelitian dari Aji Andri W. 2013 dengann penelitian yang berjudul partisipasi masyarakat dalam implementasi
kebijakan wajib belajar 9 tahun yang ada di Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan lima subjek penelitian yang terdiri dari pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten
Purbalingga, Kepala
Sekolah MII
Slinga Kecamatan
Kaligondang, Kepala Sekolah SD N 1 Kaligondang, Kepala Sekolah MTs. Ma’arif NU 12 Arenan Kecamatan Kaligondang dan Kepala Sekolah SMPN
1 Kaligondang yang terlibat dalam proses implmementasi kebijakan wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga. . Data
dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, penelusuran dokumen dan triangulasi dengan menggunakan teknik analisis model dari
Miles dan Huberman. Adapan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: 1 Partisipasi masyarakat dalam implementasi kebijakan wajib belajar 9 tahun di
Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga dikatagorikan menjadi dua hal yakni partispasi fisik dan partisipasi non fisik; 2 Faktor pendorong
implementasi kebijakan wajar 9 tahun di Kecamatan Kaligondang yaitu
44
program penunjang, kesadaran wali murid dan siswa, serta partisipasi orang tua dalam implementasi kebijakan wajar; sedangkan faktor penghambatnya
adalah kesadaran masyarakat yang masih kurang, faktor ekonomi masyarakat, faktor kemampuan belajar yang rendah, faktor teman
sepermainan, dan juga faktor motivasi yang rendah.
E. Kerangka Konsep
Dalam upaya pemerintah untuk mewujudkan pemerataan pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah
membuat suatu kebijakan wajib belajar seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2008 pasal 3, pasal 4, dan
pasal 5, dimana kebijakan tersebut harus dilaksanakan oleh setiap warga negaranya. Kebijakan ini ditujukan kepada anak usia sekolah yang meliputi
SD,MI,SMP, MTs, dan bentuk lain yang sederajat. Kebijakan ini dibuat dengan tujuan untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara Indonesia, maupun mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di
masyarakat dalam rangka untuk pemerataan pendidikan dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan ini tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Membutuhkan dukungan dari berbagai pihak demi melancarkan implementasi kebijakan wajib belajar ini. Koordinasi yang baik mulai dari
pemerintah sampai pada masyarakat merupakan faktor penting dalam mengembangakn kebijakan wajib belajar. Dengan adanya sekolah maupun
dinas pendidikan yang terdapat di setiap wilayah dapat dijadikan factor dalam
45
melancarkan implementasi kebijakan wajib belajar tersebut. Selain itu dukungan dari masyarakat dengan turut bepartisipasi dan berperan aktif
dalam mensukseskan kebijakan wajib belajar ini akan dapat membuat kebijakan wajib belajar dapat terimplementasikan dengan baik.
Pemerintah membuat kebijakan wajib belajar dengan diikuti kemudahan-kemudahan yang diberikan, salah satunya dengan membebaskan
biaya dalam menuntaskan pendidikan dalam program wajib belajar. Dengan kemudahan yang diberikan diharapkan tidak ada alasan lagi bagi orang
tuanya untuk tidak menyekolahkan anaknya. Namun usaha pemerintah tersebut memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, yang masih
sering terlihat adalah banyak diantara anak usia sekolah yang tidak bersekolah.
Kawasan industi merupakan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang , dimana dari kegiatan
yang ada sangat erat kaitannya dengan pabrik pembuatan suatu benda atau dapat pula berupa suatu usaha yang mengolah bahan baku atau bahan mentah
menjadi bahan jadi , bahkan tidak jarang juga terdapat orang yang menjual jasa untuk membantu orang lain. Seperti yang terdapat di Kelurahan
Semampir, Kota Kediri yang memiliki pabrik rokok gudang garam maupun pabrik-pabrik yang lain. Dari adanya pabrik pabrik yang ada disana Kota
Kediri dapat dikatakan sebagai kawasan industri dan Kota Kediri juga merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Hampir disetiap kota memiliki
persoalan yang beraneka ragam , di Kelurahan Semampir, Kota Kediri sendiri