46 pertumbuhan bakteri uji, sedangkan ekstrak air dan ekstrak heksan adalah
ekstrak biji jintan hitam yang paling tidak efektif dalam menghambat bakteri uji. Ekstrak air dan ekstrak heksan memberikan pengaruh yang tidak berbeda
dalam menghambat semua mikroba uji. Hasil uji lanjut Duncan terhadap jenis bakteri pada taraf nyata 0.05 menunjukkan bahwa setiap bakteri uji
memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap besar diameter penghambatan. Bakteri uji yang paling dihambat oleh semua ekstrak jintan
hitam adalah Staphylococcus aureus, sedangkan bakteri uji yang paling tahan paling tidak dihambat terhadap semua ekstrak jintan hitam adalah
Escherichia coli .
1. Aktivitas antimikroba berbagai ekstrak jintan hitam
Berdasarkan hasil penelitian ini, biji jintan hitam mengandung senyawa antimikroba yang bersifat polar, semi polar dan non polar. Pada
Gambar 11 terlihat bahwa semua jenis ekstrak baik yang bersifat polar, semi polar dan tidak polar menunjukkan adanya aktivitas antimikroba walaupun
tidak semua ekstrak tersebut dapat menghambat semua bakteri uji. Ekstrak yang bersifat polar adalah ekstrak air dan ekstrak metanol. Ekstrak yang
bersifat semi polar adalah ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat. Ekstrak yang bersifat non polar dari ekstrak adalah ekstrak heksan. Keefektifan masing-
masing ekstrak tersebut tergantung pada jenis bakteri yang dihambat.
Gambar 11. Pengaruh berbagai ekstrak jintan hitam terhadap bakteri uji.
47 Ekstrak air tidak begitu efektif dibandingkan dengan ekstrak metanol
dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Hal ini dapat dilihat dari nilai diameter penghambatan yang kecil, bahkan tidak menunjukkan
penghambatan terhadap Escherichia coli dan Salmonella Typhimurium. Diameter penghambatan ekstrak air terhadap Bacillus cereus,
Staphylococcus aureus , dan Pseudomonas aeruginosa secara berturut-turut
adalah 1.65±0.150 mm, 3.37±0.190 mm, dan 2.93±0.025 mm. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak air terhadap bakteri uji dapat dilihat pada
Gambar 12.
Gambar 12.
Pengaruh ekstrak air terhadap bakteri uji
Keterangan : Batang dan garis vertikal di atasnya menunjukkan nilai mean ± SE, dengan n=2.
Ketidakefektifan ekstrak air dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji dapat disebabkan oleh keadaan ekstrak air yang tidak pekat sehingga
konsentrasi ekstrak yang dimasukkan ke dalam agar belum efektif menghambat pertumbuhan bakteri uji. Kadar air ekstrak air adalah 86.85
sehingga sebenarnya konsentrasi ekstrak air hanya sekitar satu per tujuh dari konsentrasi ekstrak jintan hitam yang lainnya. Jika ekstrak air digunakan
dalam bentuk pekat, mungkin aktivitas antimikrobanya akan lebih baik lagi. Selain disebabkan oleh keadaan yang tidak pekat, ketidakefektifan
ekstrak air dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji dapat disebabkan oleh sifat air yang terlalu polar, sedangkan sifat komponen antimikroba yang
48 terdapat dalam biji jintan hitam hanya sedikit yang bersifat polar. Menurut
Ahmad et. al. 1998 dalam Ahmad et. al. 2001, etanol merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan air dan heksan jika akan mengekstrak
komponen antimikroba. Hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba ekstrak etanol lebih baik daripada ekstrak air adalah
hasil penelitian Nair et. al. 2006. Menurut Nair, et. al. 2006, aktivitas antimikroba ekstrak air yang lebih rendah dibandingkan aktivitas ekstrak
etanol diduga karena konsentrasi komponen aktif yang jenisnya sama, yang terdapat pada ekstrak air dan ekstrak etanol, terdapat lebih rendah dalam
ekstrak air atau karena komponen aktif bahan lebih larut dalam pelarut organik sehingga tidak terdapat dalam ekstrak air.
Penelitian yang menggunakan air untuk mengekstrak senyawa antimikroba adalah penelitian Al-hebshi et. al. 2005 yang menyatakan
bahwa ekstrak air dari khat memiliki aktivitas antimikroba pada bakteri tertentu. Adanya aktivitas antimikroba pada ekstrak air khat menunjukkan
bahwa dalam khat terdapat komponen antimikroba yang larut dalam air, seperti tanin. Leelapornpisid et. al 2006 juga menyatakan bahwa ekstrak
air dari Excoecaria cochinchinensis Lour dan Salvia officinalis Lour memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus dengan nilai
MIC 1.56 mgml untuk Excoecaria cochinchinensis Lour dan 3.13 mgml untuk Salvia officinalis Lour.
Ekstrak metanol tidak menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan terhadap Escherichia coli. Diameter penghambatan ekstrak
metanol terhadap Pseudomonas aeruginosa, Bacillus cereus
, Staphylococcus aureus,
dan Salmonella Typhimurium secara berturut-turut adalah 5.56±0.432 mm, 4.33±0.494 mm, 4.18±0.710 mm, dan 3.08±0.245
mm. Walaupun tidak menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan Escherichia coli, berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pada
taraf nyata 0.05, ekstrak metanol tidak berbeda dengan ekstrak etil asetat dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji secara keseluruhan. Hasil uji
aktivitas antimikroba ekstrak metanol terhadap bakteri uji dapat dilihat pada Gambar 13.
49
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
B. cereus S.aureus
E coli S.Typhimurium
P.aeruginosa
Jenis bakteri D
ia m
e te
r pe ngha
mba ta
n m
m
Gambar 13. Pengaruh ekstrak metanol terhadap bakteri uji
Keterangan : Batang dan garis vertikal di atasnya menunjukkan nilai mean ± SE, dengan n=3.
Metanol tergolong pelarut bersifat polar jika dibandingkan dengan heksan, etanol, dan etil asetat. Berdasarkan asas like dissolve like, senyawa
yang larut dalam metanol akan cenderung bersifat polar juga. Menurut Houghton dan Raman 1998, senyawa yang umumnya larut dalam metanol
sama dengan senyawa yang umumnya larut dalam air, yaitu gula, asam amino, dan glikosida. Biji jintan hitam mengandung saponin melantin
Achyad et. al., 2000 sehingga kemungkinan aktivitas antimikroba ekstrak air dan ekstrak metanol jintan hitam disebabkan oleh adanya senyawa
glikosida, yaitu saponin. Saponin memiliki aktivitas antimikroba yang dalam mekanismenya akan menyebabkan kebocoran protein dan enzim-enzim dari
sel bakteri Naidu, 1998. Selain glikosida, tanin juga larut dalam air dan metanol. Mekanisme tanin sebagai antimikroba adalah dengan mengkelat
ion-ion logam yang penting dalam metabolisme, yang terdapat di permukaan sel bakteri Scalbert, 1991.
Ekstrak etanol dapat menghambat seluruh bakteri uji sehingga merupakan ekstrak yang memiliki spektrum yang luas. Diameter
penghambatan ekstrak etanol terhadap Bacillus cereus, Staphylococcus aureus
, Escherichia coli, Salmonella Typhimurium, dan Pseudomonas aeruginosa
secara berturut-turut adalah 5.32±0.135 mm, 9.34±0.308 mm, 1.67±0.020 mm, 5.20±0.190 mm, dan 7.05±0.217 mm. Hasil uji aktivitas
50 antimikroba ekstrak etanol terhadap bakteri uji dapat dilihat pada Gambar
14.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
B. cereus S.aureus
E coli S.Typhimurium
P.aeruginosa
Jenis bakteri D
ia m
eter p
en g
h am
b atan
m m
Gambar 14.
Pengaruh ekstrak etanol terhadap bakteri uji
Keterangan : Batang dan garis vertikal di atasnya menunjukkan nilai mean ± SE
Dari kecenderungan data yang diperoleh, seperti terlihat pada Gambar 14, Staphylococcus aureus adalah bakteri yang paling sensitif dihambat oleh
ekstrak etanol. Hasil penelitian yang dilakukan Ahmad et. al. 2001 mendukung bahwa Staphylococcus aureus merupakan mikroba yang paling
sensitif dihambat oleh ekstrak etanol jintan hitam. Gambar zona penghambatan bakteri Staphylococcus aureus oleh ekstrak etanol jintan
hitam dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini.
Kontrol Kontrol
Ekstrak etanol
51
Gambar 15.
Zona penghambatan ekstrak etanol jintan hitam terhadap Staphylococcus aureus
Menurut Houghton dan Raman 1998, komponen yang larut dalam etanol adalah glikosida. Diduga aktivitas antimikroba ekstrak etanol biji
jintan hitam disebabkan oleh adanya senyawa glikosida, yaitu saponin. Selain glikosida, tanin juga larut dalam etanol dan memiliki aktivitas
antimikroba. Etil asetat tergolong sebagai pelarut yang bersifat semi polar. Menurut
Adawiyah 1998, sifat etil asetat yang semi polar menyebabkan ekstrak etil asetat akan memiliki dua sifat kelarutan, yaitu hidrofilik dan lipofilik. Gugus
lipofilik dan hidrofilik, keduanya diperlukan untuk kerja senyawa antimikroba. Gugus hidrofilik dibutuhkan agar zat antimikroba dapat larut
dalam air yang menjadi tempat tumbuh mikroba, sedangkan sifat lipofolik diperlukan agar zat tersebut bereaksi dengan membran dari mikroba Branen
dan Davidson, 1993. Ekstrak etil asetat memiliki spektrum luas karena dapat menghambat
semua bakteri uji. Besar diameter penghambatan ekstrak etil asetat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli,
Salmonella Typhimurium, dan Pseudomonas aeruginosa secara berturut-
turut adalah 3.17±0.215 mm, 3.04±0.703 mm, 2.15±0.189 mm, 5.07±0.477 mm, dan 4.19±0.365 mm. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak etil asetat
terhadap bakteri uji dapat dilihat pada Gambar 16.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
B. cereus S.aureus
E coli S.Typhimurium
P.aeruginosa
Jenis bakteri D
ia m
e te
r pe ngha
m ba
ta n
m m
52
Gambar 16.
Pengaruh ekstrak etil asetat terhadap bakteri uji
Keterangan : Batang dan garis vertikal di atasnya menunjukkan nilai mean ± SE, dengan n=3.
Senyawa fitokimia yang umum larut dalam etil asetat adalah alkaloid, aglikon, dan glikosida Houghton dan Raman, 1998. Aktivitas antimikroba
pada ekstrak etil asetat jintan hitam diduga disebabkan oleh adanya komponen alkaloid dan glikosida karena menurut Al-Saleh 2006, biji
jintan hitam mengandung alkaloid dan menurut Achyad et. al. 2000, biji jintan hitam mengandung glikosida yaitu saponin melantin. Alkaloid dan
glikosida merupakan senyawa yang sudah diketahui memiliki aktivitas
antimikroba.
Minyak atsiri biji jintan hitam menunjukkan efektifitas yang cukup baik dalam menghambat semua bakteri uji. Diameter penghambatan minyak
atsiri terhadap Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella
Typhimurium dan Pseudomonas aeruginosa secara berturut- turut adalah 6.07±0.175 mm, 7.36±0.334 mm, 3.25±0.225 mm, 4.23±0.406
mm, dan 2.29±0.227 mm. Hasil uji aktivitas antimikroba minyak atsiri terhadap bakteri uji dapat dilihat pada Gambar 17.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
B. cereus S.aureus
E coli S.Typhimurium
P.aeruginosa
Jenis bakteri Di
amet e
r p e
n g
h a
m b
at a
n m
m
Gambar 17. Pengaruh minyak atsiri terhadap bakteri uji
Keterangan : Batang dan garis vertikal di atasnya menunjukkan nilai mean ± SE, dengan n=3.
53 Berdasarkan Gambar 17, bakteri yang paling dihambat
pertumbuhannya oleh minyak atsiri adalah Staphylococcus aureus. Hasil penelitian lain yang menyebutkan tentang sensitivitas Staphylococcus
aureus terhadap minyak atsiri adalah hasil penelitian Rota et. al. 2004
yang menyebutkan bahwa Staphylococcus aureus lebih sensitif terhadap minyak atsiri dibandingkan dengan Escherichia coli dan Salmonella
Typhimurium. Senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri bersifat volatil, umumnya
dari golongan terpenoid monoterpen dan seskuiterpen dan golongan fenolik Houhgton dan Raman, 1998. Terpenoid merupakan komponen
yang memiliki aktivitas antimikroba Dorman, 2000. Salah satu komponen yang termasuk golongan terpenoid adalah thymol. Thymol merupakan salah
satu komponen dalam minyak atsiri yang sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococus aureus, dan
Pseudomonas aeruginosa Hirasa, 1998. Menurut Al-Saleh 2006, biji
jintan hitam mengandung thymol. Oleh karena itu, efektivitas minyak atsiri biji jintan hitam dalam menghambat semua bakteri uji dapat disebabkan oleh
adanya thymol dalam minyak atsiri biji jintan hitam. Menurut Dorman dan Deans 2000, thymol merupakan senyawa antimikroba berspektrum luas.
Berdasarkan Gambar 17, bakteri yang paling sulit dihambat pertumbuhannya oleh minyak atsiri jintan hitam adalah Pseudomonas
aeruginosa . Jika dikaitkan dengan keberadaan thymol dalam minyak atsiri,
tidak sensitifnya Pseudomonas aeruginosa terhadap minyak atsiri didukung oleh hasil penelitian Lambert et. al. 2001 yang menyatakan bahwa
Pseudomonas aeruginosa tidak terlalu sensitif terhadap thymol
dibandingkan dengan Staphylococus aureus. Besar diameter penghambatan ekstrak heksan terhadap Staphylococcus
aureus , Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus secara berturut-turut
adalah 4.02±0.361 mm, 3.72±0.826 mm dan 2.08±0.460 mm. Ekstrak heksan tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri Esherichia
coli dan Salmonella Typhimurium. Hasil serupa diperoleh Thongson et. al.
2004 yang menunjukkan bahwa ekstrak heksan dari Zingiber officinale
54 Rose jahe, Boesenbergia pandurata Holtt fingerroot, dan Curcuma longa
Linn. kunyit tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Salmonella Typhimurium. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak heksan terhadap
bakteri uji dapat dilihat pada Gambar 18.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
B. cereus S.aureus
E coli S.Typhimurium
P.aeruginosa
Jenis bakteri D
iam e
ter p
e n
g h
am b
at a
n m
m
Gambar 18. Pengaruh ekstrak heksan terhadap bakteri uji
Keterangan : Batang dan garis vertikal di atasnya menunjukkan nilai mean ± SE, dengan n=3
Heksan merupakan pelarut yang bersifat paling tidak polar jika dibandingkan dengan pelarut lain yang digunakan dalam penelitian ini
sehingga ekstrak heksan bersifat non polar. Ketidakefektifan ekstrak heksan dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji diduga disebabkan oleh sifat
heksan yang sangat tidak polar sehingga hanya sedikit komponen antimikroba yang dapat larut di dalamnya. Komponen antimikroba dalam
ekstrak bahan alami umumnya adalah golongan fenolik yang bersifat polar. Komponen yang umumnya larut dalam heksan adalah lilin, lemak,
komponen terpenoid. Sampel yang diekstrak menggunakan heksan sudah dihilangkan
minyak atsiri-nya komponen volatil sehingga senyawa antimikroba yang larut dalam heksan adalah senyawa antimikroba yang tidak volatil. Diduga
komponen antimikroba yang terdapat dalam ekstrak heksan adalah golongan terpenoid yang tidak volatil, yaitu steroid dan triterpenoid. Adanya aktivitas
antimikroba pada minyak atsiri dan ekstrak heksan menunjukkan bahwa
55 komponen antimikroba yang terdapat dalam jintan hitam ada yang tergolong
terpenoid mudah menguap dan terpenoid yang tidak menguap. Selain disebabkan oleh adanya komponen steroid dan triterpenoid,
adanya aktivitas antimikroba ekstrak heksan terhadap beberapa bakteri uji dapat juga disebabkan adanya asam-asam lemak. Menurut Hinton et. al.
2000 dalam Ji et. al. 2002, aktivitas antimikroba asam lemak disebabkan oleh kemampuan asam lemak untuk menghancurkan membran sel bakteri
dan menyebabkan lisis sel. Menurut Ji et. al. 2002, asam linoleat memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus.
Asam linolenat diduga menyebabkan abnormalitas permukaan sel ataupun pada bagian intraselular Ji et. al., 2002. Kemampuan senyawa non polar
untuk menghambat pertumbuhan mikroba diduga karena senyawa non polar dapat menyebabkan perubahan komposisi membran sel, sehingga membran
sel mengalami kerusakan. Selain itu, komponen non polar juga dapat bereaksi dengan protein membran yang menyebabkan kebocoran isi sel
Sikkema dalam Ardiansyah, 2001. Ekstrak heksan maupun minyak atsiri merupakan ekstrak yang bersifat
non polar. Namun, minyak atsiri memiliki aktivitas antimikroba yang lebih baik daripada ekstrak heksan. Hal ini terkait dengan jenis asam lemak yang
terkandung dalam masing-masing ekstrak tersebut. Minyak atsiri mengandung asam lemak-asam lemak rantai pendek, sedangkan ekstrak
heksan cenderung mengandung asam lemak dengan rantai yang lebih panjang. Dalam menghambat pertumbuhan bakteri, asam lemak rantai
pendek lebih efektif daripada asam lemak rantai panjang karena strukturnya yang pendek menyebabkan asam lemak rantai pendek lebih mudah masuk
ke dalam sel bakteri.
2. Ketahanan bakteri terhadap berbagai ekstrak jintan hitam