47
d. Memahami dan mampu melakukan perlindungan kebencanaan sesuai
dengan usianya. e.
Mempunyai kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam menyelenggarakan pendidikan berbasis budaya diperlukan
pedoman penerapan nilai-nilai luhur budaya dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan sehingga dihasilkan program yang sesuai dan
mampu meningkatkan kualitas peserta didik. Pada peraturan ini tercantum sistematika pedoman penerapan nilai-nilai luhur budaya dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan. Selain itu, peraturan gubernur ini juga memuat standar mutu yang dapat digunakan dalam penerapan pendidikan berbasis budaya.
Sistem implementasi pendidikan berbasis budaya di Indonesia sebenarnya sudah diatur secara menyeluruh dalam undang-undang dan peraturan daerah
khususnya untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dasar-dasar dan pedoman pelaksanaan sudah dicantumkan dalam beberapa undang-undang dan peraturan
daerah tersebut, tinggal bagaimana sekolah dapat merealisasikan pendidikan berbasis budaya sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing. Pada
peraturan ini budaya yang dimaksudkan adalah budaya nasional. Pengaplikasian budaya lokal dikembangkan sendiri oleh pihak sekolah karena belum ada
pedoman baku untuk setiap daerah dalam mengaplikasikan budaya lokal dalam pendidikan.
3. Pendidikan Berbasis Budaya di Sekolah Dasar
Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan berbasis budaya berdasarkan sistem pendidikan nasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya
48
bangsa. Sebagai mana di jelaskan pada Peraturan Daerah Propinsi D.I. Yogyakarta No. 5 Tahun 2011 bahwa pendidikan berbasis budaya salah satunya
dilaksanakan melalui pendidikan formal. Pada peraturan daerah ini di jelaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan dasar yang berlandaskan budaya dilaksanakan
dengan memasukkan muatan nilai luhur pada pembelajaran berdasarkan kurikulum pendidikan berbasis budaya. Nilai luhur yang dimaksudkan meliputi:
a kejujuran, b kerendahan hati, c ketertiban kedisiplinan, d kesusilaan, e kesopanan kesantunan, f kesabaran, g kejarsama, h toleransi, i tanggung
Jawab, j keadilan, k kepedulian, l percaya diri, m pengendalian diri, n integritas, o kerja keras keuletan ketekunan, p ketelitian, q kepemimpinan, dan
r ketangguhan. Semua nilai budaya tersebut wajib terintegrasi pada seluruh program pendidikan berbasis budaya sebagai bekal hidup peserta didik di masa
yang akan datang. Nilai dari suatu budaya merupakan inti moral yang merupakan sara
pengatur kehidupan sehingga yang terpenting dalam pendidikan berbasis budaya adalah penanaman nilai budaya itu sendiri. Pendidikan berbasis budaya
sebenarnya merupakan penguatan untuk pendidikan budi pekerti. Semua unsur budaya yang diintegrasikan pada pendidikan bertujuan untuk meningkatkan budi
pekerti peserta didik. Suwardi Endraswara 2006: 55 menyebutkan bahwa sekolah adalah
wahana yang strategis untuk membantu keluarga dan masyarakat dalam penanaman budi pekerti meskipun hanya terbatas di lingkungan sekolah, namun
siswa akan lebih patuh sehingga lebih mudah dibentuk karakternya. Bermula dari
49
rasaterpaksa dan model kebiasaan siswa terlatih untuk berbuat seuai norma sopan santun yang ditunjukkan guru. Dalam hal ini pembangunan budi pekerti sebaiknya
dilakukan sedini mungkin yaitu pada pendidikan dasar sebagai landasan jenjang pendidikan selanjutnya.
Pengelolaan pendidikan berbasis budaya di sekolah dasar pada dasarnya sama dengan satuan pendidikan formal lainnya. Ruang lingkup pengelolaan
pendidikan berbasis budaya yang disebutkan pada Peraturan Daerah Propinsi D.I. Yogyakarta No. 5 Tahun 2011 meliputi: a perencanaan pendidikan, b
penyediaan layanan pendidikan, c peningkatan partisipasi pendidikan, d pemantauan dan evaluasi, e penjaminan mutu, dan f standar mutu pendidikan.
Segala bentuk pengelolaan dari perencanaan hingga standar mutu pendidikan dilaksanakan dan dilimpahkan sepenuhnya oleh sekolah berdasarkan peraturan
dan kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam penerapan budaya Jawa pada pendidikan di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta didukung oleh Peraturan Gubernur No. 68 tahun 2012. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa nilai-nilai luhur budaya dalam pengelolaan
dan penyelenggaraan pendidikan ditempatkan pada 3 tiga hal, yaitu: a.
Nilai luhur budaya sebagai tujuan pendidikan, yang dimaksud adalah menggunakan nilai-nilai luhur budaya menjadi aspek yang memperkuat
tujuan pendidikan. b.
Nilai luhur budaya sebagai muatanisi pendidikan, yang dimaksud adalah menggunakan nilai-nilai luhur budaya sebagai materi pembelajaran yang
diinternali-sasi kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
50
c. Nilai luhur budaya sebagai pendekatan dalam pendidikan, yang dimaksud
adalah menggunakan nilai-nilai luhur budaya dipraktekkan secara nyata dalam pendidikan baik dalam pembelajaran maupun dalam manajemen
pendidikan. Pendidikan nilai luhur budaya yang ditegaskan pada Peraturan Gubernur
No. 68 tahun 2012 berdasarkan konsep “ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani” dengan mengedepankan sifat asah, asih, asuh, dan memperhatikan metode niteni, nirokke, nambahi, nularke, nebarke. Konsep
ini yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai peletak dasar pendidikan di Indonesia.
Model pelaksanaan pendidikan nilai luhur budaya di sekolah dilakukan melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran, pengembangan diri
baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan budaya satuan pendidikan. Nilai luhur budaya bangsa diimplementasikan melalui berbagai model sesuai karakteristik
sekolah. Nilai budaya untuk sekolah dasar ditekankan pada pengalaman budi pekerti peserta didik. Budi pekerti dijadikan dasar dari karakter peserta didik sebagai bekal
hidup membangun bangsa.
Kegiatan pembelajaran kemudian lebih dikembangkan berdasarkan nilai atau petuah khas dalam pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan berbasis
budaya akan lebih maksimal apabila dikembangkan dan dispesifikasikan sesuai usia peserta didik. Berikut ini contoh kegiatan yang dapat dikembangkan
berdasarkan nilai budaya atau petuah khas kebudayaan Jawa yang ada di Yogyakarta untuk peserta didik usia sekolah dasar dalam Peraturan Gubernur No.
68 tahun 2012.
51
Tabel 2. Contoh Pengembangan Kegiatan Sesuai Usia SD
No. Petuah Nasehat Khas Daerah
Istimewa Yogyakarta Karakter Utama yang
Dikembangkan Contoh Kegiatan untuk
anak usia SD 1.
Empan papankudu angon wektu
a. Mampu menyesuaikan
diri b.
Membaca situasi c.
Mendengarkan menyimak lawan bicara
d. Empati e. Asah-asih- asuh
Kejujuran, kerendahan hati, kesabaran,
pengendalian diri, kesopanan
kesantunan, toleransi, kepedulian.
d. Silaturahmi,
menengok orang sakit lanjut usia
2. Ngeli ning aja keli
a. Mampu menyaring
kebudayaan b.
Tidak lupa dengan kebudayaan sendiri
c. Pintar memilih dan
memilah d.
Berpikir modern e.
Berwawasan luas
Kesusilaan, tanggung Jawab, percaya diri,
pengendalian diri, kerjasama
d. Menyanyikan lagu-
lagudaerahnasionald an membandingkan
dengan lagu popdunia.
e. Membuat tulisan
tentang kesenian tradisional Indonesia
dan membandingkan dengan budaya lain
3. Alon-alon waton kelakon
a. Memiliki perencanaan
seksama b.
Berorientasi ke depan c.
Melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati,
hati-hati, penuh perhitungan
d. Bila jatuh, siap bangkit
dan melanjutkanrencana sesuai dengan kondisi
yang ada
Ketertiban kedisiplinan, tanggung
Jawab, integritas, kerja keras keuletan
ketekunan, ketelitian, ketangguhan,
kepemimpinan a.
Melakukan percobaan sederhana berbasis
budaya dan lingkungannya
b.
Melakukan kegiatan terencana dengan
teman seusianya
Pada tabel di atas dicontohkan penggunaan nilai atau petuah khas kebudayaan Jawa yang ada di Yogyakarta yaitu empan papan, ngeli ning aja keli,
alon-alon waton kelakon yang dikembangkan kedalam berbagai kegiatan sesuai usia sekolah dasar. Penggunaan nilai budaya di sekolah dasar sangat ditekankan
pada pembentukan karakter peserta didik. Kegiatan yang dilakukan berdasarkan
52
nilai budaya namun disesuaikan pada usia peserta didik sekolah dasar sehingga dalam pelaksanaannya anak-anak tidak mengalami kesulitan.
Penerapan pendidikan berbasis budaya di sekolah dasar didasarkan pada sistem pendidikan nasional dan peraturan-peraturan di daerah. Pada propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta budaya yang di Implementasikan merupakan budaya lokal yaitu budaya Jawa. Implementasi pendidikan berbasis budaya Jawa di
sekolah dasar disesuaikan pada kemampuan sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan. Penanaman nilai budaya sehingga terbentuk karakter peserta didik
yang luhur menjadi hal utama walaupun tidak semua unsur kebudayaan dapat diterapkan.
D. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan G.R. Lono Lastoro Simatupang, dkk, pada tahun 2012, tentang pendidikan karakter berbasis pendidikan seni budaya di Kota
Surakarta. Penelitian ini dilakukan di empat sekolah dasar dalam wilayah Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan seni
budaya memiliki peluang besar menjadi wahana pendidikan karakter, namun terindikasi muatan nilai dan watak yang ditanamkan serta dikembangkan dalam
proses pendidikan seni budaya masih bersifat umum, misalnya kedisiplinan, kerjasama, kepemimpinan. Selain itu, adanya kecenderungan penekanan lebih
besar pada dimensi pencapaian keterampilan daripada penanaman dan pengembangan watak dan nilai. Keadaan tersebut terkait dengan kurang jelasnya
kurikulum pendidikan seni budaya, daya kreatif guru seni budaya, ketersediaan