Imago Ciri morfologi Attacus atlas Lepidoptera : Saturniidae dan Perilakunya

69 2. Perubahan siklus Larva Attacus atlas awal proses adaptasi berada pada suhu dan kelembaban serta kondisi lingkungan musim penghujan, sehingga pada kondisi ini kandungan air dalam daun tanaman untuk makanan larva relatif lebih banyak. Hal ini secara fisiologis Chapman, 1969 mengganggu keseimbangan hormon juvenil dan ekdison dalam tubuh larva, yang mengakibatkan pergantian kulit pada instar tertunda, sehingga stadium bertambah lama. Dengan demikian jelas bahwa musim hujan cenderung mempengaruhi siklus hidup Attacus atlas. 3. Perubahan Tingkah Laku Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas F1-F2 terjadi perubahan tingkah laku dari alam menjadi lebih tenang dalam ruangan, karena Attacus atlas telah beradaptasi dengan kondisi dalam ruangan serta kuantitas dan kualitas pakan tersedia secara kontinyu.. Larva instar keenam membutuhkan waktu paling panjang dibandingkan dengan instar lain yang berlangsung 8-10 hari. Hal ini disebabkan pada instar keenam akan memasuki stadium pupa yang secara morfologis dan fisiologis berbeda dengan stadium lainnya. Perubahan stadium larva menjadi pupa dalam metamorfosis serangga Chapman, 1969 membutuhkan waktu cukup lama karena : 1. Terjadinya pertumbuhan dan perubahan dari organ tertentu. 2. Terjadinya proses pengumpulan dan penimbunan cadangan makanan sebagai sumber energi guna mendukung perubahan dari pupa menjadi imago, karena dalam stadium pupa terjadi aktivitas morfologi berikutnya. 70 3. Sekresi protein sutera. Hampir seluruh rongga tubuh larva instar terakhir dipenuhi oleh kelenjar sutera, ulat sutera menggunakan sebagian besar nutrien yang dikonsumsinya selama stadium larva untuk mensintesis protein sutera cair. Pada serat sutera kokon Attacus atlas secara garis besar dipengaruhi oleh kandungan nutrien tumbuhan yang terdapat pada pakan ulat sutera liar Attacus atlas. Ulat sutera liar menggunakan protein dan asam amino dalam daun untuk mensintesis protein khusus di dalam tubuh ulat sutera. Variasi protein daun mempengaruhi pengaturan jumlah protein yang diambil oleh ulat sutera liar dari pakan dan secara langsung mempengaruhi serat kokon. Protein juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ulat sutera liar. Protein tumbuhan yang dibentuk dari nitrogen udara dan nitrat dalam tanah kemudian akan mengalami metabolisme di dalam tanaman pakan, sehingga akan menghasilkan protein tumbuhan dan asam amino. Tanaman pakan ini kemudian akan dimakan oleh ulat sutera liar Attacus atlas yang selanjutnya akan mengalami metabolisme, sehingga akan menghasilkan berbagai produk antara lain asam amino, peptida, zat warna dan protein yang lain. Asam amino dan peptida tersebut kemudian akan digunakan untuk membentuk protein kelenjar sutera. Protein serat sutera ini dibentuk di dalam kelenjar sutera di bagian sublingual. Lama stadium pupa antara 20-29 hari. Variasi tersebut disebabkan adanya perbedaan kepribadian tiap individu pupa yang telah ada mulai dari stadium telur ataupun larva, sehingga akan berpengaruh juga terhadap lama stadium pupa. Berdasarkan hal tersebut di atas terbukti bahwa tanaman inang dapat mempengaruhi tingkat perkembangan serangga. 71 Hasil penelitian dari pemeliharaan Attacus atlas di dalam ruangan menunjukkan tingkat keberhasilan mendekati 100 persen bila dibandingkan dengan di alam yang hanya mencapai 10 persen saja. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kurangnya keberhasilan disebabkan beberapa faktor, yaitu adanya predator, patogen penyakit dan cuaca. Golongan predator yang dijumpai yaitu semut Ordo Hymenoptera dari Famili Formicidae, tawon Ordo Hymenoptera Famili Vespidae, belalang sembah Ordo Orthoptera dari Famili Mantidae, kepik Ordo Hemiptera, lalat perampok Ordo Diptera, laba-laba Klas Arachnida, dengan beberapa Famili yaitu Lycosidae, Oxiyopidae, Salcicidae Situmorang, 1996. Predator-predator ini umumnya menyerang larva dari bermacam tingkatan instar. Larva instar satu, dua dan tiga di lapangan biasanya diserang oleh predator dari golongan semut, tawon, laba-laba. Larva dari instar awal ini sangat mudah diserang dan dimangsa predator karena sifat fisiknya yang masih cukup lemah, sehingga tingkat mortalitasnya cukup tinggi terutama dari larva instar satu.