Potensi Sutera Liar di Indonesia

30 F2. Pakan diberikan mulai dari instar pertama sampai instar enam. Waktu pemberian pakan 3 kali sehari, yaitu pada pagi hari mulai dari jam 7.00 – 9.00 WIB, siang hari dari jam 12.00 – 14.00 WIB dan pada sore hari dari jam 17.00 – 19.00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan pada proses habituasi tidak terbatas. Suhu ruang disesuaikan dengan perkembangan instar. Masa inkubasi telur 22-24 C, pemeliharaan ulat kecil dan besar instar 1-6 suhu ruangnya berkisar antara 24-29 C dan masa pupasi 26-29 C, Jika suhu berfluktuatif pada musim hujan diberikan sinar tambahan dari lampu petromax dan musim kemarau diberikan percikan air pada pakan dan ruang pemeliharaan supaya suhu ruang tetap stabil pada kisaran 22-29 C. Parameter yang diukur adalah : Tingkah laku, keberhasilan hidup, siklus hidup, produksi telur dan produksi kokon. 3.4.2 Percobaan kedua : Respon perlakuan jenis pakan alami terhadap pertumbuhan dan produktivitas Attacus atlas. Larva yang digunakan adalah generasi ketiga F3. Pada F3 disiapkan wadah pemeliharaan sebanyak 20 buah untuk masing-masing jenis pakan, setiap wadah pemeliharaan berisi 4 ekor larva, sehingga total larva yang digunakan adalah 4 x 20 x 2 = 160 ekor larva. Penelitian ini menggunakan rancangan Faktorial 2 x 2 x 20, 2 jenis perlakuan pakan alami sirsak dan teh dan generasi, 20 kali ulangan. Satu unit percobaan terdiri dari satu wadah berisi 4 ekor larva. Perlakuan diberikan pada saat instar pertama sampai instar enam. Jumlah awal pakan yang diberikan, yaitu : instar pertama 1 gram pakanlarva, instar kedua 2 gram pakanlarva, instar ketiga 3 gram pakanlarva, instar keempat 5 gram pakanlarva, instar kelima 6 gram pakanlarva dan instar keenam 7 gram pakanlarva. Waktu pemberian pakan 3 kali sehari, kadar air daun yang diberikan diukur 31 ditimbang, yaitu pada pagi hari dari jam 7.00 – 9.00 WIB, siang hari dari jam 12.00 – 14.00 WIB dan pada sore hari dari jam 17.00 – 19.00 WIB. Sisa pakan dikumpulkan per instar dan dikeringkan dengan oven pada suhu 105 C, 24 jam kemudian ditimbang. Pengaturan suhu ruang untuk masing-masing perkembangan sama dengan percobaan pertama. Parameter yang diukur dalam percobaan kedua ini adalah keberhasilan hidup, tingkah laku, siklus hidup, konsumsi pakan, laju pertumbuhan bobot badan awal dan akhir instar, daya cerna, produksi telur dan produksi kokon. 3.4.3. Percobaan Ketiga : Analisa kualitas kokon Attacus atlas. Total kokon yang diuji adalah dari proses habituasi sampai domestikasi F1 – F3 sebanyak 80 x 2 x 3 = 480 kokon. Analisis yang digunakan pada percobaan ketiga ini adalah kualitas kokon bentuk kokon, bobot kokon, persentase kulit kokon dan kualitas filamen panjang filamen dan berat filamen. 3.5. Tahapan Pelaksanaan Penelitian 3.5.1. Tahap Persiapan Sebagai tahap awal penelitian ini dimulai dari penyediaan tanaman pakan, ruangan, alat dan tempat pemeliharaan, sterilisasi alat dan tempat pemeliharaan di kandang pemeliharaan peternakan ulat sutera IPB Sukamantri Bogor dan pengambilan ulat sutera liar Attacus atlas dari peternakan ulat sutera Desa Cisomang Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta. 32

3.5.2 Proses habituasi

Proses habituasi adalah proses penyesuaian pada kondisi dalam ruangan. Larva instar pertama Attacus atlas yang diambil dari peternakan ulat sutera Cisomang Darangdan Kabupaten Purwakarta yang biasanya diletakkan di pohon, dipelihara dalam ruangan yang ditutupi dengan sungkup kasa sampai mendapatkan generasi pertama F1. Proses habituasi dilanjutkan terus dari hasil F1 sampai F2 dilakukan pada percobaan pertama.

3.5.3 Perlakuan Pada Percobaan Kedua

Respon perlakuan dengan pakan uji sirsak dan teh dimulai pada Attacus atlas generasi ketiga F3, dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut : a. Perkawinan imago. Pupa yang telah berubah menjadi ngengat dari stok kultur hasil habituasi, kemudian dikawinkan pada kandang seranggangengat dengan perbandingan 1 ekor jantan dan 1 ekor betina. Telur-telur hasil perkawinan dikumpulkan dalam cawan petri, kemudian dicuci dengan larutan formalin 4 , tujuannya adalah untuk melepaskan cairan yang melekat pada telur dan menghindari telur dari penyakit. b. Seleksi telur. Telur-telur yang telah dicuci dan terlepas dari ikatan lendir yang menyatukannya, kemudian diseleksi di laboratorium dengan menggunakan mikroskop binokuler. Dipilih telur-telur yang berbentuk oval dan tidak mengempis, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri dan ditetaskan pada suhu kamar dengan kelembaban yang cukup. Dalam usaha menjaga kelembaban pada tengah hari dapat dilakukan dengan penyemprotan air pada kertas pelembab. 33 Tahap ini dilakukan pencatatan untuk jumlah telur yang diinkubasikan, masa inkubasi sampai telur menetas, serta jumlah telur yang menetas. c. Setelah telur menetas, larva awal instar 1 ditimbang, dimasukkan daun pakan yang masih muda ke dalam wadah pemeliharaan sehingga larva berpindah ke daun, dengan menggunting daun di sekitar tempat larva tersebut, kemudian dipindahkan dalam wadah pemeliharaan yang telah diberi pakan daun. d. Larva instar pertama sampai instar ketiga diberikan daun muda dan setiap hari pakan diganti, sedangkan mulai instar keempat sampai instar enam diberikan daun agak tua, pakan diberikan tiga kali setiap hari pagi, siang dan sore hari. e. Pakan yang diberikan dalam perlakuan masing-masing ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan berat basah awal dari pakan. Daun diukur bahan keringnya dengan mengeringkan dalam oven dengan suhu 105 C selama 24 jam. Setelah larva dibiarkan makan selama 24 jam, kemudian ditimbang berat feses dan sisa pakan, setelah itu diadakan pengeringan terhadap sisa pakan, diukur bahan kering sisa pakan dan bahan kering feses dari masing-masing perlakuan dengan mengeringkan sisa pakan dan feses dalam oven dengan suhu 105 C selama 24 jam. Masing-masing perlakuan dibungkus dengan aluminium foil dan diberi label agar sampel tidak tertukar, kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat kering sisa pakan dan feses. f. Dicatat perilaku larva tiap instar serta masa ekdisis antar fase sampai larva memasuki fase pupa pembentukan kokon. Kemudian tahapan berikutnya dilakukan pengujian kualitas kokon yaitu jumlah kokon baik, kokon cacat, bobot 34 kokon, persentase kulit kokon dan kualitas filamen panjang filamen dan berat filamen serta diamati mortalitas selama penelitian. g. Parameter yang diukur dan cara pengukuran ISA, 1990. 1. Stadium, waktu perkembangan dalam satu siklus mulai dari inkubasi telur sampai imago bertelur lagi. 2. Bobot badan setiap tahapan, bobot badan satu larva pada setiap tahapan instar. 3. Konsumsi pakan, jumlah pakan yang dimakan setiap periode instar dari setiap larva. 4. Daya cerna, presentase pakan yang dapat dimanfaatkan oleh larva. 5. Kualitas kokon, mutu kokon yaitu untuk mengetahui bentuk kokon, kokon normal dan kokon cacat, bobot kokon, kulit kokon dan kualitas filamen panjang filamen dan berat filamen . Cara pengukuran. Adapun urutan dari tiap parameter tersebut sebagai berikut : a. Stadium dihitung mulai dari telur sampai imago. Lama instar dihitung dari mulai telur menetas instar 1 atau ganti kulit instar ke-2 – instar ke-6 sampai dengan istirahatmoulting hari. b. Pertambahan bobot badan PBB. PBB basah gram adalah bobot akhir instar - bobot awal instar. c. Konsumsi bahan kering gram, bahan kering pakan yang diberikan-bahan kering sisa pakan.