21 prokrastinasi menjadi functional procrastination dan disfunctional
procrastination. Functional procrastination seseorang menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang dimaksudkan untuk
mendapatkan data lebih lengkap dan akurat, dan disfunctional procrastination penundaan yang dilakukan tanpa adanya tujuan yang jelas
sehingga dapat berdampak buruk atau menunda sesuatu yang tidak berguna.
4. Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik
Menurut Wyk 2004: 24 karakteristik prokrastinasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Vicious cycles lingkaran setan, penundaan yang dilakukan tiada ujung atau selalu berputar seperti lingkaran. Adanya penolakan
terhadap tugas karena malu atau mengkritik diri kemudian membuat pekerjaan menjadi terlantar, akhirnya rasa malu juga meningkat dan
ketakutan, dari umpan balik negatif terhadap pekerjaan juga meningkatkan penundaan.
b. Unrealistic sense of time, individu yang sudah memiliki trait sebagai prokrastinasi mempunyai pandangan yang berlebihan terhadap waktu
untuk menyelesaikan tugas, dan mengabaikan waktunya sehingga rencana yang dibuat sering tidak realistis.
c. Dependence of inspiration mengandalkan inspirasi, seorang prokrastinator sering berpikir ”tommorow I will be in better mood”or
more inspired, or less confused, etc. Individu merasa bahwa dirinya
22 akan dapat mengerjakan dengan baik jika sudah terinspirasi dan akan
lebih terinspirasi jika dikerjakan besok. Adanya figur yang disegani membuat individu menjadi terinspirasi sehingga akan termotivasi
untuk mengerjakan. Berbeda dengan Schouwenburg dalam Irmawati Dwi Fibrianti,
2009: 33 yang mengungkapkan aspek-aspek prokrastinasi akademik dapat diukur melalui ciri-ciri berikut:
a. Menunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas yang dihadapi. Individu tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan,
akan tetapi individu cenderung menunda untuk mulai mengerjakan atau menunda untuk segera menyelesaikan sampai tuntas jika sudah
mengerjakan.
b. Keterlambatan atau kelambanan dalam mengerjakan tugas. Individu yang melakukan prokrastinasi akademik cenderung memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mengerjakan dan menyelesaikan, mempersiapkan diri secara berlebihan perfeksionis akibatnya lamban
dalam mengerjakan. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang
prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan, sering melebihi batas waktu atau tenggang waktu pengumpulan, tidak sesuai dengan yang sudah
direncanakan.
23 d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada
melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator menggunakan waktunya dengan melakukan aktivitas lain yang lebih
menyenangkan dan tidak segera mengerjakan, seperti: membaca
koran, majalah, atau buku cerita lainnya, nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, games dan sebagainya, sehingga waktunya
terbuang sia-sia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinator merujuk pada pendapat Schouwenburg, yaitu menunda untuk mulai
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang dihadapi, keterlambatan atau kelambanan mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dengan
kinerja aktual, dan menggunakan waktunya dengan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.
5. Teori Prokrastinasi Akademik
Beberapa teori yang menjadi dasar perkembangan prokrastinasi akademik, antara lain:
a. Teori Psikodinamik Teori psikodinamik menjelaskan bahwa pengalaman pada masa
kanak-kanak berpengaruh terhadap perkembangan proses kognitif ketika dewasa. Menurut Freud dalam M. Nur Ghufron, 2003: 24
bahwa konsep tentang penghindaran dalam tugas mengatakan bahwa seseorang yang dihadapkan tugas yang mengancam ego pada alam
bawah sadar akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Hal ini bisa