34 Dari beberapa kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama
dari pembelajaran perilaku moral pada anak adalah untuk membantu mengasah kemampuan dan ketrampilan terutama dalam hal perilaku moral melalui kegiatan-
kegiatan yang dirancang oleh sekolah. Kegiatan- kegiatan tersebut seperti adu argumen, pemecahan masalah atau dihadapkan pada konflik. Dengan demikian
tujuan utama bagi anak adalah untuk membelajarkan bagaimana bertindak berdasarkan penalaran moral. Sedangkan tujuan pembelajaran perilaku moral
adalah menuntun anak pada kematangan moral sehingga mampu bergabung dengan masyarakat. Untuk anak usia TK tujuan pembelajaran perilaku moral
ditujukan pada pembinaan perilaku dan sikap melalui pembiasaan.
B. Karakteristik Peserta Didik
Agar memiliki persepsi yang sama tentang anak usia dini maka perlu adanya penjelasan tentang karakteristik yang dimiliki anak usia dini. Karakteristik anak
usia dini juga menentukan bagaimana cara kita menyampaikan materi kepada anak. Richard D. Kellough 1996 dalam Sofia Hartati 2005: 8-11 menjelaskan
tentang karakteristik anak usia dini yang dijelaskan sebagai berikut: 1.
Anak itu bersifat egosentris Anak usia dini akan cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut
pandang dan kepentingannya sendiri. Anak usia dini memiliki cara pandang tersendiri dan umumnya menyatakan bahwa diri mereka yang paling benar, seperti
pada perilaku yang masih ditunjukan ketika mereka berebut mainan. Ketrampilan yang diperlukan dalam mengurangi egosentris di antaranya adalah dengan
mengajarkan anak untuk mendengarkan orang lain.
35 2.
Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar Menurut Brooks and Brooks 1993 dalam Maria J. Wantah 2005: 9
“keuntungan yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya adalah dengan menggunakan
fenomena atau
kejadian yang
tidak biasa
”. Dengan keingintahuannya tersebut dapat memancing keinginan anak untuk terus
memecahkan masalah. 3.
Anak adalah makhluk sosial Anak senang diterima dan berada di antara teman-temannya. Mereka
senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini juga dilihat dari bagaimana mereka bermain dan melakukan hal-hal
eksploratif. 4.
Anak bersifat unik Setiap anak memiliki gaya dan bawaan tersendiri. Mereka memiliki minat,
bakat dan latar belakang yang berbeda-beda. Meskipun secara umum tahapan perkembanganya dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya
memiliki perbedaan antara individu satu dengan yang lain. 5.
Anak umumnya kaya dengan fantasi Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, terkadang mereka juga
bercerita melebihi pengalaman-pengalaman yang ia miliki. 6.
Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek Pada umumnya anak usia dini memiliki daya konsentrasi yang rendah,
mereka selalu cepat mengalihkan perhatian pada apa yang tidak ia sukai sehingga
36 konsentrasi terhadap materi akan berkurang. Kecuali kegiatan tersebut memang
yang ia sukai dan tidak membosankan atau bervariasi. 7.
Anak merupakan masa belajar yang paling potensial. Pada masa ini anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Periode ini seluruh potensi anak mengalami masa peka dan berkembang secara pesat serta lebih cepat. Bila orang dewasa memberikan stimulasi yang tepat
pada usia ini, maka anak akan mengalami kenaikan terhadap stimulasi yang dilakukan. Sehingga sangat baik bila pada usia tersebut, anak diberikan stimulasi
dalam berbagai aspek. Berdasarkan uraian teori tentang karakteristik anak usia dini di atas dapat
disimpulkan bahwa anak usia dini umumnya melihat dan memahami persoalan dari sudut pandang dan kepentingan diri sendiri, memiliki rasa ingin tahu yang
besar terhadap lingkungannya. Dalam kegiatan bermain anak senang berada diterima dan berada di antara teman-temannya. Dalam kemampuannya anak
memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda serta memiliki fantasi yang tinggi terhadap sesuatu sehingga terkadang dilebih-lebihkan, namun dalam hal perhatian
anak memiliki daya konsentrasi yang pendek tetapi pada masa anak usia dini merupakan masa yang potensial untuk mengembangkan seluruh kemampuannya.
C. Permainan Tradisional untuk Pengembangan Perilaku Moral