21 dengan difusi agar biasanya banyak memberikan kesalahan negatif. Selain
untuk uji bersifat kualitatif, metode difusi agar dapat dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif, misalnya untuk menentukan nilai konsentrasi
minimum dari senyawa antimikroba.
F. SENYAWA FITOKIMIA
Fitokimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari struktur kimia, biosintesis, perubahan dan metabolisme, penyebaran secara ilmiah dan
fungsi dari ragam senyawa organik yang dibentuk oleh tumbuhan. Berdasarkan biogenesisnya, yaitu sumber bahan baku dan jalur biosintesisnya,
senyawa kimia dapat dibedakan menjadi metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer adalah senyawa yang merupakan penyusun utama
makhluk hidup, seperti polisakarida, protein, lemak, dan asam nukleat. Metabolit sekunder adalah senyawa yang tidak berperan sebagai penyusun
utama makhluk hidup, tetapi memiliki peranan lain misalnya untuk pertahanan diri. Croteau et. al. 2000 dalam Still 2002 mendefinisikan senyawa
fitokimia sebagai metabolit sekunder dari tumbuhan. Berdasarkan biosintesisnya, Still 2002 mengelompokkan metabolit sekunder menjadi 3
golongan, yaitu golongan terpen dan terpenoid, golongan alkaloid dan golongan fenilpropanoid.
1. Fenol
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus hidroksil Harborne, 1996. Senyawa fenol cenderung larut dalam air, banyak yang berikatan dengan gula sebagai glikosida. Senyawa fenolik
sangat luas, mulai dari senyawa fenol dengan struktur yang sederhana hingga polifenol. Beberapa senyawa fenol juga ada yang bersifat lipofilik.
Kelompok fenolik terdiri dari fenol, asam fenolat, fenilpropanoid, pigmen flavonoid, antosianin, flavonol dan flavon, flavonoid minor, xanton, dan
stilbena, tanin, serta pigmen kuinon Harborne, 1996.
22 Senyawa fenol tumbuhan dapat menimbulkan gangguan besar karena
mampu membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen. Akibatnya kerja enzim dapat terganggu Harborne, 1996. Jika dikelilingi
oleh oksidator, komponen fenolik umumnya bertindak sebagai ligan untuk ion logam. Dengan demikian, saat ditambahkan ion feri pada larutan yang
mengandung fenol akan terbentuk kompleks berwarna hijau tua, biru atau biru kehitaman Houghton dan Raman, 1998. Komponen fenolik dapat
melignifikasi dinding sel bakteri sehingga keberadaan komponen fenolik dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan
aglikon flavonoid. Dalam satu tumbuhan mungkin terdapat dalam beberapa kombinasi glikosida Harborne, 1996. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan
sebagai campuran. Jarang ditemukan flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan.
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air Harborne, 1996. Dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan
enzim sitoplasma tetapi jika jaringan rusak, misalnya dimakan oleh hewan, terjadi reaksi penyamakan.
2. Terpenoid
Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan. Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa mulai dari komponen minyak atsiri,
yaitu monoterpena dan seskuiterpena yang mudah menguap, diterpena yang lebih sukar menguap serta senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpenoid
dan sterol serta pigmen karotenoid. Kebanyakan ’terpenoid’ alam memiliki struktur siklik dan mempunyai
satu gugus fungsi atau lebih hidroksil, karbonil, dll. Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel
tumbuhan. Biasanya terpenoid diekstrak menggunakan eter minyak bumi, eter atau kloroform.
23 Mudah menguap
Sulit menguap
Tidak menguap Terpenoid merupakan bagian utama minyak atsiri. Secara kimia,
terpena minyak atsiri dapat dipilah menjadi dua golongan, yaitu monoterpena dan seskuiterpena. Monoterpena dapat dipilah lagi menjadi
tiga golongan yaitu asiklik misalnya geraniol, monosiklik misalnya limonena dan bisiklik misalnya alfa pinena dan beta pinena. Monoterpena
sederhana tersebar luas dan cenderung merupakan bagian dari kebanyakan minyak atsiri. Secara lebih sederhana, penggolongan senyawa terpenoid
dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.
Gambar 7. Penggolongan senyawa terpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon
asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid merupakan senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik didih tinggi dan aktif optik. Triterpenoid
dapat dipilah menjadi empat golongan senyawa, yaitu triterpena, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Saponin dan glikosida jantung merupakan
triterpena atau steroid yang terdapat sebagai glikosida. Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana
penhidrofenantrena. Tiga senyawa yang umum disebut sebagai fitosterol mungkin terdapat di setiap tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol,
dan kampesterol. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol, merupakan senyawa
aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis darah. Pembentukan
busa yang mantap tahan lama sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau Terpenoid
Diterpenoid Monoterpen C
10
Triterpenoid steroid
Seskuiterpen C
15
Minyak atsiri
24 sewaktu memekatkan tumbuhan. Saponin, baik triterpen maupun steroidal,
memiliki sifat antimikroba Naidu, 2000. Menurut Zablotowicz et. al. dan Hoagland et. al. seperti dikutip oleh Naidu 2000, efek yang umum dari
aktivitas saponin pada bakteri adalah kebocoran sel sehingga terjadi kehilangan protein dan enzim dari sel.
3. Alkaloid