Ekstraksi dengan pelarut EKSTRAKSI

10

2. Ekstraksi dengan pelarut

Ekstraksi menggunakan pelarut dilakukan dengan mengkontakkan bahan baku pada pelarut selama periode waktu tertentu, kemudian dilanjutkan dengan pemisahan larutan dari ampas. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi disesuaikan dengan sifat komponen yang ingin diekstrak. Hal ini berdasarkan prinsip like dissolve like. Oleh karena itu, komponen yang terekstrak akan memiliki kepolaran yang mirip dengan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi. Jika telah diketahui kepolaran senyawa yang akan diekstrak, akan lebih mudah menentukan metode ekstraksi dan pelarut yang digunakan. Namun, jika belum diketahui kepolaran senyawa yang akan diekstrak, umumnya dilakukan ekstraksi bertingkat dengan beberapa pelarut yang memiliki kepolaran yang berbeda-beda. Beberapa pelarut yang umum digunakan untuk ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pelarut yang umum digunakan untuk ekstraksi Heksan Benzen, toluene Dietileter Kloroform, diklorometan Etil asetat Butanon Aseton Butanol Etanol Metanol Air Larutan asam, larutan basa Sumber : Houghton dan Raman, 1998 Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah heksan, etil asetat, etanol, metanol, dan air. Berdasarkan perbandingan nilai polaritasnya, dalam penelitian ini heksan digolongkan sebagai pelarut yang bersifat non polar, etil asetat dan etanol digolongkan sebagai pelarut yang bersifat semi polar, serta air dan metanol digolongkan sebagai pelarut yang bersifat polar. Nilai polaritas beberapa pelarut dapat dilihat pada Tabel 5. semakin ke bawah kepolaran semakin meningkat 11 Tabel 5. Nilai polaritas beberapa pelarut Pelarut Polaritas ε Pelarut Polaritas ε Karbondioksida 0.00 Etil asetat 0.38 Pentana 0.00 Aseton 0.47 Heksan 0.00 Etanol 0.68 Toluen 0.29 Metanol 0.73 Benzen 0.32 Air 0.90 Sumber : Moyler, 1995 dalam Ardiansyah, 2001 Metode yang sederhana dari ekstraksi dengan pelarut adalah perkolasi. Pada perkolasi, bahan dikontakkan langsung dengan pelarut pada suhu ruang ataupun di atas suhu ruang. Bahan yang akan diekstrak dimasukkan ke dalam tabung yang memiliki keran dan saringan di bagian bawahnya, kemudian pelarut dituang di atas bahan tersebut. Pada saat keran dibuka, pelarut akan mengalir melewati bahan dan menetes sedikit demi sedikit. Oleh karena adanya saringan, bahan tidak ikut terbawa oleh pelarut, tetapi senyawa kimia yang diinginkan akan ikut terbawa dalam pelarut. Hal yang menjadi kelebihan metode perkolasi adalah tidak perlu dilakukan proses penyaringan. Kelemahan metode perkolasi adalah waktu kontak antara bahan dan pelarut terbatas serta suhu yang digunakan rendah sehingga komponen tidak terekstrak sempurna. Selain itu, suhu pelarut yang digunakan kemungkinan sudah berkurang sehingga kurang efektif dalam mengekstrak komponen. Selain dengan cara perkolasi, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara refluks . Pada ekstraksi refluks, bahan yang akan diekstrak dikontakkan langsung dengan pelarut, yaitu dengan direndam selama waktu tertentu. Refluks digunakan jika ekstraksi dilakukan dengan aplikasi panas secara kontinyu. Pada beberapa proses ekstraksi diperlukan aplikasi panas secara kontinyu untuk meningkatkan ekstraksi ataupun agar terjadi reaksi kimia tertentu, misalnya hidrolisis glikosida Houghton dan Raman, 1998. Pemberian panas secara kontinyu dan waktu ekstraksi yang cukup lama akan menyebabkan pelarut berkurang karena terjadi penguapan. Untuk menghindari hal ini, digunakan kondensor yang akan mendinginkan uap pelarut sehingga pelarut kembali ke dalam tabung ekstraksi. Susunan alat ekstraksi metode refluks dapat dilihat pada Gambar 5. 12 Gambar 5 . Susunan alat ekstraksi refluks Jika pelarut yang digunakan adalah air, asam, ataupun basa, sumber panas dapat berasal dari nyala api. Namun, jika digunakan pelarut yang memiliki titik didih kurang dari 100 o C, digunakan penangas air water bath sebagai sumber panas.

C. KARAKTERISTIK BAKTERI PATOGEN DAN BAKTERI PERUSAK