Penelitian Terdahulu KAJIAN TEORI

52 diterima, dapat menafsirkan suatu keadaan sehingga mampu mempertimbangkan dan mampu membuat keputusan dengan tepat dan orientasinya untuk jangka panjang. Individu dengan kontrol diri rendah ketika dihadapkan pada suatu pilihan akan cenderung mengikuti dorongan untuk melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan dirinya, dengan mencari berbagai cara untuk mendapat kepuasan tanpa memikirkan dampak kedepannya. Dengan kata lain mereka tidak mampu menginterpretasikan atau merespon stimulus dengan baik, justru akan menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Jadi, mahasiswa yang memiliki kontrol diri tinggi akan menjauhkan tindakannya pada hal-hal yang merugikan dirinya. Mahasiswa yang memiliki kontrol diri tinggi akan menggunakan waktu sebagai mana mestinya. Jika tugasnya adalah mengerjakan skripsi, maka mahasiswa tersebut akan fokus pada proses penyusunan skripsi sekalipun tugas atau revisi yang diberikan cukup sulit. Sedangkan, mahasiswa yang kontrol dirinya rendah akan cenderung melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan seperti bermain, nge- game, nongkrong, bekerja dan menghabiskan waktu dengan melakukan hal yang kurang bermanfaat daripada mengerjakan skripsi. Di dalam membuat suatu keputusan pun individu cenderung menghindari situasi yang dirasa melampaui batas kemampuannya. Hal tersebut tergantung pada keyakinan diri individu dengan mencoba seberapa lama individu tersebut mampu menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada atau yang disebut dengan self efficacy efikasi diri. Self efficacy merupakan proses 53 kognitif akan keyakinan diri bahwa dirinya mampu mengerjakan suatu tugas sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Seseorang dengan self efficacy tinggi percaya dan yakin akan memandang sesuatu hal lebih realistis bahwa dirinya mampu mengerjakan tugas-tugas yang dihadapi baik dalam situasi apapun dan akan berusaha lebih giat untuk menghadapi tantangan yang ada. Sementara individu dengan keyakinan diri rendah atau negatif merasa dirinya tidak mampu mengerjakan tugas-tugas yang dihadapi, pesimis dan akan lebih mudah menyerah. Dengan demikian mahasiswa yang memiliki self efficacy tinggi di dalam mengerjakan skripsi siap menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada dan kesulitan yang dihadapi bukan suatu ancaman. Justru, mahasiswa dengan keyakinan diri yang kuat akan menggunakan usaha yang lebih besar untuk segera menyelesaikan skripsi. Berbeda dengan mahasiswa yang kontrol dirinya rendah yang diasumsikan bahwa mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah ketika menghadapi kesulitan merasa ragu dan tidak yakin dengan apa yang dikerjakan. Sehingga, mahasiswa tersebut akan mengurangi usaha dengan menghindari pengerjaan skripsi sampai dirinya merasa yakin bisa mengerjakan. Berdasarakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa self control dan self efficacy merupakan penyebab munculnya perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa di dalam mengerjakan skripsi. Bahwasannya, keyakinan diri mahasiswa dalam mengerjakan skripsi berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam membuat suatu keputusan. Kontrol diri yang rendah membuat 54 mahasiswa tidak mampu mengendalikan diri terhadap stimulus atau respon yang diterima. Maka, mahasiswa yang self control dan self efficacy rendah akan semakin menghindari tujuan-tujuan yang mendukung proses penyusunan skripsi dan berorientasi pada keputusan-keputusan jangka pendek dengan melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsi. Dengan demikian adanya perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi berhubungan dengan rendahnya self control dan self efficacy yang dimiliki.

G. Paradigma Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, dapat dilihat hubungan antara variabel bebas independen yaitu self control sebagai X1 dan self efficacy sebagai X2 dengan variabel terikat dependen yaitu prokrastinasi akademik pada mahasiswa BK UNY yang sedang menyusun skripsi. Hubungan ketiga variabel tersebut merupakan hubungan korelasional. Adapun paradigma penelitian hubungan ini menurut Sugiyono 2009: 44 merupakan paradigma ganda dengan dua variabel independen yang dapat digambarkan, sebagai berikut: