Keberhasilan Hidup dan Perkembangan A. atlas F3 Pada Pakan Daun Sirsak

97 melakukan penelitian, Attacus atlas dapat tersedia secara kontinyu, sehingga ketersediaan telur, produksi kokon dan benang dapat ditingkatkan dan tersedia sepanjang tahun. Hal ini dapat terlihat dari hasil proses habituasi dan domestikasi A. atlas F1-F3, mendapat kan warna kokon yang bervariasi coklat, coklat muda dan abu-abu, produksi dan kualitas kokon yang lebih baik, munculnya larva yang tahan terhadap penyakit, mendapatkan kualitas benang yang lebih panjang dan berkualitas. Bukti bahwa kesinambungan pada Attacus atlas ini dijamin, yaitu selama proses habituasi dan domestikasi F1-F2 yang dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan bulan Juli dan domestikasi Attacus atlas pada generasi ketiga F3 yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September pada kedua jenis pakan sirsak dan teh, dapat berlangsung dengan baik Gambar 22, seratus persen mencapai masa pupasi, produksi telur yang banyak serta produksi kokon dan kualitas benang yang tinggi pada setiap tahapan, hal ini dapat dilakukan pada skala lapangan dan laboratorium. Gambar 22. Pola Kontinuitas Jumlah Telur A. atlas F1-F3 Pada Sirsak dan Teh Pebruari Maret April Mei Mei Juni Juli Agustus September Breeding diteruskan Awal F1 akhir F1 F2 F 3 Habituasi Domestikasi Perlakuan Domestikasi 98 Attacus atlas merupakan hewan yang mengalami metamorfosis sempurna sepanjang hidupnya. Ulat sutera liar ini mengalami empat fase, yaitu telur, larva, pupa dan imago. Telur merupakan awal dari metamorfosis, kemampuan imago betina bertelur antara 100-362 butir. Jumlah telur yang dihasilkan selama proses habituasi dan domestikasi F1-F3 pada daun sirsak yaitu, dari setiap betina rata-rata didapat F1 : 137,8 butir, F2 : 165,8 butir, F3 : 256,60 butir dari 3 sampai 5 pasang betina tiap generasi. Sedangkan jumlah telur dengan pemberian pakan daun teh, yaitu F1 : dengan rata-rata 182,5 butir, F2 : 193,8 butir, F3 : 282,4 butir dari 5 pasang betina pada tiap generasi. Tjiptoro 1997 melaporkan bahwa Attacus atlas yang dipelihara di Lapangan pada pakan daun dadap, rata-rata menghasilkan telur sebanyak 92 butir per ekor. Subagyo 2000 memelihara A. atlas pada pakan daun mahoni, menghasilkan telur 100-366 butir. Selama proses habituasi dan domestikasi berlangsung terdapat beberapa kendala pada telur Attacus atlas ini, yaitu telur yang tidak dibuahi tidak dapat menetas dan pasti bertahan lama, masa inkubasi telur menjadi lebih lama jika cuaca dalam ruangan berfluktuatif, banyak telur yang tidak bisa menetas, hal ini disebabkan proses perkawinan antara imago betina dan jantan jarang terjadi, karena kemunculan imago tidak secara bersamaan. Biasanya kemunculan imago betina lebih banyak dan waktunya lebih lama bila dibandingkan dengan jantan. Selain itu umur imago jantan 2-4 hari lebih cepat bila dibandingkan dengan imago betina 4-10 hari. Selama pemeliharaan berlangsung mulai dari generasi pertama F1 sampai generasi ketiga F3, diketahui bahwa kemunculan imago tidak bersamaan, sex ratio yang tidak sama serta umur imago berbeda antara jantan dan betina. Imago jantan lebih cepat keluar dan umurnya lebih pendek bila dibandingkan dengan betina, hal ini mempengaruhi