28 Berdasarkan uraian ciri-ciri pencapaian moral di dalam tingkat pencapaian
perkembangan moral dan beberapa teori dapat dijadikan indikator perilaku moral pada anak untuk usia 5-6 tahun yang digunakan dalam kegiatan bermain
permainan tradisional antara lain seperti mau bermain bersama teman, mau membantu teman, bersabar ketika menunggu giliran, mematuhi aturan yang
berlaku dalam permainan serta membuat keputusan yang adil dalam bermain. Indikator ini berfungsi sebagai penanda bahwa anak telah mencapai
perkembangan moral sesuai yang diharapkan dalam Permendiknas No.58 Tahun 2009.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Moral
Dari awal kehidupan seorang anak, mereka dituntut untuk memiliki moral yang baik dan sesuai dengan harapan yang ada pada kelompoknya. Tetapi seiring
dengan berjalannya usia, mereka akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang semakin banyak terkait dengan moral. Bisa jadi perilaku moral yang dinilai
baik untuk kemanusiaan juga belum tentu dinamakan perilaku moral yang mengandung nilai moral bila tidak disertai dan didasarkan pada penalaran moral
Asri Budiningsih, 2004: 5. Tindakan moral pasti memiliki faktor yang mempengaruhi dilakukannya perilaku moral. Pembelajaran moral merupakan
salah satu alternatif dalam memberikan sumbangan pengalaman dalam mengambil tindakan moral yang tepat.
29 Maria J. Wantah membagi dasar-dasar pembentukan perilaku moral tersebut
dalam beberapa poin: a.
Moral perhatian prenatal Pada awal kehidupannya seorang anak di bentuk oleh nilai-nilai orang
dewasa Wantah, 2005: 45. Nilai-nilai tersebut ditunjukan oleh ayah dan ibu ketika anak tersebut masih didalam kandungan. Nilai tersebut diwujudkan seperti
seorang ibu yang hati-hati dalam mengkonsumsi makanan dan menjaga kandungannya agar anak tersebut tumbuh sehat sesuai dengan yang diharapkan.
Begitu juga dengan ayah yang memberikan perhatian kepada ibu yang mengandung anaknya. Wujud perhatian tersebut merupakan nilai-nilai yang
ditunjukan orang tua untuk kebaikan anaknya. b.
Arkeologi moral : prinsip kenikmatan. Selain perhatian yang ditunjukan oleh orang tua, perbuatan baik memiliki
suatu nilai tersendiri dalam prinsip kenikmatan Wantah, 2005: 97. Perbuatan baik adalah apabila perbuatan itu manjamin adanya atau mendatangkan
kenikmatan atau suatu kesenangan. Sedakan tidak baik adalah apabila perbuatan itu menghasilkan rasa sakit, penderitaan atau keadaan yang tidak menyenangkan.
c. Kecemasan dan krisis dalam dasar-dasar perkembangan moral.
Kecemasan yang berlebihan dan muncul pada tahun awal seorang anak akan mengganggu dasar-dasar perkembangan diri dan pembentukan perilaku moral
seorang anak Wantah, 2005: 99. Dalam beberapa tahapan belajar anak mulai diperkenalkan dengan berbagai nilai dan norma sebagai bagi tindakan dan
perilaku. Sehingga anak akan memiliki perbedaan tiap tahapannya. Namun bila
30 anak mengalami keterbatasan dalam pengembangannya maka dapat mengahambat
perkembangan perilaku moralnya, seperti ragu-ragu dalam mengambil keputusan. d.
Kehidupan emosional sebagai dasar pembentukan perilaku moral. Dalam penelitian oleh Coles 2000 dalam Maria J. Wantah 2005: 104
ditemukan bahwa kehidupan moral anak usia dini telah jauh berkembang sebelum perkembangan bahasanya. Komunikasi nonverbal umumnya melibatkan unsur
emosional pada seseorang, menjadi landasan pembentukan perilaku moral pada anak.
e. Bahasa sebagai sarana dasar pembentukan perilaku moral.
Bahasa menjadi sarana ekspresi perilaku moral. Pada usia awal anak belajar mengungkapkan pemikiran, keinginan dan tindakanya melalui
kata “ya” dan “tidak” Wantah, 2005: 106. Terkadang orang dewasa juga menggunakan kata-
kata untuk membentuk perilaku pada anak, seperti larangan atau nasihat. Jika larangan yang diberikan oleh orang dewasa hanya menggunakan kata “jangan”
atau “tidak” tanpa diberikan alasannya maka akan memberikan landasan yang mungkin keliru bagi anak dalam pembentukan perilaku moral, sehingga anak
menjadi kaku, penurut dan kemudian kelak anak tidak mempu mengembangkan penalaran moral moral reasoning.
Berdasarkan karakteristik siswa terkait dengan pembelajaran perilaku moral ada 4 hal yang berhubungan diantara keduanya, yaitu pemahaman atau penalaran
moral, kepercayaan atau iman, perasaan moral empati, dan tindakan moral peran sosial Asri Budiningsih, 2004: 69-84.
31 a.
Karakteristik siswa berhubungan dengan pemahaman atau penalaran moral Dalam kebanyakan pendidik penanaman perilaku moral pada karakteristik
ini adalah menggunakan cara instruktif, ceramah, nasihat, hukuman edukatif, dan diskusi. Sebaiknya guru atau orang tua dalam mengembangkan pembelajaran
perilaku moral menggunakan pendekatan kognitif karena penalaran moral lebih menekankan pada pertimbangan-pertimbangan yang mengikutsertakan pemikiran
untuk menentukan kebenaran atau mempertimbangkan berbagai faktor dalam tindakan moral.
b. Karakteristik siswa berhubungan dengan kepercayaan eksistensial atau iman
Asri Budiningsih 2004; 76 menyatakan bahwa agama adalah kumpulan bentuk-bentuk ungkapan iman yang diwariskan oleh generasi terdahulu kepada
generasi berikutnya. Perjalanan aturan yang ada dalam agama biasanya adalah tinggal menerima dan meyakini yang ada dalam tuntunanya. Menurut Fowler,
kepercayaan eksistensial iman berbeda dengan agama Fowler dalam Asri Budiningsih, 2004: 77. Kepercayaan eksistensial lebih pada kesadaran akan
sejumlah kondisi pembatas dan situasi batas dalam hidup, seperti perasaan keterbasan diri, serta pengalaman terhadap suatu pilihan dalam beberapa situasi.
Dalam proses belajarnya, guru bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan kepercayaan yang ada pada diri anak, sehingga akan memungkinkan
siswa untuk lebih terbuka dan sadar akan perkembangan kepercayaan mereka sendiri.
32 c.
Karakteristik siswa berhubungan dengan perasaan moral empati Dilihat dari budayanya, setiap daerah memiliki karakteristik perasaan moral
yang berbeda. Seperti di Jawa prisnip kerukunan dan prisip hormat akan menentukan pola pergaulan Hildred Geertz, 1983 dalam Asri Budiningsih, 2004:
79-81. Kerukunan yang ada dalam masyarakat Jawa bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan harmonis, selaras, tenang dan
tentram, tanpa perselisihan dan pertentangan. Persatuan yang dibentuk dari prinsip kerukunan dimaksudkan untuk saling membantu satu sama lain. Dari prinsip
tersebut akan melahirkan perilaku moral, karena mereka dituntut menggunakan bahasa-bahasa yang lembut dan terkesan lebih menghormati orang lain.
d. Karakteristik siswa berhubungan dengan tindakan moral peran sosial
Peran sosial merupakan bagaimana seseorang dapat menjadi bagian dari sekelompok masyarakat. Dalam mengambil tindakan moral atau sebagai peran
sosial maka diperlukan pengalaman sosial. Pengalaman sosial tersebut berupa jumlah dan keanekaragaman kesempatan untuk mengambil sejumlah peran dan
untuk berjumpa dengan sudut pandang lain. Berdasarkan uraian dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi perilaku moral seorang anak didapat dari nilai yang dijarkan oleh orang dewasa dari sebelum dilahirkan, prinsip kenikmatan ialah selama ia
melakukan kebaikan maka menjamin suatu kesenangan, serta bahasa dan emosional sebagai dasar pembentukan perilaku moral. Dalam pengembangan
perilaku moral juga harus memperhatikan 2 hal penting yaitu karateristik anak dan pembelajaran moral. Yang pertama guru atau pengasuh dalam mengembangkan
33 pembelajaran perilaku moral mengikutsertakan pemikiran untuk menentukan
kebenaran. Yang kedua guru melibatkan kepercayaan agama anak. Ketiga berhubungan dengan perasaan yang didapat dari pola pergaulan masyarakat.
Keempat keterlibatan individu menjadi bagian dari kelompok. Dapat dilihat peran agama dan orang dewasa yang ada disekitar anak merupakan hal penting dalam
peningkatan perilaku moral pada anak.
3. Tujuan Pengembangan Perilaku Moral