Pengertian dan Macam-macam Permainan Tradisional

36 konsentrasi terhadap materi akan berkurang. Kecuali kegiatan tersebut memang yang ia sukai dan tidak membosankan atau bervariasi. 7. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial. Pada masa ini anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Periode ini seluruh potensi anak mengalami masa peka dan berkembang secara pesat serta lebih cepat. Bila orang dewasa memberikan stimulasi yang tepat pada usia ini, maka anak akan mengalami kenaikan terhadap stimulasi yang dilakukan. Sehingga sangat baik bila pada usia tersebut, anak diberikan stimulasi dalam berbagai aspek. Berdasarkan uraian teori tentang karakteristik anak usia dini di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini umumnya melihat dan memahami persoalan dari sudut pandang dan kepentingan diri sendiri, memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungannya. Dalam kegiatan bermain anak senang berada diterima dan berada di antara teman-temannya. Dalam kemampuannya anak memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda serta memiliki fantasi yang tinggi terhadap sesuatu sehingga terkadang dilebih-lebihkan, namun dalam hal perhatian anak memiliki daya konsentrasi yang pendek tetapi pada masa anak usia dini merupakan masa yang potensial untuk mengembangkan seluruh kemampuannya.

C. Permainan Tradisional untuk Pengembangan Perilaku Moral

1. Pengertian dan Macam-macam Permainan Tradisional

Permainan tradisional memiliki perjalanan cukup panjang dalam perkembangannya, permainan tradisional merupakan mainan dan permaianan yang sering dilakukan oleh orang-orang pada masa lampau, dan di dalam mainan 37 atau permainan tersebut terdapat unsur budaya yang telah memberikan sumbangan bagi kehidupan manusia dimasa lampau sehingga mereka dapat bertahan hingga saat ini Sukirman Dharmamulya, 2008: 18. Hal ini dikarenakan anak kecil selalu meniru permainan anak yang lebih besar, dimana anak yang lebih besar tersebut dahulu juga meniru permainan dari generasi anak sebelumnya Hurlock, 1978: 322-323. Sehingga dapat dikatakan pada satu kebudayaan yang dimiliki dalam masyarakat dalam satu generasi akan menurunkan bentuk permainan yang paling memuaskan ke generasi berikutnya. Permainan tersebut merupakan warisan turun temurun dari suatu nenek moyang masyarakat itu tinggal. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan tradisiona masuk ke dalam salah satu permainan yang dipengaruhi tradisi dari generasi yang terdahulu atau nenek moyang, dan memiliki nilai budaya di dalamnya. Permainan tradisional memiliki makna tersendiri bagi orang-orang yang menjalaninya, misalnya berlomba untuk menang tanpa berbuat curang yang mengajarkan nilai untuk berjuang dan berbuat baik tanpa kebohongan sehingga mereka dapat mencapai apa yang mereka harapkan. Nilai-nilai yang terdapat dalam masing-masing permainan akan memupuk rasa tanggung jawab dan kebijaksanaan bagi yang melakukannya. Pemain dituntut untuk mematuhi aturan agar mendapat hasil yang baik tanpa berbuat curang. Permainan juga mengasah kognitif anak untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi ketika bermain. Indonesia memiliki banyak sekali permainan yang dilahirkan dari berbagai suku. Di Pulau Jawa khususnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, juga memiliki berbagai permainan yang muncul dari masyarakat. Di daerah Jawa 38 memiliki banyak sekali koleksi permainan tradisional yang masih dimainkan hingga saat ini oleh anak-anak. Sukirman Dharmamulya 2008, 35-36 menggolongkan jenis-jenis permainan tradisional berdasarkan kategori menurut pola permainan menjadi 3 macam, yaitu kategori bermain dengan bernyanyi dan dialog, kategori bermain dan olah pikir, serta bermain dan adu ketangkasan. Semua permainan yang ada dalam setiap kategori permainan memiliki aturan- aturan yang mengatur jalannya permainan. Di setiap daerah atau kecamatan berbeda aturannya, tetapi pada umumnya memiliki kesamaan tujuan dalam memainkannya. Menurut Sukirman Dharmamulya, dari 4 kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo dan Gunung Kidul yang ada di DIY, Kabupaten Sleman memiliki paling banyak ragam permainan tradisional. Permainan-permainan tradisional yang ada di DIY antara lain: a. Bermain dan Bernyanyi, atau Dialog Permainan anak dengan pola bernyanyi atau berdialog adalah bernyanyi atau dialog merupakan inti dari permainan tersebut. Biasanya permainan dilakukan secara berkelompok. Permainan dilakukan dengan bernyanyi, bertepuk tangan atau bergerak sesuai irama lagu. Beberapa permainan yang masuk dalam katagori permainan bermain, bernyanyi dan dialog yaitu: 1 Bhetet Thing-Thong. Nama permainan Bhetet Thing-Thong diambil dari syair lagu yang dinyanyikan dalam permainan. Bhetet adalah nama seekor burung berparuh merah dan berbulu hijau mengkilat, dan kata Thing-Thong adalah istilah untuk tiruan bunyi Dharmamulya, 2008: 44. Jumlah peserta dalam permaianan ini sekitar 3-7 orang anak dengan 39 berbagai usia. Permainan dimulai dengan mencari tempat yang cukup luas, kemudian mereka mencari salah satu anak yang akan menjadi Embok ibu, misalnya dari A, B, C , D dan E maka A dipilih menjadi Embok . Embok merupakan pemimpin jalannya permainan. Permainan diawali dengan membentuk lingkaran dengan posisi duduk dan mengangkat tangan kiri mereka setinggi dada dengan telapak tangan menghadap ke bawah, kemudian menyanyikan lagu Bhetet Thing-Thong bersama-sama. Adapun syair lagu Bhetet Thing-Thong sebagai berikut: Bethet thing thong legendhut gong Gonge ilang Camcao gula kacang Wung-kedawung ilang Ketika anak-anak menyanyikan lagu Bhetet Thing-Thong, maka si Embok menunjuk jari setiap pemain menurut suku kata yang ada dalam lagu. Jika lagu habis dan si Embok menunjuk jari pada seorang anak, maka jari tersebut harus ditekuk atau ilang. Lagu Bhetet Thing-Thong diulang terus menerus sampai semua jari habis ditekuk. Pemain yang paling akhir ditekuk jarinya dianggap kalah dadi, dan pemain yang lain adalah mentas . Setelah diketahui siapa yang dadi maka si Embok memberi aba- aba agar semua pemain mentas berlari, dan pemain dadi harus mengejar pemain mentas sampai dapat. Bila salah satu pemain mentas misalnya C tertangkap oleh pemain dadi B, maka C menjadi pemain dadi dan B menjadi pemain mentas kemudian C mengejar pemain mentas termasuk B hingga tertangkap. Permainan berakhir ketika semua pemain pernah tertangkap. 40 2 Cublak-Cublak Suweng. Nama permainan Cublak-cublak Suweng berasal dari kata Cublek-cublek yang artinya ditonjok-tonjok dan Suweng subang yang terbuat dari tanduk disebut uwer Dharmamulya, 2008: 57. Bila uwer sulit didapat maka dapat diganti dengan kerikil, biji-bijian atau apa saja yang mudah didapat. Permainan dimulai dengan menentukan siapa yang dadi dan siapa anak yang mentas dengan jalan hom pim pah. Setelah diketahui yang mentas dan dadi, maka dipilihlah seorang pemimpin Embok untuk memimpin jalannya permainan. Pemain dadi duduk dengan posisi tertunduk, kemudian pemain mentas mengelilingi pemain dadi dan melatakkan kedua tangan mereka di atas punggung pemain dadi. Si Embok membawa uwer atau kerikil di tangan kanan dan ditekankan berurutan ditangan para pemain mentas dan bersama-sama bernyanyi lagu Cublak-cublak Suweng. Jika lagu Cublak-cublak suweng telah sampai pada kalimat “sopo ngguyu ndelekake”, maka Embok akan memberikan kerikil pada tangan terakhir yang ditekannya yaitu pada kata ndelekake untuk menyembunyikan kerikil di tanganya. Pada syair sir sir pong dele kopong semua tangan pemain harus menggenggam dengan jari telunjuk di buka dan bergerak naik turun seperti memarut. Pemain dadi duduk dan melihat tangan para pemain mentas dan menebak dimana kerikil atau uwer disembunyikan. 41 Bila pemain dadi berhasil menebak dimana uwer disembunyikan maka pemain dadi berubah menjadi pemain mentas, tetapi jika pemain dadi salah menebak maka ia kembali menjadi pemain dadi. Permainan cublak-cublak suweng berakhir ketika anak-anak sudah merasa bosan. 3 Dhingklik Oglak-aglik. Kata Dhingklik oglak-aglik berarti sebuah bangku terbuat dari kayu atau bambu yang pasaknya tidak seimbang atau tidak bagus sehingga bergerak-gerak dan yang duduk akan jatuh Dharmamulya, 2008: 57. Jumlah pemain pada permainan ini sekitar 3-5 orang, tetapi bila dibuat pertandingan maka dibutuhkan 2 kali lipatnya dan terbagi menjadi dua tim. Permainan dhingklik oglak-aglik hanya membutuhkan ruang berupa sebidang tanah yang sebaiknya tidak berubin agar tidak sakit ketika jatuh. Jika permainan hendak dilakukan dengan bentuk pertandingan, maka dapat dibuat peraturan seperti kelompok yang jatuh terlebih dahulu itulah yang kalah, bagi kelompok yang kalah akan dikenakan sanksi sesuai dengan kesepakatan dan peserta yang terpisah dari ikatan kelompoknya dianggap jatuh. Permainan diawali dengan saling bergandengan membentuk lingkaran, bila pemain terdiri dari 4 orang anak A, B, C dan D, maka anak A dan B menerobos tangan C dan D sehingga posisi mereka saling membelakangi. Salah satu kaki setiap pemain diangkat dan saling dikaitkan antar pemain disampingnya sehingga menjadi kokoh. Gandengan tangan kemudian perlahan dilepaskan, lalu para pemain 42 bertepuk tangan sambil melompat lompat berputar. Permainan berakhir ketika ada pemain yang jatuh atau terlepas. 4 Jamuran. Permainan Jamuran adalah permainan dengan diiringi lagu. Jamuran sendiri berasal dari kata “jamur” yang berarti cendawan dengan imbuhan kata “–an”, dan berbentuk bulat sehingga dalam permainan digambarkan membentuk lingkaran Dharmamulya, 2008: 83. Peserta permainan tidak dibatasi namun pada umumnya adalah sekitar 4-12 anak dengan jenis kelamin bebas. Permainan dimulai dengan berkumpul dan mengundi siapa yang dadi dan siapa yang mentas. Dadi berarti kalah dan berada di tengah menjadi pusat dan mentas berarti berdiri membentuk lingkaran dan mengelilingi yang di tengah atau yang sedang dadi. Pemain yang membentuk lingkaran bergerak berputar sambil menyanyikan lirik lagu Jamuran . Setelah bait terakhir maka gerakan berputar berhenti dan pemain tengah menjawab pertanyaan. Jenis jawaban yang biasanya digunakan contohnya Jamur Let Uwong, yaitu ketika anak yang di tengah meminta jawaban ini maka semua pemain harus mencari pasangannya sekitar 2-3 orang dalam 1 kelompok kemudian saling berangkulan. Pemain dianggap dadi bila pemain yang berada di tengah mampu memisahkan anak dari rangkulan. Sehingga pemain yang semula ditengan menjadi mentas dan ikut berputar dalam permainan. Jamur lot kayu, maka semua pemain yang membuat lingkaran cepat-cepat mencari segala benda yang berasal dari kayu atau bisa juga 43 pohon untuk dipegang atau dipeluk dan yang dadi harus lari untuk mengejar anak yang belum mendapatkan benda yang terbuat dari kayu. Jika pemain belum mendapatkan benda dari kayu dan tertangkap oleh yang dadi maka pemain yang tertangkap tersebut menjadi pemain dadi. Dan pemain yang semula dadi menjadi mentas. Jamur parut, jika pemain dadi menginginkan jamur parut, maka pemain yang melingkar harus menyiapkan telapak kaki mereka untuk digelitik oleh pemain dadi. Jika ada anak yang digelitik merasa geli dan tertawa maka berubah status menjadi pemain dadi. Jamur kethek menek, para pemain yang membentuk lingkaran meniru gerakan monyet dan mereka memanjat pohon, bangku atau yang lainnya, yang penting tidak menginjak tanah. Demikian beberapa jenis jamur yang sering dikenal anak-anak, akan tetapi masih banyak lagi yang dikenal anak tergantung daerah masing-masing. 5 Sliring Gending. Di beberapa wilayah permainan Sliring Gending juga dikenal dengan nama Blarak Sempal daun kelapa yang lepas dari pohonnya. Di beberapa daerah seperti di daerah Sleman dinamakan Trim-triman karena mirip dengan permainan komedi putar dalam pasar malam Dharmamulya, 2008: 115. Permainan ini dapat dilakukan dengan jumlah anak yang genap. Minimal 4 anak dan maksimal 8 anak, dan dibagi menjadi 2 kelompok, dadi dan mentas. Permainan ini memerlukan tempat yang cukup luas dan memerlukan tabon , yaitu kulit kelapa yang cukup besar dan utuh. Kullit 44 kelapa ini digunakan sebagai landasan bertumpunya kaki-kaki para pemain yang mentas. Permainan dimulai dengan menentukan kelompok yang dadi dan mentas dengan jalan melakukan sut. Kelompok yang menang akan bermain terlebih dahulu kelompok mentas. Kelompok mentas duduk dengan kaki terjulur ke tabon,dan meletakan tumit diatas tabon, kemudian kelompok dadi berdiri menggandeng kelompok mentas. Jika permainan telah disepakati untuk dimulai maka kelompok dadi akan berputar sambil menarik tangan para pemain mentas. Pemain mentas harus berusaha untuk tetap menumpu pada tabon. Bila pemain mentas saat diayun ada yang jatuh maka mereka gantian bermain, yaitu menjadi kelompok dadi. b. Bermain dan olah pikir Permainan jenis ini umumnya bersifat individual dan bersifat kompetitif. Contoh permainan yang masuk kedalam katagori bermain dan olah pikir antara lain: 1 Bas-basan Sepur. Kata Bas adalah kependekan dari kata tebas yaitu borong Dharmamulya, 2008: 123. Kata tebas digunakan dalam kegiatan jual beli hasil pertanian. Permainan bas-basan sepur menyerupai dengan kegiatan memborong seperti pada jual beli, tetapi permainan ini menggunakan uwong orang-orangan seperti biji-bijian sebagai alat untuk menjalankan permainan. Jumlah peserta permainan bas-basan sepur adalah 2 orang. Setiap pemain membutuhkan 14 uwong atau biji- 45 bijian, dan bentuk biji-bijian setiap anak harus berbeda misalnya A biji sawo dan B menggunakan biji salak atau melinjo. Permainan dimulai dengan membuat petak-petak sebagai arena permainan. Petak-petak tersebut dibuat seperti papan catur namun dikeempat sisi terdapat lengkungan mirip seperti rel kereta api. Permainan bas-basan sepur dimulai dengan menentukan siapa yang bermain lebih dahulu. Di awal permainan pemain hanya boleh bergeser satu langkah maju, mundur, kekanan atau kekiri dan dilakukan secara bergantian misalnya A kemudian B dan seterusnya. Setelah dirasa memiliki peluang maka pemain menyusun strategi untuk memakan uwong lawan, tetapi harus melewati lengkung yang ada disalah satu sisi. Jadi langkah-langkah permulaan hanya bisa menggeser satu langkah uwong yang mereka miliki untuk membuka jalan yang ada di sekitar lengkung pojok agar dapat memakan uwong lawan. Ketika telah memiliki peluang untuk memakan uwong lawan, maka kita menggerakan uwong melalui lengkungan dahulu kemudian masuk ke garus lurus yang bersih yang tidak ada uwongnya kemudian baru memakan uwong lawan. Cara memakan uwong lawan adalah dengan mengambil uwong lawan kemudian meletakan uwong kita ke posisi uwong lawan berada. Pemain yang dinyatakan kalah adalah pemain yang telah kehabisan uwong dalam permainan bas-basan sepur, dan biasanya tidak dikenakan konsekuensi bagi yang menang ataupun yang kalah. 46 2 Dhakon. Dhakon berasal dari kata dhaku dan mendapatkan imbuhan an pada akhir kata. Dhaku berarti mengaku bahwa sesuatu yang menjadi miliknya Dharmamulya, 2008: 128. Permainan dhakon merupakan permainan yang berlatar belakang pertanian, oleh karena itu dalam permainan ini dikenal sawah lubang-lubang kecil sejumlah 5, 7, 9 atau 11 yang terdiri dari dua baris dan lumbung 2 lubang besar yang ada di sisi kanan dan kiri. Jadi didalam permainan dhakon adalah menggambarkan bagaimana cara petani mendapatkan hasil sebanyak mungkin dari sawah yang kemudian disimpan dalam lumbung. Permainan dimulai dengan mengisi sawah dengan kepingan biji yang biasa disebut kecik. Jumlah kecik yang digunakan disesuaikan dengan jumlah sawah yang ada disetiap baris. Apabila dalam satu baris terdapat 5 lubang sawah maka cara menghitung kecik yang dibutuhkan adalah 5 biji x 5 sawah x 2 pemain = 50 biji, jadi semua sawah diisi dengan masing-masing 5 biji. Setelah semua sawah terisi kemudian kedua pemain menentukan siapa yang bermain terlebih dahulu dengan cara suit, dan yang menang akan bermain lebih dahulu. Pemain yang pertama mengambil semua biji dari salah satu sawah yang dimilikinya, kemudian membagi satu persatu ke dalam sawah dengan urutan ke kanan kemudian ke sawah lawan. Bila biji terakhir jatuh ke sawah yang berisi kecik maka semua kecik tersebut diambil kemudian dilanjutkan membagi kecik, namun bila ternyata hanya sampai pada sawah yang kosong atau lumbungnya sendiri 47 maka pemain harus berhenti dan bergantian dengan pemain selanjutnya. Kecuali bila ia berhenti pada sawahnya yang kosong tetapi di atasnya sawah lawan terdapat kecik maka pemain boleh mengambil kecik yang ada di sawah lawan tersebut untuk disimpan di lumbungnya, hal ini biasa disebut mbedhil atau ngebom. Pemain yang menang adalah yang paling banyak memiliki kecik, dan yang kalah adalah pemain yang hanya mendapatkan sedikit kecik. c. Bermain dan adu ketangkasan Jenis permainan ini merupakan salah satu permainan kompetitif yang bisa dimainkan oleh kelompok. Permainan ini membutuhkan lokasi yang cukup luas dan pola permainan ini diakhiri dengan posisi menang atau kalah. Contoh permainan yang termasuk kedalam adu ketangkasan adalah: 1 Engklek. Selain disebut engklek, permainan ini juga disebut ingkling. Dinamakan engklek atau ingkling karena dalam permainan ini dilakukan dengan cara melompat menggunakan satu kaki Dharmamulya, 2008: 145. Permainan engklek dilakukan minimal 2 orang dan maksimal 6 orang. Dalam permainan ini juga dikenal dengan adanya istilah bawang kothong , yaitu adanya pemain yang tidak mempunyai hak dan kewajiban tetapi diizinkan mengikuti permainan. Permainan dilakukan secara individual bukan kelompok. Adapun alat yang digunakan adalah gacuk atau kreweng yaitu pecahan genting atau tembikar yang penting tidak mudah pecah ketika dilempar. Anak-anak yang ingin mengikuti permainan berkumpul membuat petak-petak dan setiap anak mencari 48 gacuk yang berbeda untuk memudahkan menandai kepemilikannya. Adapun petak yang dibuat sebagai berikut ; 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gambar 1. Contoh Arena dalam Permainan Engklek Untuk mementukan siapa yang bermain terlebih dahulu dilakukan undian atau sut. Pemain yang menang boleh bermain dulu, misalnya A bermain terlebih dahulu dengan melempar gacuk pada petak 1. Pemain A harus engklek dari pentasan garis start langsung ke petak 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 karena gacuk yang ia miliki ada dipetak 1. Tapi khusus untuk petak 5,6 dan 8,9 pemain harus melakukan obrog kedua kaki menginjak tanah dimasing-masing petak, kemudian kembali lagi ke pentasan dengan engklek pada petak 9 sampai petak 2. Pemain A harus berhenti di petak 2 dan mengambil gacuk di petak 1 dengan jongkok tetapi tidak 49 boleh bertumpu pada tangan atau kaki yang satu tetap tidak boleh menyentuh tanah kemudian kembali kepentasan untuk melempar gacuk pada petak ke 2 dan selanjutnya. Permainan berganti jika si A atau pemain melakukan pelanggaran yakni menginjak garis pada petak, pemain menginjak gacuk lawan, atau pemain mengenai gacuk lawan ketika melempar gacuk yang ia miliki. Bila pemain telah sampai pada petak ke 9, maka selanjutnya ia melempar gacuk pada petak ke 10 atau disebut dengan bulan, kemudian ia engklek dari petak ke 1 sampai 9 dan keluar dari petak ke 9 dan mengambil gacuk di petak 10 lewat atas atau luar. Bila ia telah mendapatkan gacuk tersebut maka ia harus kembali engklek dari petak ke 9 sampai 1. Apabila pemain A berhasil mendapatkan bulan atau di petak 10, maka ia berhasil mendapatkan omah atau sawah. 1 Benthik. Benthik berarti bentur, benturan ini biasanya akan menghasilkan bunyi “thik” Dharmamulya, 2008: 157. Benturan yang dimaksud adalah ketika kayu-kayu saling berbenturan sewaktu bermain. Permainan benthik disetiap daerah memiliki perbedaan cara maupun aturan permainan. Umumnya dalam permainan ini dibutuhkan dua buah ranting dengan panjang yang berbeda. Benthong yaitu ranting berukuran kurang lebih 40 cm untuk mengungkit dan memukul janak, sedangkan janak yaitu ranting berukuran kurang lebih 15 cm. Permainan benthik dimulai dengan mencari pasangan setiap anak dan akan dibagi menjadi dua kelompok sama banyak. Kelompok yang 50 menang adalah yang bermain terlebih dahulu, tetapi sebelum bermain harus membuat luwokan terlebih dahulu. Luwokan adalah lubang di tanah yang dibuat tidak terlalu dalam untuk meletakan janak melintang di atasnya. Misalnya posisi permainan membujur dari barat sampai timur, maka pemain kelompok 1 yang bukan melakukan uthat mengungkit serta kelompok 2 yang kalah melakukan jaga di sebelah timur luwokan. Pemain yang melakukan uthat berdiri di dekat luwokan dan memegang benthong dan ujungnya dimasukan ke dalam luwokan tepat dibawah janak yang melintang. Setelah semua pemain siap maka pemain uthat mengungkit janak sekuat tenaga ke arah timur sebisa mungkin jauh dari luwokan. Kelompok 2 sebisa mungkin untuk menangkap janak dan menyentuhkan ke tanah agar pemain A kelompok 1 berakhir bermain dan berganti pemain B, tetapi jika yang menangkap adalah anggota kelompok 1 maka pemain A melanjutkan uthat lagi. Apabila pemain B dan C kelompok 1 di dalam uthat gagal atau hangus maka dilakukan pergantian pemain yaitu yang melakukan lemparan adalah kelompok 2, namun bila janak berhasil ditangkap oleh teman sekelompok maka ia harus membuang janak lebih jauh lagi ke arah barat, dan kelompok 2 harus berusaha menangkap atau mengambil janak dan melempar kearah luwokan . Setelah janak dilempar dekat luwokan oleh kelompok 2 maka dilakukan pengukuran, bila ternyata jarak janak dan luwokan kurang dari 1 benthong maka pemain A harus berakhir dan diganti dengan pemain B 51 yang masih dalam satu kelompok, tetapi jika jaraknya adalah 4 benthong maka kelompok 1 mendapat nilai 4 dan pemain A dapat bermain lagi. Berbeda halnya jika pemain A memukul dan janak jatuh ke tanah atau tidak ada yang mampu menangkap, maka janak dilempar kembali ke arah luwokan kemudian diukur bila kurang dari satu benthong maka matilah si pemain dan berganti dengan kelompok 2. Permainan dinyatakan menang apabila kelompok tersebut mendapat nilai sesuai dengan kesepakatan sebelumnya misalnya nilai 10. Dari uraian tentang pengertian dan macam-macam permainan tradisional dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan tradisional merupakan permainan yang wariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya dan memiliki unsur budaya diadalamnya. Adapun macam-macam permainan yang ada di Yogyakarta dibagi ke dalam 3 katagori permainan yaitu bermain dengan bernyanyi dan dialog, bermain dan olah pikir dan bermain dan adu ketangkasan. Adapun contoh permainan bermain dengan bernyanyi dan dialog meliputi permainan Bethet Thing Thong, Cublak-cublak Suweng, Dhingklik Oglak Aglik, Jamuran, dan Sliring Gendhing. Contoh permainan bermain dan olah pikir adalah Bas-basan Sepur dan Dhakon . Contoh permainan adu ketangkasan seperti Engklek dan Benthik.

2. Manfaat Permainan Tradisional Untuk Perilaku Moral

Dokumen yang terkait

MENGEMBANGKAN NILAI AGAMA MORAL ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK Mengembangkan nilai agama moral anak melalui permainan tradisional congklak pada anak kelompok B di tk aisyiyah 16 ngringo jaten karanganyar Tahun ajaran 2013/

0 2 16

MENGEMBANGKAN NILAI AGAMA MORAL ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK Mengembangkan nilai agama moral anak melalui permainan tradisional congklak pada anak kelompok B di tk aisyiyah 16 ngringo jaten karanganyar Tahun ajaran 2013/

0 1 11

PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF MELALUI TERAPI PERILAKU PADA ANAK KELOMPOK B DI RA PERWANIDA SINE SRAGEN Penanganan Anak Hiperaktif Melalui Terapi Perilaku Pada Anak Kelompok B Di Ra Perwanida Sine Sragen Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 15

PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF MELALUI TERAPI PERILAKU PADA ANAK KELOMPOK B DI RA PERWANIDA SINE SRAGEN Penanganan Anak Hiperaktif Melalui Terapi Perilaku Pada Anak Kelompok B Di Ra Perwanida Sine Sragen Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA PADA ANAK KELOMPOK B (KELOMPOK SALMAN) RA Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Melalui Permainan Ular Tangga Pada Anak Kelompok B (Kelompok Salman) RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo Tahu

0 2 18

PENINGKATAN PERCAYA DIRI MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA EDUKATIF PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL (RA), KRAPYAK, TRIHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 3 189

PENINGKATAN PERILAKU ALTRUISTIK MELALUI BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA BAKTI I SLEMAN.

0 2 147

PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA KERINGAN TURI SLEMAN YOGYAKARTA.

2 10 153

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA NGABEAN 2 TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA.

0 7 135

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK KELOMPOK B MELALUI PERMAINAN TANGGA LITERASI DI RA (RAUDHATUL ATHFAL) AL-BARAAKAH SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN.

0 0 166