Identifikasi Masalah Batasan Masalah

15 Di kalangan para ilmuwan, istilah prokrastinasi pertama digunakan oleh Brown Holtzman dalam Afiani Rizvi dkk, 1997: 53 untuk menunjuk pada suatu kecenderungan perilaku menunda-nunda penyelesaian tugas atau pekerjaan. Sementara di dalam kamus The Webster’s Revised Unabridge Wyk 2004: 8, prokrastinasi merupakan suatu perilaku atau kebiasaan menangguhkan suatu tugas sampai waktu yang akan datang. Selanjutnya dalam kamus American Heritage Dictionary of the English Languange Wyk 2004: 8, prokrastinasi merupakan perilaku menunda yang disebabkan karena kemalasan dan ketidakpedulian, dan penangguhan atau penundaan yang dilakukan tidak berguna. Artinya, prokrastinasi merupakan kecenderungan perilaku menunda-nunda tugas sampai waktu berikutnya yang diakibatkan karena kemalasan dan ketidakpedulian, dan penundaan yang dilakukan tidak berguna. Lebih dari itu, Solomon and Rothblum dalam Ilfiandra, 2010: 2 menjelaskan bahwa prokrastinasi lebih dari sekedar lamanya waktu dalam menyelesaikan suatu tugas, tetapi juga meliputi penundaan secara konsisten yang disertai oleh kecemasan. Pendapat Solomon dan Rothblum menekankan adanya intensitas prokrastinasi yang sering dilakukan menimbulkan rasa cemas pada diri prokrastinator. Sementara Watson dalam M. Nur Ghufron, 2003: 15 menjelaskan anteseden dari perilaku prokrastinasi berkaitan dengan perasaan takut gagal, tidak suka pada tugas 16 yang diberikan, menentang dan melawan kontrol, mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat keputusan. Di sisi lain definisi prokrastinasi menurut Knaus 2010: xvi merupakan suatu masalah kebiasaan menunda yang dilakukan secara otomatis pada tugas penting dan dikerjakan di lain waktu yang mungkin akan menimbulkan berbagai konsekuensi. Lebih lanjut Knaus 2010: xvi menekankan bahwa konsep prokrastinasi jauh lebih komplek daripada masalah tingkah laku, tetapi prokrastinasi juga melibatkan komponen aspek cognitive, emotive dan behavior. Di sisi lain Samuel Johnson dalam Wyk, 2004: 5 menjelaskan bahwa prokrastinasi merupakan suatu kebiasaan yang mendarah daging, bukan hanya iseng belaka. Artinya, prokrastinasi yang dilakukan bukan hanya sekedar gangguan, akan tetapi sudah menjadi respon tetap atau kebiasan yang dipandang sebagai trait kepribadian. Menurut Burka Yuen dalam M. Nur Ghufron, 2003: 16 perilaku prokrastinasi terjadi karena adanya aspek irrasional pada prokrastinator. Prokrastinator memandang bahwa tugas yang diberikan menuntut kesempurnaan perfeksionis sehingga merasa takut salah dan menunda membuat individu lebih aman. Berbeda dengan beberapa pedapat di atas menurut Wyk 2004: 9 prokrastinator lebih mendahulukan kegiatan yang kurang penting daripada tugas yang menjadi prioritas. Hal tersebut berarti prokrastinator lebih